Kemarin di postingan sebelumnya udah dijelasin singkat kan ya tentang gimana Bebe bisa dapet trial. Bener-bener harus bayar di menit awal-awal banget. Nah, sekarang saya mau share pengalaman trial dan observasi masuk SD di Jakarta.
Selfie di taksi dengan appa dicrop karena biar landscape :)))) |
Persiapan trial SD
Setelah bayar, nggak lama langsung dapet email tentang trial ngapain aja dan apa aja yang perlu dibawa saat trial. Ini saya copas aja ya dari suratnya, terlalu malas menulis ulang.
09.00 – 11.00: Trial Session (for student only) in classroom.
09.00 – 11.00: Focus Group Discussion (for both mother and father)
Things to bring :
1. For your child: Water Bottle, Snack, and spare clothes (underwear, shirt and pants).
2. For parents: Please download, complete, and bring the hard copies of these following documents.
Kindly check the availability of both mother and father to come on our scheduled trial date as we do not apply any policy for trial rescheduling.
Dokumennya itu tentang lingkungan kehidupan anak dan surat pernyataan orangtua. Yang lingkungan kehidupan anak detail banget sih sampai bisa tengkurap umur berapa? Duduk umur berapa? Lancar bicara? Mengenal warna?
Akhirnya ngerasa berguna juga nulis milestone Bebe pas bayi di blog karena jadinya bisa jawab pertanyaan ini dengan tepat dan nggak “KAYANYAAAA …” LOL. Lalu ada list sifat anak, keadaan fisik dan kebiasaan harian.
Apa masalah yang sering dihadapi anak di rumah? Dalam pergaulan? Apa yang dilakukan anak saat waktu luang? Bagaimana mengajarkan kemandirian? Bagaimana menerapkan kedisiplinan? Apa tantangan ortu dalam membesarkan anak?
Cincailah ya *SHOMBONG ANDAHHH*. Hari-hari banget kayanya akutuh di kantor nulis parenting, di IG nulis parenting, ya udah gitu aja kaya sharing biasa isi dokumennya.
Pengumuman trial ini di 5 November, trial di 16 Desember. Kami punya 9 hari untuk mempersiapkan diri dan sounding pada Bebe.
Sounding pada Bebe
Sejujurnya ibu dan appa juga deg-degan banget karena sebagai anak yang slow to warm up, ya pasti Bebe butuh waktu lah untuk nanti mau jawab pertanyaan, mau disuruh ini itu, dll.
Mana yang bikin deg-degan adalah kami berpikir Bebe akan masuk kelas sendiri dan parents (both) akan di kelas terpisah. Karena kan di suratnya begitu kan. (Ternyata kami salah lol nanti cerita sesuai kronologi ok).
Bebe pasti merasa tidak adil karena dia suka gitu, jealous kalau ibu dan appa berdua sementara dia sendiri. Mempertanyakan "kenapa aku sendiri? Kenapa ibu dan appa berdua" :( Sedikit panik juga karena diceritain temen kantor, anaknya setipe sama Bebe, slow to warm up dan in the end ibunya harus ikut masuk kelas selama trial HUHU AKU NGGAK MAU BEBE BEGITU. :(
Daftar sounding pada Bebe yang tiap saat diulang:
Dalam kekhawatiran dia tidak mau masuk kelas:
“Kamu akan masuk kelas bersama anak-anak lain. Aku dan appa akan masuk kelas lain dengan ayah ibu lain. Aku dan appa deg-degan lho karena akan dites juga. Kamu deg-degan nggak?”
Dalam kekhawatiran dia tidak mau disuruh baca/tulis/hitung/mewarnai/dll karena takut di tempat baru:
"Merasa takut itu boleh karena kamu kan tidak kenal sama missnya. Baru pertama kali juga ke ruangannya. Jadi tidak apa-apa kalau merasa takut tapi kalau missnya tanya kamu jawab ya! Kalau tidak tahu bilang 'tidak tahu' ya, Xylo!"
“Xylo, miss di sekolahmu sekarang sudah tahu kamu bisa baca, menulis, mewarnai. Tapi kalau miss di SD kan belum tahu kamu bisa. Kalau kamu tidak kasih lihat, missnya tidak akan tahu kalau kamu bisa. You have to prove it ok!”
Dalam kekhawatiran dia cranky karena laper/ngantuk:
“Xylo nanti sebelum tes kamu harus tidur lebih cepat dan harus sarapan biar kamu kuat”
Dalam kekhawatiran dia tidak diterima:
“Kalau kamu tidak diterima itu bukan salahmu kok. Selama kamu sudah berusaha, tidak diterima tidak apa-apa. Ibu tidak marah, tidak sedih. Kita akan cari sekolah lain yang juga seru ok.”
Bebe tuh sempet bilang “ibu, aku takut nggak keterima” terus aku lil cry karena duh mungkin dia merasakan anxiety aku dan JG yang emang takut nggak keterima huhu. Plusss, ada satu anak daycare Bebe sekarang yang SD nya di situ juga tapi daycarenya masih di daycare Bebe jadi dia merasa “wah so cool anak SD tuh, aku mau di SD dia” gitu.
Dalam kekhawatiran ada yang membuatnya tidak nyaman:
Saya suruh dia pilih sendiri baju yang akan dipake, sepatu, botol minum, kotak makan, semua pilih sendiri daripada terus mood berantakan nggak mau masuk kelas.
Pas pilih baju buat dibawa (ada di list things to bring), dia bilang “ibu, tapi aku nggak mau ganti baju depan miss, aku malu”.
Saya jawab “iya boleh kalau tidak mau, tapi bilang ya tidak mau karena malu”.
Dia bilang oke T_______T Astaga nulis ini aja kerasa lagi nervous-nya waktu sounding T_______T.
Hari H Trial
Pesan dari sekolah sebaiknya memakai angkutan umum biar nggak susah cari parkir. Jadi kami memutuskan untuk pake taksi aja. Bebe (surprisingly) excited banget, bangun nggak susah, sarapan gampang, sat set banget siap-siapnya.
Nyampe di sekolah memang terlalu pagi karena niatnya begitu. Kami berniat untuk dateng at least 30 menit sebelum trial dimulai biar Bebe pemanasan dulu. Diajak keliling sekolah dulu, ngintipin kelas satu-satu. liat kolam renang, playground, dan saya puji lebay semuanya biar dia semangat.
Saat waktunya tiba, ibu dan appa yang lil shock karena ternyata kelas ayah dan ibu DIPISAH LOL. Untung Bebe belum masuk kelas jadi kami masih sempat menyemangati dia dengan “Wah ternyata ibu sendiri, appa sendiri, Xylo sendiri nih. Kita semua harus mau menjawab ya kalau ditanya miss!”
Jadi ayah-ayah FGD dengan sesama ayah, ibu-ibu FGD dengan sesama ibu. Sesi 1 FGD, sesi 2 penjelasan dari sekolah soal kurikulum, biaya, dll. Nggak panik sih karena beberapa hari sebelumnya udah ngasih link blog ke JG biar inget aja apa yang kira-kira akan kita omongin.
Ngasih link ini aja sih. Ini kan udah merangkum semua kehidupan parentingku: Memahami Anak
Dan ternyata yang trial hanya 7 anak, yang diterima 5 anak. Kesempatannya besar karena yang susah mah visit dan dapet jadwal trial nyawww. Dari 7 anak itu yang 3 udah naro nama sejak anaknya umur 3-4 tahun. Seperti saya tentunya lol. Sisanya yang masuk SD itu anak yang TK di situ juga emang.
FGD seputar pengasuhan, bullying, peran sekolah, montessori, dll. Diawasi oleh psikolog dan seru ajaaa. Ya kaya rumpi ibu-ibu cuma lebih niat karena ketaker banget ya mana ibu-ibu yang tau banget anaknya, mana yang nggak. Tapi ada satu ibu yang nggak mau ngomong sama sekali lho. Sampai dipersilakan aja dia nggak mau ngomong. Itu mengapa ya apa punya masalah kepercayaan diri? T_______T
Lalu ada 2 ibu juga yang suaminya tidak hadir. Jadi ibu-ibu FGD nya bertujuh, ayah-ayah cuma berlima. Kata JG dia katanya yang nge-lead FGD ayah-ayah dan selalu kasih opini pertama HAHAHA. Baru kusadari ini pentingnya sepakat sama suami soal pengasuhan. Karena bayangkanlah ditanya soal pengasuhan dari sisi ayah dan ibu di tempat terpisah, kalau nggak sepakat kan bisa beda banget jawabannya.
Akhirnya selesai, Bebe juga selesai dan dia udah teriak-teriak aja main sama anak lain. Happy banget tapi ditanya ngapain aja nggak mau jawab. Pembicaraan kami cuma seputar “appa tadi bisa nggak sih jawabnya? Ibu bisa sihhh tapi deg-degan sedikit tapi ibu bisaaa!” Untuk validasi emosi Bebe aja bahwa Bebe wajar kok tadi deg-degan tapi ibu yakin Bebe bisa. :'))
Baru besoknya dia ceritain urut ngapain aja selama trial. Kurleb:
- Simpan tas sendiri, buka sepatu sendiri
- Menulis nama barang di rumah, menulis nama teman di sekolah (“Aku mau tulis semua nama temen-temen aku tapi capek jadi aku cuma tulis si X aja” lol ALASYAANNNN)
- Menggambar, mewarnai, melipat, menggunting, menempel
- Makan sendiri
- Nggak ganti baju, mungkin jaga-jaga aja itu baju takut keringetan/basah.
Setelah itu bikin janji untuk interview ortu. Harusnya Senin besoknya langsung tapi JG hari Senin nggak bisa jadi reschedule ke hari Rabu. Bebe nggak perlu ikut jadi cuma saya aja dan JG sebelum pergi ke kantor.
Wawancaranya santai sihhh, 45 menitan lah. Cuma emang ditunjuk gitu sama missnya jadi dia nanya satu pertanyaan terus dia bilang “iya silakan ibu jawab lebih dulu” atau “silakan sekarang bapak lebih dulu” gitu jadi emang keduanya harus punya opini, nggak bisa misal ibunya terus yang jawab terus ayahnya cuma nambah-nambahin doang.
Pertanyaannya seputar yang ada di dokumen awal dan alhamdulillah lancar sampai di pertanyaan terakhir yang agak bikin tarik napas dulu sebelum jawab:
“What kind of parents are you?”
NAH LOH. Nanti bahas ah di IG soal ini untuk bikin mikir kalian semua juga HAHA. Selancar-lancarnya saya ngomongin gaya parenting, agak nelen ludah di sini karena nggak pernah mikirin sama sekali. What kind of parents are you?
*
Waktu berlalu, saya sambil mempersiapkan ujian CFP, belajar, staycation terus pengumuman dan Bebe diterima! WUHUUUU. Seperti satu beban lepas sih waktu itu tuh karena ada satu beban lagi yaitu takut saya nggak lulus ujian CFP :((((. Alhamdulillah lulus juga sih lol.
What a year!
Langsung semangat mau beliin Bebe seragam Pramuka sebelum teringat kalau sekolahnya masih tahun depan ih takut keburu nggak cukup. Berakhir sudah pencarian SD Bebe dan saya mau santai dulu sebentar sebelum mulai deg-degan untuk … cari SMP Hahahaha.
Harusnya nggak sesusah cari SD sih ya. Semoga. Doakan kami selalu yaaa! :*
-ast-
Kak ica,makasih bgt lho sharingnya.. jadi ada gambaran buat interview sd nanti (4 tahun lagi)hehee.,oh ya kak,setelah sd nanti,bebe pulang sekolah masih ke daycare kah?atau sekolahnya full day kak..maklum ibu2 pekerja pengen anaknya daycare'n juga,gamau pake art hehe
ReplyDeleteThanks for share, artikelnya menarik,.
ReplyDeleteJangan lupa mampir http://bit.ly/2JF1NJb
Ikutan deh deg an pas baca
ReplyDelete