Keseringan sharing di IG story bikin saya bingung, yang mana udah ditulis di blog yang mana yang belum ya? Kadang rada pusing juga karena perasaan udah nulis kok di-search di blog nggak ada! EMOSY!
Ternyata nulisnya di story, atau bahkan di caption Instagram. Keduanya sangat sangat lemah dalam hal archiving karena ya nyarinya harus senggang banget macam pengangguran. Bisa banget dipakein hashtag atau taro highlight, tapi tetep aja lebih gampang di blog yang nyari apapun semudah search di Google dengan “keyword + annisast”.
Sekian pembukaannya karena sekarang sebetulnya mau bahas soal ritual saya tiap malem sama Bebe yaitu cerita sebelum tidur. Kemarin udah dibahas sekilas di story tapi ini rasanya harus ditulis juga di blog karena buat saya, ritual ini SEPENTING ITU. Hal yang paling saya dan Bebe tunggu-tunggu setelah seharian tidak bersama. *halah padahal disuruh bersama Bebe seharian juga ogah*
Dulu, kamu bertiga tidur sekamar karena kontrakan cuma ada 1 kamar. Apartemen yang sekarang ukurannya setengah rumah kontrakan lama tapi kamarnya dua, jadi Bebe otomatis punya kamar sendiri. Ketika Bebe punya kamar sendiri YA SAYA TIDUR SAMA BEBE DONG LOL.
Teorinya sih saya ngelonin Bebe, setelah Bebe tidur saya pindah kamar lalu bisa nonton Netflix dulu sama JG sebelum tidur. KENYATAANNYA LEBIH SERING IBU TIDUR DULUAN DARIPADA BEBE. Sampai pagi pula. Waw, privilege punya anak umur 4,5 tahun yang tidak kurasakan saat ia bayi.
Kenapa cerita kamar ini begitu penting, karena ritual bercerita yang intens banget dimulai saat kami hanya di kamar berdua. Mungkin usianya juga pas ya, waktu pindah ke sini itu Bebe umurnya 3 tahun 8 bulan.
Masalahnya si Bebe sama JG itu mau cerita sih, tapi nggak melibatkan emosi. Ceritanya ya lempeng aja, nggak pernah bilang perasaannya dia sedih, marah, atau kecewa. Cuma sama saya Bebe mau cerita kaya gitu. Makanya pas masih sekamar bertiga sih nggak ada ritual cerita khusus. Paling cerita-cerita di mobil aja sepulang sekolah, atau cerita sambil makan, tapi nggak sampai setengah jam atau sejam khusus ngobrol panjang lebar.
Dulu dia cerita, saya tanggepin, udah gitu doang. TAPI, dari dulu saya emang suka cerita sih, dari zaman dia belum bisa ngomong saya udah cerita. Bedanya, dulu itu dalam rangka nambah kosakata dan biar dia lebih lancar ngomong. Kalau sekarang karena … kepo sama hidup dia hahahahaha.
(Baca: 10 Tips Agar Balita Lebih Lancar Bicara)
Jadi rutinitas kami adalah, makan malem, mandi, terus matiin lampu dan tiduran di kamar sambil pelukan. Teorinya gitu, kenyataannya Bebe mah sambil guling-guling, timpa ibu, lompat-lompat, nggak mau diem lah. Nggak apa-apa yang penting sambil cerita.
Awalnya juga dia cuma jawab pendek-pendek. Lama-lama kalau ditanya “Xylo di sekolah ngapain tadi?” DIA BALIK TANYA DONG. “Ibu dululah yang cerita, ibu di kantor ngapain aja tadi?” Kalau kebetulan saya ada event gitu ceritanya bisa seru karena saya ceritain eventnya, kalau cuma di kantor seharian ya udah saya cuma cerita “ibu tadi kerja, ojeknya gini dan gini, nyampe kantor ibu kerja, terus makan siang sama ini dan ini, abis itu ibu kerja lagi, terus pulang deh”.
Dipancing gitu doang dia mau kok cerita di sekolah main apa, belajar apa. Abis itu pertanyaan wajibnya adalah “ada yang nangis nggak tadi di sekolah?”. Seringnya nggak ada, atau ada tapi dia nggak tau kenapa. Kalau dia tau sebabnya ya dia cerita.
…
KOK KAYA GAMPANG YA DICERITAIN GINI. Padahal kenyataannya panjang banget sih dialognya. Ya kalian coba ajalah sendiri. Pancing dengan banyak pertanyaan dan cerita kita dulu aja.
Oiya, jangan lupa definisikan sayang ya. Caranya bisa dibaca di sini: Because I Love You. KLIK DONG.
Jadi menurut aku membangun kebiasaan bercerita sejak kecil itu penting banget. Dengan kita menanggapi cerita dia 100% tanpa distraksi, anak akan merasa dihargai dan disayang. Anak akan lebih bahagia. Ini bukan aku yang ngomong lho, ini dari sharing psikolog Elizabeth Santosa di event EF minggu lalu. Bukan iklaaannnn. Pas aku lagi liputan dan pas temanya bagus. (HARUS DIJELASIN)
Tips saling cerita sama anak (untuk di 3 tahun ke atas):
👶Cerita sebelum tidur saat lampu mati, suasana sepi. Indera dia FOKUS sama kita doang. Ini paling efektif untuk cerita panjang.
👶Kalau anak mau cerita saat kita lagi ribet ngerjain hal lain, kalau bisa berhenti sih berhenti dulu dan dengerin anak cerita. Kalau kondisi gini KITA yang harus fokus dengerin dia biar bisa nanggepin 100%. Nggak usah maksain sih menurut aku. Kalau udah punya ritual, bisa ditunda dengan “eh nanti deh ceritanya sebelum tidur ya, sekarang kamu makannya cepet dong biar kita bisa cepet cerita” gitu.
👶Kalau anak nggak mau cerita, kita cerita duluan hari itu kita ngapain aja. Mau cerita receh “aku makan siang sama sate” aja anak dengerin kok. Nanti dia pasti ketrigger untuk cerita juga.
👶Kita harus SADAR 100% sama reaksi kita, PIKIR dulu sebelum bereaksi karena reaksi kita menentukan kelanjutan cerita anak. Misal anak pukul teman di sekolah terus kita shock gitu, bisa jadi dia jadi mikir kalau ceritanya bikin kita sedih. Besok-besoknya nggak mau cerita lagi. Usahakan selalu lempeng aja ekspresinya.
Yang harus diingat tentang cerita anak:
👻Cerita anak pada kita, adalah MILIK DIA. Jadi kalau misal mau cerita ke suami DI DEPAN DIA. Aku sih minta izin dulu “Aku boleh cerita ke appa nggak soal kamu yang xyz?” Kalau dia bilang boleh, aku cerita. Kalau dia bilang nggak boleh, aku cerita nggak di depan dia 🤣 Menghargai privasi aja sih.
👻Semua cerita anak, PENTING bagi dia. Jadi jangan pake level penting kita dong. Menurut kita nggak penting, bisa aja menurut dia penting banget. Jadi semua ceritanya HARUS dianggap penting.
👻Kalau dia ngelucu, plis ketawa lebay. Anak seneng bikin kita ketawa. Kalau dia nggak ngelucu tapi menurut kita lucu TAHAN KETAWA. Dia suka tersinggung “NGGAK LUCU!” gitu huhu. Ditertawakan = diremehkan. Perasaan diremehkan itu nggak enak kan.
Udah sih itu aja. Semoga bantu buat yang pengen mulai kebiasaan cerita sama anak ya!
-ast-
Ternyata nulisnya di story, atau bahkan di caption Instagram. Keduanya sangat sangat lemah dalam hal archiving karena ya nyarinya harus senggang banget macam pengangguran. Bisa banget dipakein hashtag atau taro highlight, tapi tetep aja lebih gampang di blog yang nyari apapun semudah search di Google dengan “keyword + annisast”.
Dulu, kamu bertiga tidur sekamar karena kontrakan cuma ada 1 kamar. Apartemen yang sekarang ukurannya setengah rumah kontrakan lama tapi kamarnya dua, jadi Bebe otomatis punya kamar sendiri. Ketika Bebe punya kamar sendiri YA SAYA TIDUR SAMA BEBE DONG LOL.
Teorinya sih saya ngelonin Bebe, setelah Bebe tidur saya pindah kamar lalu bisa nonton Netflix dulu sama JG sebelum tidur. KENYATAANNYA LEBIH SERING IBU TIDUR DULUAN DARIPADA BEBE. Sampai pagi pula. Waw, privilege punya anak umur 4,5 tahun yang tidak kurasakan saat ia bayi.
Kenapa cerita kamar ini begitu penting, karena ritual bercerita yang intens banget dimulai saat kami hanya di kamar berdua. Mungkin usianya juga pas ya, waktu pindah ke sini itu Bebe umurnya 3 tahun 8 bulan.
Masalahnya si Bebe sama JG itu mau cerita sih, tapi nggak melibatkan emosi. Ceritanya ya lempeng aja, nggak pernah bilang perasaannya dia sedih, marah, atau kecewa. Cuma sama saya Bebe mau cerita kaya gitu. Makanya pas masih sekamar bertiga sih nggak ada ritual cerita khusus. Paling cerita-cerita di mobil aja sepulang sekolah, atau cerita sambil makan, tapi nggak sampai setengah jam atau sejam khusus ngobrol panjang lebar.
Dulu dia cerita, saya tanggepin, udah gitu doang. TAPI, dari dulu saya emang suka cerita sih, dari zaman dia belum bisa ngomong saya udah cerita. Bedanya, dulu itu dalam rangka nambah kosakata dan biar dia lebih lancar ngomong. Kalau sekarang karena … kepo sama hidup dia hahahahaha.
(Baca: 10 Tips Agar Balita Lebih Lancar Bicara)
Jadi rutinitas kami adalah, makan malem, mandi, terus matiin lampu dan tiduran di kamar sambil pelukan. Teorinya gitu, kenyataannya Bebe mah sambil guling-guling, timpa ibu, lompat-lompat, nggak mau diem lah. Nggak apa-apa yang penting sambil cerita.
Awalnya juga dia cuma jawab pendek-pendek. Lama-lama kalau ditanya “Xylo di sekolah ngapain tadi?” DIA BALIK TANYA DONG. “Ibu dululah yang cerita, ibu di kantor ngapain aja tadi?” Kalau kebetulan saya ada event gitu ceritanya bisa seru karena saya ceritain eventnya, kalau cuma di kantor seharian ya udah saya cuma cerita “ibu tadi kerja, ojeknya gini dan gini, nyampe kantor ibu kerja, terus makan siang sama ini dan ini, abis itu ibu kerja lagi, terus pulang deh”.
Dipancing gitu doang dia mau kok cerita di sekolah main apa, belajar apa. Abis itu pertanyaan wajibnya adalah “ada yang nangis nggak tadi di sekolah?”. Seringnya nggak ada, atau ada tapi dia nggak tau kenapa. Kalau dia tau sebabnya ya dia cerita.
…
KOK KAYA GAMPANG YA DICERITAIN GINI. Padahal kenyataannya panjang banget sih dialognya. Ya kalian coba ajalah sendiri. Pancing dengan banyak pertanyaan dan cerita kita dulu aja.
Oiya, jangan lupa definisikan sayang ya. Caranya bisa dibaca di sini: Because I Love You. KLIK DONG.
Jadi menurut aku membangun kebiasaan bercerita sejak kecil itu penting banget. Dengan kita menanggapi cerita dia 100% tanpa distraksi, anak akan merasa dihargai dan disayang. Anak akan lebih bahagia. Ini bukan aku yang ngomong lho, ini dari sharing psikolog Elizabeth Santosa di event EF minggu lalu. Bukan iklaaannnn. Pas aku lagi liputan dan pas temanya bagus. (HARUS DIJELASIN)
Tips saling cerita sama anak (untuk di 3 tahun ke atas):
👶Cerita sebelum tidur saat lampu mati, suasana sepi. Indera dia FOKUS sama kita doang. Ini paling efektif untuk cerita panjang.
👶Kalau anak mau cerita saat kita lagi ribet ngerjain hal lain, kalau bisa berhenti sih berhenti dulu dan dengerin anak cerita. Kalau kondisi gini KITA yang harus fokus dengerin dia biar bisa nanggepin 100%. Nggak usah maksain sih menurut aku. Kalau udah punya ritual, bisa ditunda dengan “eh nanti deh ceritanya sebelum tidur ya, sekarang kamu makannya cepet dong biar kita bisa cepet cerita” gitu.
👶Kalau anak nggak mau cerita, kita cerita duluan hari itu kita ngapain aja. Mau cerita receh “aku makan siang sama sate” aja anak dengerin kok. Nanti dia pasti ketrigger untuk cerita juga.
👶Kita harus SADAR 100% sama reaksi kita, PIKIR dulu sebelum bereaksi karena reaksi kita menentukan kelanjutan cerita anak. Misal anak pukul teman di sekolah terus kita shock gitu, bisa jadi dia jadi mikir kalau ceritanya bikin kita sedih. Besok-besoknya nggak mau cerita lagi. Usahakan selalu lempeng aja ekspresinya.
Yang harus diingat tentang cerita anak:
👻Cerita anak pada kita, adalah MILIK DIA. Jadi kalau misal mau cerita ke suami DI DEPAN DIA. Aku sih minta izin dulu “Aku boleh cerita ke appa nggak soal kamu yang xyz?” Kalau dia bilang boleh, aku cerita. Kalau dia bilang nggak boleh, aku cerita nggak di depan dia 🤣 Menghargai privasi aja sih.
👻Semua cerita anak, PENTING bagi dia. Jadi jangan pake level penting kita dong. Menurut kita nggak penting, bisa aja menurut dia penting banget. Jadi semua ceritanya HARUS dianggap penting.
👻Kalau dia ngelucu, plis ketawa lebay. Anak seneng bikin kita ketawa. Kalau dia nggak ngelucu tapi menurut kita lucu TAHAN KETAWA. Dia suka tersinggung “NGGAK LUCU!” gitu huhu. Ditertawakan = diremehkan. Perasaan diremehkan itu nggak enak kan.
Udah sih itu aja. Semoga bantu buat yang pengen mulai kebiasaan cerita sama anak ya!
-ast-
Keep writing kak!
ReplyDeleteAku suka ngecekin blog kakak ada blogpost baru atau engga, karena lebih suka baca blog daripada baca di instagram :')
Tapi ku tetep ikutin igstory kakak jugaaa yg di highlight!