Menikah dengan JG, saya sering dianggap aneh oleh banyak orang. Maklum dia kan seleranya rada ajaib ya. Warna kesukaan? Pink dan turunannya. Motif kesukaan? Floral, of course!
KOK MAU SIH SAMA COWOK KAYA GITU? KAN NGGAK MASKULIN!
Well, pertama saya tidak melihat orang dari sisi itunya dulu sih. Rada percuma kalau maskulin cuma dari luarnya doang terus dalemnya kosong. Saya nggak suka sama cowok yang kalau diajak ngobrol cuma “yaaa yaaa oh gituuu” doang. Cuma jadi pendengar, nggak dua arah gituloh, sama aja kaya ngomong sama tembok. Dialog apa monolog? Tapi ingat, itu kan saya.
Pun dengan perempuan, saya mending temenan sama orang yang dari sisi look ya B aja tapi bisa diajak ngobrol banyak hal. Daripada berteman dengan ciwi-ciwi berkilauan, enak dilihat, serta enak dipajang di feeds Instagram tapi level obrolannya yaaaa kurang aja gitu. Maaf ya kasar tapi saya beneran nggak tahan sama orang yang otaknya kurang meskipun otak saya juga nggak luber amat sih. -_____-
Yang cantik/ganteng DAN pintar? OH BANYAK. Tau banget individu-individu seperti itu juga berbagi bumi dengan kita, cuma ya pergaulan saya kurang luas mungkin ya, jadinya nggak nemu. Lagian kalau nemu juga mungkin dianya yang nggak mau karena sayanya yang pasti jadinya kurang banget. Nggak seimbang 😂😂😂
Kedua nah ini nih yang hari ini mau saya bahas, alasan utama kenapa saya kalem aja mau JG pake floral from head to toe juga. Semua karena saya tidak punya batasan cowok harus begini dan begitu. Seperti pun JG tidak pernah membatasi karena saya perempuan saya harus melakukan ini dan itu.
Bagi kami, batasan soal gender itu hanya sebuah konstruksi sosial. And remember, don't let society define you! Kan "be yourself" cenah waktu dulu nulis di buku diary zaman SD juga. HAHAHA.
Dia bebas berekspresi, saya juga bebas. Itu kan cuma masalah selera aja ya. Masalah suka nggak suka doang. Kami tetap punya batasan yang kami sepakati bersama. Tapi intinya kalau dia bisa, maka saya juga bisa.
Whereas people are still so scared of the concept: feminism :)))
Dan ini juga nggak selalu berhubungan dengan preferensi lho. Hanya karena saya menikah dengan orang yang senang floral, nggak berarti saya suka SEMUA cowok yang senang floral. Saya tetep suka cowok-cowok maskulin kok. Sepanjang mereka nyaman mengekspresikan diri aja.
Yang menganggap JG aneh atau unik, kalian terjebak stereotypes. Cowok harus maskulin, cowok nggak boleh pake floral, cowok harus gagah, cowok nggak boleh nangis, cowok nggak boleh fragile, cowok harus ini dan itu. Siapa sih yang bilang harus hayoooo?
Baca dulu inilah: Laki-laki Itu Manusia
Kenapa saya pengen bahas ini, karena ini berkaitan dengan seksualitas.
Stereotypes in sexualities
Dulu, dulu sekali waktu saya masih liat dunia cuma hitam dan putih, saya juga stereotyping kok. Semacam:
1. Cowok lentik PASTI gay dan pacarnya pasti cowok maskulin berotot anak gym.
2. Cewek yang lesbian, satunya pasti cantik dan girly banget sementara pacarnya pasti tomboi dan pake stelan kaya cowok.
Akrab banget ya sama stereotype kaya gitu?
Kemudian saya belajar banyak hal, melihat dunia dari berbagai sisi, menyadari bahwa dunia bukan cuma hitam dan putih. And realized that I was TOTALLY wrong.
Kedua pernyataan saya di atas itu hanya stereotype yang selevel dengan “pasangan straight itu cowoknya harus maskulin dan ceweknya harus feminin”. Resapi baik-baik, jangan double standard.
Nggak ada yang HARUS dalam seksualitas, darling. Seksualitas itu spektrumnya luas sekali dan tidak dipengaruhi sama penampilan luar seseorang.
Bisa banget kan cewek tomboi tidak lesbi jatuh cinta sama cowok maskulin? Atau cewek feminin jatuh cinta sama cowok nggak maskulin? Nggak selamanya cowok maskulin akan jatuh cinta sama cewek feminin kan? Bisa banget cowoknya feminin dan ceweknya feminin juga.
Bisa lah mana buktinya nggak bisa? :))))
Kenapa tiba-tiba bahas ini? Karena The Try Guys hahahahaha.
Sayang banget sama mereka ya ampunnnn. Nggak ngerti lagi kok bisa-bisanya saya sesayang ini sama YouTube stars HAHAHAHAHA
Channelnya cari sendiri lah males amat. Mereka berempat ini vibesnya gay banget. Yang nggak kenal, cuma kebetulan nonton dari recommendation, dan terjebak stereotypes udah pasti komen kalau mereka gay sih. Apalagi Zach ini (background hijau), keliatannya fragile banget.
Intinya Zach kemarin bikin video dan posting di Instagram kalau ternyata dia punya pacar yang telah disembunyikan selama 2,5 tahun (yang dua, Keith (biru) sama Ned (pink) sih dari awal emang bilang punya pacar/nikah dan punya anak). Lha si Zach ini selalu ngaku single lho.
Dia ya modelnya kaya JG banget. HAHAHAHA. Nggak maskulin sama sekali, pake floral dan warna pastel di setiap kesempatan. ❤️
Nggak masuk sama semua checklist cowok maskulin. Badan berotot? Nay. Gayanya gagah? Naahhh. Stelannya monokrom? SUPER NAH. Tapi ya pacarnya perempuan, cantik banget kan ya tuh liat deh fotonya, mirip BCL lol. 🤣
Liat Zach dan pacarnya ini saya jadi inget, bukan sekali dua kali JG ditanya “gay ya?” atau “wah udah nikah dikira gay”. Padahal dari bentuk badan sih dia “cowok” banget, cuma ya kebetulan barang-barangnya pink semua (WELL, CORAL SIH) dan punya banyak barang motif floral. Masih banyak banget orang stereotyping seksualitas hanya dari warna. Rada bingung sih kok ya warna dan motif aja bisa punya gender. :))))
MELIHAT ZACH, AKU JUGA JADI MERASA PUNYA TEMAN HAHAHAHA. Jadi merasa kalau cowok-cowok suka floral seperti JG itu banyak dan itu normal. Tidak unik-unik amat (JG PASTI KECEWA LOL).
Gay yang menikah
Meskipun begitu, banyak juga sih orang yang merasa gay tapi karena tuntutan agama, society, dan keluarga, jadi mereka menikah. Ada yang terpaksa, mungkin juga ada yang tidak.
Kalau haqulyaqin selamanya bisa menyimpan rahasia dari istri sih menurut saya yaaa, gimana ya, nggak apa-apa juga sih. Intinya asal jangan menyakiti istri aja karena kan istri pas dinikahi nggak tau apa-apa. :(((
Kalau menyakiti sih ya brengsek namanya. Mau gay atau bukan, kan nggak boleh menyakiti orang lain. Huhu.
Masalah ini sampai ada support groupnya di Facebook. Group khusus untuk para suami atau istri yang pasangannya diketahui non-heteroseksual. Sedih sih ya kebayang, orang yang kita nikahi ternyata punya rahasia sedemikian besar.
Groupnya bisa dilihat di sini, namanya Menanti Mentari. (denger nama groupnya aja udah mellow)
Satu lagi, sekalian aja mumpung bahas soal seksualitas. Jarang-jarang juga kan.
Asexual & Aromantic
Pernah denger nggak?
An aromantic is a person who experiences little or no romantic attraction to others. Where romantic people have an emotional need to be with another person in a romantic relationship, aromantics are often satisfied with friendships and other non-romantic relationships. Source.
An asexual is someone who does not experience sexual attraction. Asexuality does not make anyones life any worse or any better, they just face a different set of challenges than most sexual people. Some asexuals do participate in sex, for a variety of reasons. Source.
Nangkep ya? Kurang lebih asexual adalah orang-orang yang tidak setertarik itu pada seks dan aromantic adalah orang-orang yang nggak tertarik sama hubungan romantis.
Kenapa saya bahas ini karena sempet mikir, orang-orang yang nggak nikah sampai usia udah tua gitu MUNGKIN BANGET LHO mereka sebetulnya asexual atau aromantic. Cuma karena term ini tidak umum di Indonesia jadi ya alasan mereka tidak menikah sebagian besar adalah “karena belum nemu yang cocok aja, masa dipaksain”.
Familiar banget dong dengan argumen itu?
Mereka sendiri mungkin tidak sadar kalau mereka sebetulnya tidak terlalu tertarik pada konsep seks berpasangan atau justru tidak tertarik pada hubungan romantis secara umum. Nggak sadar karena nggak pernah tau ada orang yang bisa begitu. MUNGKIN LHO YA INI.
Jadi ketemu orang kok ya nggak pernah nyambung, ada yang ngedeketin, mereka nggak tertarik. Terus aja begitu. Padahal ternyata ya memang nggak punya ketertarikan seksual atau keinginan untuk berhubungan romantis. Atau punya tapi keinginannya tidak sebesar itu jadi prioritasnya selalu hal lain.
*
Udah sih gitu aja. Cuma pengen share soal ini sama kalian untuk menambah wawasan aja ahahaha. Dengan sebuah pesan, jangan menilai orang dari luarnya saja. Seperti series “Ngobrol Tanpa Melihat” Kitabisa.com ini lho, nonton dululah yang belum nonton. Saya nggak ada kerjasama apapun lho sama mereka tapi video ini membukakan mata banget jadi kalian harus nonton.
Happy weekend!
-ast-
Mba icha tuh selalu berhasil untuk melihat segala sesuatunya from the other side. Asli aku selalu "tercerahkan" setiap kali baca tulisannyaba icha 😊
ReplyDeleteTHANK YOU! :)
DeleteBaca ini, dalem hati aku bilang "oh, ternyata itu". Yap, menjawab rasa penasaran sih. Kok bisa ya beberapa orang bertahan untuk tidak menikah dlm jangka waktu lama padahal ya dia bukan lesbi atau gay. Ternyata hanya krn baginya itu bukan hal yg menarik untuk diprioritaskan.. Haha
ReplyDeleteiya dan mereka sendiri belum tentu sadar :)
DeleteAku punya temen seperti yang Icha sebut dalam contoh, cewek tomboy nikah sama cowok maskulin. Mereka temenan banget dari SMA, sama² pecinta alam, suka naik gunung bareng².
ReplyDeleteSatu lagi ceweknya feminim abis, kalem, imut, dapet suami imut juga dan jago banget masak��
iya jadi intinya ga bisa generalisasi segalanya sih
DeleteLingkungan kita di Indonesia tuh kayanya masih segala tabu ya dan mudah banget stereotyping orang-orang. Dan sering banget maksain sosial standard yang -menurut dia- bener ke semua orang.
ReplyDeleteLalu pertanyaan basa-basi kapan nikah kapan nikah juga mungkin salah satu faktor pendorong orang-orang yang tidak heteroseksual memaksakan untuk menikah padahal tidak sesuai keinginannya. Ujung-ujungnya banyak yang tersakiti (dia sendiri, istrinya, anaknya at least). Saya punya kenalan abang salon langganan saya dia cerita kalau dia gay. Tampangnya macho abis, karena dulu masih terjebak stereotype, saya pikir pacarnya gemulai. Eh taunya pacarnya macho banget. Dan yang bikin saya sedih itu dia pernah cerita bahwa pacarnya ternyata sudah menikah dan sudah punya 1 anak kecil otw anak kedua (istrinya lagi hamil) huhu ku tak sanggup membayangkannya.
Anyway tadi pas baca Aromantic saya sampe harus baca berulang-ulang karena kebacanya aromatic, seperti dalam aromatic coumpound kimia organik haha
Amerika aja masih begini haduhhh apalagi Indonesia. dan iya, paling kasihan sama yang terpaksa menikah terus terpaksa pula jadi punya simpenan :(((((
Deletekesannya emang aneh ya lihat cowo pake baju floral. aq punya kenalan orang inggris dia juga suka pake baju motif agak rame gitu n juga gak minat utk married. mungkin type yg aromantic jg x ya
ReplyDeleteDulu aq pun mikirnya stereotypical bgt. Sampe ngalamin punya mantan yg suka banget warna pink dan dia itu LAKIK bgt. Dengerin musik juga sukanya musik rock. Hihihi.. Dan sekarang dia udah nikah & punya anak pun he dress up his little boy in pink too. Salut deh sama cueknya dia menanggapi lingkungannya.
ReplyDeleteWaduuuh aku jadi ngerasa bersalah kalo ngejudge cowok gay dari looknya. 😅 Thanks for the insight Mbak!
ReplyDeleteAku punya teman kak, beliau laki-laki dan suka pakai motif floral dan warna-warna cerah, istrinya teman baiknya sodaraku dan sekarang jadi teman baikku juga, aku suka banget sama style beliau karena aku juga suka motif floral warna-warni
ReplyDelete