Akhir-akhir ini saya lagi mikirin banget tentang kelas ekonomi yang berpengaruh sangat banyak sama pilihan hidup. Kalau orang udah kaya turunan ke sekian, pilihan hidup itu banyak banget dan tinggal pilih aja.
Oh sekolah paling bagus di Jakarta itu sekolah A, ya udah daftar! Eh jelek deng ayo cari sekolah ke luar negeri! Oh rumah sakit paling enak untuk melahirkan itu rumah sakit B, oke deh lahiran di situ! Oh tempat main C lagi seru ya, tar ultah di sana deh ya!
Nggak perlu pake survey dulu berapa sih biayanya? Nggak perlu sibuk compare yang mana yang paling murah tapi kualitasnya paling bagus. Yang penting bagus!
Yang nanggung ya kelas menengah, kelas tengah-tengaaahh banget. Kita-kita ini sih sebenernya (yakin nggak ada pembaca keturunan dinasti sih hahahaha).
Saya nggak bisa liburan dan beli iPhone setahun sekali. Tapi ya bisa lah 2-3 tahun sekali. Masih bisa ngemall tiap minggu, masih bisa beli mainan, masih bisa nabung, masih bisa investasi. Tapi ya nggak bisa kalau harus sewa Houbii buat ultah anak.
Jadi ya nggak kurang sih, nggak lebih juga, cukup aja karena semua ada pos budgetnya.
(Baca: Mengatur Keuangan Keluarga)
Kalau sampai sini kalian mulai mikir “ya udah bersyukur aja” sebenernya saya justru pengen bahas tentang masalah prioritas bagi orang-orang di kelas menengah.
(Baca: Mengatur Keuangan Keluarga)
Kalau sampai sini kalian mulai mikir “ya udah bersyukur aja” sebenernya saya justru pengen bahas tentang masalah prioritas bagi orang-orang di kelas menengah.
Jadi bukan nggak bersyukur, tapi ya kepikiran aja orang-orang kaya kita yang berdiri di tengah banget. Uangnya ada, tapi selalu dihantui pertanyaan: buat apa dulu nih uangnya?
Iyes, salah satu pertanda kelas menengah adalah sering nyeletuk “ah uang segitu daripada ini mending juga ini” ...
“Ah daripada beli iPhone X ya mending beli motor lah” *ya kalau lo punya satu perusahaan spare part motor di Cikarang mah 20juta juga receh kali ah*
“Itu mobil sport gitu bensinnya seboros apa ya?” *orang udah mampu beli mobil sport harusnya sih udah nggak mikirin bensin ya*
“Duh jilbab masa 300ribu, mending makan Shaburi lah” *INI GUE DOANG KAYANYA LOL* *MAKAN IS LYFEEE*
Prioritas itu cuma berlaku buat kita-kita ini ya. *hela nafas*
Maaf banget, kalau orang dari kelas ekonomi bawah kan yang saya tau sih sebenernya nggak muluk-muluk. Asal bisa makan, asal bisa sekolah kan gitu udah ngerasa cukup kan biasanya? Kita kelas menengah ini punya pilihan, tapi harus bikin prioritas.
PRIORITAS.
Trigger tulisan ini sebenernya karena sodaranya JG di Bandung. Dia renovasi rumah sampai jadi mewah lah. Dia cerita beli gorden aja sampai sekian juta (saya nggak tau harga gorden sih tapi gorden itu kain kan dan kalau sampai angka juta-juta itu wow lah imo). Intinya rumahnya jadi bagus banget, abis sekian ratus juta katanya.
Saya kepikiran banget karena apa? Karena anaknya dua dan keduanya dulu sekolah di PAUD deket rumah. TK juga TK biasa. SD nya SD negeri biasa. Nggak kepikiran cari sekolah karena menurut dia ya semua sekolah sama aja.
Sementara kami, rumah di Bandung nggak bagus sama sekali. Nggak kepikiran renovasi lah pengen cepet lunas dulu aja, tar Bebe kelas 2 SD baru lunas itu rumah. Di Jakarta dan sekitarnya kami nggak sanggup beli rumah lagi karena nggak ada uang buat uang mukanya hahahaha jadi ngontrak aja biar. Mobil tua (udah 17 tahun loh umurnya) yang penting AC dingin dan sanggup dibawa ke Bandung.
Iyes, salah satu pertanda kelas menengah adalah sering nyeletuk “ah uang segitu daripada ini mending juga ini” ...
“Ah daripada beli iPhone X ya mending beli motor lah” *ya kalau lo punya satu perusahaan spare part motor di Cikarang mah 20juta juga receh kali ah*
“Itu mobil sport gitu bensinnya seboros apa ya?” *orang udah mampu beli mobil sport harusnya sih udah nggak mikirin bensin ya*
“Duh jilbab masa 300ribu, mending makan Shaburi lah” *INI GUE DOANG KAYANYA LOL* *MAKAN IS LYFEEE*
Prioritas itu cuma berlaku buat kita-kita ini ya. *hela nafas*
Maaf banget, kalau orang dari kelas ekonomi bawah kan yang saya tau sih sebenernya nggak muluk-muluk. Asal bisa makan, asal bisa sekolah kan gitu udah ngerasa cukup kan biasanya? Kita kelas menengah ini punya pilihan, tapi harus bikin prioritas.
PRIORITAS.
Trigger tulisan ini sebenernya karena sodaranya JG di Bandung. Dia renovasi rumah sampai jadi mewah lah. Dia cerita beli gorden aja sampai sekian juta (saya nggak tau harga gorden sih tapi gorden itu kain kan dan kalau sampai angka juta-juta itu wow lah imo). Intinya rumahnya jadi bagus banget, abis sekian ratus juta katanya.
Saya kepikiran banget karena apa? Karena anaknya dua dan keduanya dulu sekolah di PAUD deket rumah. TK juga TK biasa. SD nya SD negeri biasa. Nggak kepikiran cari sekolah karena menurut dia ya semua sekolah sama aja.
Sementara kami, rumah di Bandung nggak bagus sama sekali. Nggak kepikiran renovasi lah pengen cepet lunas dulu aja, tar Bebe kelas 2 SD baru lunas itu rumah. Di Jakarta dan sekitarnya kami nggak sanggup beli rumah lagi karena nggak ada uang buat uang mukanya hahahaha jadi ngontrak aja biar. Mobil tua (udah 17 tahun loh umurnya) yang penting AC dingin dan sanggup dibawa ke Bandung.
(Baca: Tentang Karimun)
Kalau dihitung sejak Bebe lahir sampai sekarang, uang daycare dia cukup kok untuk renovasi rumah meskipun tanpa gorden juta-juta. Tapi karena saya dan JG percaya sekolah adalah modal segalanya. Jadi yaaa balik ke mana?
Kalau dihitung sejak Bebe lahir sampai sekarang, uang daycare dia cukup kok untuk renovasi rumah meskipun tanpa gorden juta-juta. Tapi karena saya dan JG percaya sekolah adalah modal segalanya. Jadi yaaa balik ke mana?
… PRIORITAS.
Selain urusan rumah, di level temen-temen bekerja dengan gaji segini, saya adalah sedikit di antara mereka yang nggak punya tas branded yang kalau foto di Instagram harus dipastikan logo brandnya kebawa lol. Pokoknya hidup rasanya udah irit banget untuk ukuran kami dibanding sebelum nikah yang nggak pernah mikir buat ngeluarin uang.
Dan karena ya gaji bulanan udah abis duluan buat bayar daycare, apalagi sekarang daycare + preschool, tiap bulan keluar gede banget lah kalian nggak akan percaya kami mampu dengan gaji segini. Tapi iya kami mampu kok, karena kami merelakan yang lain.
Saya nggak akan stres karena nggak liburan atau nggak bisa #ootd di pojokan rumah ala Instagram, TAPI saya pasti stres kalau uang sekolah Bebe nggak kena target. Karena sekarang ya prioritasnya itu.
Uangnya nggak ada kalau harus bikin rumah DAN sekolah. Atau beli tas mahal DAN sekolah. Kalian yang bisa punya semuanya, tandanya nggak satu level sama saya. Mungkin rumah atau mobil dibeliin orangtua? Dibayarin liburan? Dibeliin HP? Atau masih terima uang rutin dari orangtua atau mertua? Karena kalau kerja, bukan pengusaha, seumuran saya gini, satu industri, dijamin lah gaji nggak sebegitu jauh bedanya, pasti tetep harus milih. :)
Saya sama JG sih nggak pernah minta uang sama sekali sama orangtua karena ya pengen mandiri aja. Biar aja susah. Biar bisa memutuskan semua keputusan hidup sendiri juga, nggak ada intervensi atau perasaan nggak enak hati ngerasa harus gini atau gitu karena abis dikasih mobil misalnya.
Cuma ya sumber stres orang beda-beda. Mungkin sodaranya JG stres karena rumahnya nggak bagus (karena rumah lama juga nggak jelek!) jadi ya prioritas dia adalah bikin rumah. Mungkin juga temen saya tasnya mahal banget karena dia merasa tas mahal bikin dia lebih hepi.
Tapi suka jadi tergelitik *alah* kalau ada temen yang barang pribadinya mahal-mahal, terus komen “ya ampun daycare-nya Xylo mahal amat”.
Saya kaya pengen bilang “lah itu emang tas lo nggak mahal? Gamis lo aja harganya sejuta itu emang nggak mahal? Mobil lo baru 2 tahun pun umurnya. Ya wajarlah kalau lo nggak bisa afford daycare Bebe karena lo beli yang lain."
Prioritas orang beda-beda dan jadinya emang suka bikin shock kan ya. Pasti ada aja yang mikir "sekolah mahal tapi mobil butut" ya padahal kami mikirnya "kalian mobil bagus tapi anak sekolah murah".
Prioritas orang beda-beda dan jadinya emang suka bikin shock kan ya. Pasti ada aja yang mikir "sekolah mahal tapi mobil butut" ya padahal kami mikirnya "kalian mobil bagus tapi anak sekolah murah".
Nggak apa-apalah ya saling menyindir asal DI DALAM HATI DAN CHAT PADA SUAMI SAJA HAHAHAHAHAHA.
👌
Kadang saya suka mikir worth it nggak sih bela-belain nggak punya apa-apa demi Bebe? Tapi ya seklasik apapun kedengerannya, apapun dilakukan demi anak kan? Kalian bikin rumah jadi nyaman juga pasti demi anak kok. Beda bentuk belanjanya aja.
JG juga pernah bilang "Kita lakuin yang terbaik buat Bebe, kalau sampai gedenya nanti dia ternyata biasa aja atau nggak lebih baik dari kita, ya nggak apa-apa. Yang penting kita usahain yang terbaik dulu, kita nggak akan nyesel karena seburuk apapun dia nantinya, itu yang terbaik yang bisa kita kasih."
Oh so true, I love you hahahaha.
Sadarilah bahwa ini semua adalah pilihan. Semua orang punya cara sendiri untuk nentuin prioritasnya. Jangan suka gampang wow sama orang lain karena ya sebagai kelas menengah kita-kita ini nggak bisa dapet semuanya kok. Itu sudah tertulis sejak kita lahir hahaha.
You win some, you lose some, you can't have it all.
Yuk dipikirin baik-baik prioritas uangnya! Porsi terbesar uang kalian lari ke mana?
-ast-
Kayaknya selama ini masih banyak keluar ke makan, bensin, buku, baju. Paling kerasa makan sih karena nggak bisa mikir dalam kondisi laper *ngeles*
ReplyDeleteMakan is life! *tos*
ReplyDeleteOh my, iya banget.. Tadinya (ampe sekarang kali ya) juga suka ngebatin & gak abis pikir sama yang bilang sekolah Naia mahal tapi dia juga sebenernya mampu. Tapi makin ke sini ya udah aja nyadar kalo prioritas kita memang beda, tiap keluarga memang terasa banget beda nya kalo udah ngomongin masalah keuangan yah
ReplyDeleteBanyak keluar ke anak, apalagi masih bayi gini ampuuunn imunisasinya mahal2 yaa heuheu. Sama abis ke makan, ngurus anak sendiri ga pernah bisa masak euy, sebenernya bisa sih tp lebih milih tidur kalo anak tidur, untung suami ga pernah protes XD
ReplyDeleteDi balik kekonyolan DM appa di instagram yg sering bikin kesel ~
ReplyDeleteTapi aku suka yg iniiii
JG juga pernah bilang "Kita lakuin yang terbaik buat Bebe, kalau sampai gedenya nanti dia ternyata biasa aja atau nggak lebih baik dari kita, ya nggak apa-apa. Yang penting kita usahain yang terbaik dulu, kita nggak akan nyesel karena seburuk apapun dia nantinya, itu yang terbaik yang bisa kita kasih."
W.O.W tehhhh😍😍
Salam jitak buat appa yakkkk 🤣🤣
Porsi terbesar uang lari ke.... bayar cicilan😴 hfftt.. lelah....
ReplyDeleteHuhu... aku baca ini terharu. Pasangan yang keren.
ReplyDeletebtw, aku masih single dan udah sering mikirin biaya-biaya kayak gini kedepannya.
Ternyata nggak murah, perlu banyak persiapan. Perhatiin prioritas.
Dan sekarang dengan gaji yang minim, pengeluaran keuangan terbesar untuk jajan makanan dan baju. jadi merasa berdosa :(
Aku ngerti perasaan itu, ketika kita nyekolahin anak mati-matian (pgn yg terbaik) tp orang2 pada mikir, duh ngapain sih mahal2. Emang anakku blm sekolah tapi aku lihat mertuaku sering digituin karena berusaha mati-matian nguliahin anaknya, meski bapak mertua sakit (dan akhirnya meninggal). Orang2 itu beda prioritas. Mertuaku rela jual hartanya supaya anak bisa selesai kuliah. Sedangkan orang2 itu bisanya cuma nyinyirin terus. Mereka gak paham betapa pendidikan itu penting. Mereka ngumpulin banyak duit buat beli emas bangun rumah ini itu tapi anaknya cuma disekolahin sampai SD, bisa lulus SMP aja udah bagus. Ngenes aja.
ReplyDeleteOh so true kak icha!! I love this post hahaha karena bener2 kena dan click banget loh. Ketauan deh aku level nya hahahaha lol
ReplyDeleteHidup berumah tangga dengan mandiri secara finansial itu bisa buat kita pandai bikin keputusan. Merasa cukup dengan kondisi ekonomi juga gitu. Biar kita mikir, antara keinginan dan kebutuhan lebih menang mana #emangnya lomba hehe.
ReplyDeleteBaidewei, mobilku malah umurnya udah 20 tahun lebih, masih nyaman dipake tuh hehe
Mbaaak... bener bangeeet ini. Semua kudu pake skala prioritas ya.
ReplyDeleteAku sendiri malah belum nabung buat sekolah anak. Belum berani juga ngajuin KPR. Duit larinya ke makan, makan, makan. Kalo toh nabung, itu cuma sanggup beli perabot atau barang elektronik.
Kadang malah mikir, apa sekalian ngga usah ngutang aja ya. Kalo punya duit lebih buat bisnis sekalian. Biar uangnya muter dan bisa nabung terus sampai apa yang diinginkan lunas langsung.
Tapi faktanya, wacana doank ini mah. Hehehe...
Aku masih single kak, dan alokasi pengeluaran buat nabung dan... les! Dari jaman kuliah ga terlalu ribet sama makanan dan jarang juga instagraman dll. Ditambah lagi, aku pingin praktikin minimalism living jadi punya baju sedikit aja. Uang buat nabung itu karena aku pingin beli rumah atau apartemen meskipun gambling juga karena masa untuk settle in kayaknya masih jauh tapi udah berani mutusin beli property di kota apa lol. Nah yang bagi orang-orang agak aneh adalah les-les an ini. Dari jaman kuliah juga sih hobi les. Jadi sekarang uangnya buat (les) gym, les bahasa ini, les bahasa inu, (les) muay thai, (les) wall climbing, bayar2 nonton art/cultural exhibition, bayar workshop jait lah, bayar cooking class lol. Sibukan les daripada kerja.
ReplyDeleteBuat rumah juga dan invest. Karena tinggal di Jogja sekolah murah-murah (kalo memang cari yg murah LOL). Maksudnya sama, usaha yang terbaik untuk anak.
ReplyDeleteKalo Saya, pengennya besok anak kalo gede butuh uang kuliah, semoga dah gag bingung lagi. Tinggal bergantung pada invest kontrakan.Karena Saya gag ikut asuransi atau reksa dana.
Sejauh ini krn tinggal di Jogja masih pro Sekolah Negeri. Krn Kebetulan Saya dan Suami kerja di Sekolah negeri jadi taulah sedikit-sedikit lika-liku sekolah negeri dan swasta bagaimana😁. Tapi semua ada plus minusnya kok. Jadi yakini saja pilihan kita, pilihan yg terbaik😁. Itu yg penting....
great!
ReplyDeletesetuju banget bahwa setiap individu punya prioritasnya masing-masing, yang penting bahagia dan nggak menyusahkan oeang lain
ReplyDeleteNote bagian ini, loveee "Kita lakuin yang terbaik buat Bebe, kalau sampai gedenya nanti dia ternyata biasa aja atau nggak lebih baik dari kita, ya nggak apa-apa. Yang penting kita usahain yang terbaik dulu, kita nggak akan nyesel karena seburuk apapun dia nantinya, itu yang terbaik yang bisa kita kasih."
ReplyDeleteAh abis ini dalam hal prioritas udah mulai bakal masukin 'anak', jadi kayaknya mustri banyak banyak penyesuaian dan belajar lagi. Makasih mbak sharingnya :))