Ya, ini pertanyaan saya banget. Terutama karena saya nggak mau buru-buru pindah daycare. Makanya pas kebetulan kemarin jadwal psikolog anak, saya langsung tanya!
Daycare Bebe yang kemarin soalnya nyaman banget buat bayi sampai usia 3 tahunan. Karena memang nggak ada program preschool-nya. Ada kelas sih tiap hari 2 jam, cuma ya seputar baca buku, menggunting, menempel, mewarnai, dan kadang kegiatan motorik halus gitu. Nggak ada kurikulum atau goal khusus.
Kegalauan saya diperparah karena anak lain yang udah masuk usia 3 tahun juga, dipindahkan oleh orangtuanya ke daycare yang ada preschool-nya.
Emang harus ya anak sekolah di umur 3 tahun?
Kan masih kecil banget!
Menurut psikolog anak di daycare Bebe (namanya mbak Dianda btw hehe), bukan preschool-nya yang penting tapi kegiatan sehari-hari anak. Apakah mendukung untuk perkembangan motorik, kognitif, dan sosial?
Kalau anak hanya di rumah, tapi ibunya rajin main stimulasi motorik, belajar yang mendukung stimulasi kognitif, dan main dengan teman sebaya seperti tetangga untuk kebutuhan sosial, maka sebetulnya tidak perlu preschool. Di rumah aja cukup.
Untuk anak seperti Bebe yang di daycare, insya Allah, dua kebutuhan pertama terpenuhi. Yang saya khawatirkan justru yang ketiga, apakah tidak apa-apa Bebe bermain dengan anak yang lebih muda terus? Perlu nggak sih dia main dengan teman sebaya?
Surprisingly, mbak Dianda bilang PERLU. Teman seumuran perlu karena di usia 3 tahun, anak baru sadar kalau ia adalah bagian dari lingkungan sosial. Dia akan belajar interaksi yang berbeda dengan interaksi dia dengan anak yang lebih kecil.
Iya sih, dengan anak kecil itu Bebe cenderung meremehkan. "Dia kan masih kecil, ibu" atau "ah nggak mau, dia belum bisa ngomong" things like that. Nah kalau dengan teman sebaya mainnya memang lebih seru, bisa main role play atau main Lego sama-sama. Karena kemampuannya setara.
Kalau di rumah punya saudara kandung seperti adik gimana?
Sekali lagi, mbak Dianda bilang berbeda. Apalagi hubungan dengan adik biasanya dibumbui cemburu jadi akan berbeda dengan teman sebaya. Dan di antara adik atau kakak itu salah satu pasti jadi leader atau yang berkuasa, jadi ya memang sebaiknya anak punya teman main yang benar-benar seumuran. Maka preschool jadi jawaban.
Nah tapi kan saya dan JG anaknya kritis banget ya lol. Jadi JG tanya ke temen kuliahnya yang juga psikolog anak. Apakah anak perlu preschool dan bermain dengan teman sebaya?
Jawaban temennya JG? NGGAK PERLU-PERLU AMAT.
Hahahaha.
Menurut temennya JG, pendidikan usia 0-6 tahun itu nggak ada target apa-apa jadi masih bisa freestyle banget, yang penting menyediakan sebanyak mungkin kesempatan untuk dia eksplor segala sesuatu. Yang penting di usia 6 tahun, anak bisa percaya diri, kreatif, aktif, mandiri, dan terangsang rasa ingin tahunya.
"Untuk sekarang, bisa membersamainya bermain menyenangkan itu udah keren banget"
Gitu katanya. Jadi belum butuh teman sebaya amat asal orangtuanya perhatian.
Hmmm. Mari mikir sama-sama hahahahahaha. Berarti intinya bisa perlu atau tidak perlu tergantung kebutuhan.
Kalau ibunya ibu rumah tangga dan bisa selalu membersamai anak bermain dengan menyenangkan sih berarti oke aja nggak perlu preschool. Tapi kalau kaya saya yang kerja dan nggak sanggup harus bikin ini itu kaya ibu-ibu hebat lain, ya mending preschool/PAUD aja.
TERJAWAB YA BUIBUUUU!
Kalau belum mau preschool mah banyak-banyakin aktivitas di rumah aja. Modal ngeprint doang juga kayanya banyak ya di Pinterest mainan edukatif buat anak. Jangan lupa sore-sore keluar rumah dan main sama anak tetangga.
Bebe sih di rumah nggak punya temen main sama sekali makanya daycare yang ada preschool-nya jadi jawaban atas semua pertanyaan banget. Malem-malem tinggal quality time sama saya, baca buku atau mewarnai. Ah punya anak ternyata nggak ribet. *PLAK* *ANDA JANGAN BERBOHONG* *LOL*
Ya mau dipikirin ribetnya juga ribet banget lah bikin istigfar ahahaha. Mau dianggap simpel juga kok ya udah dibantu banget nih sama segala jasa daycare dan preschool. Tinggal GoJek doang nih harusnya bikin GoBaby, jasa langganan anter jemput bayi dan anak sekolah gitu hahaha. Aman jaya deh saya tinggal nunggu di kantor doang lol.
*di-judge ibu-ibu se-nusantara disuruh kembali ke rumah*
Oiya tambahan sedikit tentang milestone anak 3 tahun selain urusan sosial. Harus udah bisa lompat maju, lompat mundur, dan berdiri satu kaki! Bebe mah udah bisa banget ya, anaknya nggak bisa kayanya jalan dengan kalem tanpa dibumbui lari sambil lompat-lompat. Berdiri satu kaki juga bisa.
Kata mbak Dianda, ini akan berpengaruh sama perkembangan otaknya di masa depan. Anak yang gagal melompat saat balita, akan punya kesulitan berpikir atau kemampuan intelektual yang berbeda dibanding anak yang mampu melompat saat balita.
HMMM APAKAH AKU KURANG MELOMPAT YA SAAT KECIL SEHINGGA TIDAK BISA KULIAH DI AMERIKA?
Oke deh, demikian laporan psikolog kali ini. Konsul psikolog terakhir nih di daycare huhu. Tiga bulan ke depan semoga bisa share dengan psikolog di daycare baru ya!
Selamat hari Rabu!
-ast-
JANGAN LUPA IKUTAN GIVEAWAY AKU YA! HADIAHNYA BALANCE BIKE! INFO KLIK DI SINI!
Daycare Bebe yang kemarin soalnya nyaman banget buat bayi sampai usia 3 tahunan. Karena memang nggak ada program preschool-nya. Ada kelas sih tiap hari 2 jam, cuma ya seputar baca buku, menggunting, menempel, mewarnai, dan kadang kegiatan motorik halus gitu. Nggak ada kurikulum atau goal khusus.
Kegalauan saya diperparah karena anak lain yang udah masuk usia 3 tahun juga, dipindahkan oleh orangtuanya ke daycare yang ada preschool-nya.
Emang harus ya anak sekolah di umur 3 tahun?
Kan masih kecil banget!
Menurut psikolog anak di daycare Bebe (namanya mbak Dianda btw hehe), bukan preschool-nya yang penting tapi kegiatan sehari-hari anak. Apakah mendukung untuk perkembangan motorik, kognitif, dan sosial?
Kalau anak hanya di rumah, tapi ibunya rajin main stimulasi motorik, belajar yang mendukung stimulasi kognitif, dan main dengan teman sebaya seperti tetangga untuk kebutuhan sosial, maka sebetulnya tidak perlu preschool. Di rumah aja cukup.
Untuk anak seperti Bebe yang di daycare, insya Allah, dua kebutuhan pertama terpenuhi. Yang saya khawatirkan justru yang ketiga, apakah tidak apa-apa Bebe bermain dengan anak yang lebih muda terus? Perlu nggak sih dia main dengan teman sebaya?
Surprisingly, mbak Dianda bilang PERLU. Teman seumuran perlu karena di usia 3 tahun, anak baru sadar kalau ia adalah bagian dari lingkungan sosial. Dia akan belajar interaksi yang berbeda dengan interaksi dia dengan anak yang lebih kecil.
Iya sih, dengan anak kecil itu Bebe cenderung meremehkan. "Dia kan masih kecil, ibu" atau "ah nggak mau, dia belum bisa ngomong" things like that. Nah kalau dengan teman sebaya mainnya memang lebih seru, bisa main role play atau main Lego sama-sama. Karena kemampuannya setara.
Kalau di rumah punya saudara kandung seperti adik gimana?
Sekali lagi, mbak Dianda bilang berbeda. Apalagi hubungan dengan adik biasanya dibumbui cemburu jadi akan berbeda dengan teman sebaya. Dan di antara adik atau kakak itu salah satu pasti jadi leader atau yang berkuasa, jadi ya memang sebaiknya anak punya teman main yang benar-benar seumuran. Maka preschool jadi jawaban.
Nah tapi kan saya dan JG anaknya kritis banget ya lol. Jadi JG tanya ke temen kuliahnya yang juga psikolog anak. Apakah anak perlu preschool dan bermain dengan teman sebaya?
Jawaban temennya JG? NGGAK PERLU-PERLU AMAT.
Hahahaha.
Menurut temennya JG, pendidikan usia 0-6 tahun itu nggak ada target apa-apa jadi masih bisa freestyle banget, yang penting menyediakan sebanyak mungkin kesempatan untuk dia eksplor segala sesuatu. Yang penting di usia 6 tahun, anak bisa percaya diri, kreatif, aktif, mandiri, dan terangsang rasa ingin tahunya.
"Untuk sekarang, bisa membersamainya bermain menyenangkan itu udah keren banget"
Gitu katanya. Jadi belum butuh teman sebaya amat asal orangtuanya perhatian.
Hmmm. Mari mikir sama-sama hahahahahaha. Berarti intinya bisa perlu atau tidak perlu tergantung kebutuhan.
Kalau ibunya ibu rumah tangga dan bisa selalu membersamai anak bermain dengan menyenangkan sih berarti oke aja nggak perlu preschool. Tapi kalau kaya saya yang kerja dan nggak sanggup harus bikin ini itu kaya ibu-ibu hebat lain, ya mending preschool/PAUD aja.
TERJAWAB YA BUIBUUUU!
Kalau belum mau preschool mah banyak-banyakin aktivitas di rumah aja. Modal ngeprint doang juga kayanya banyak ya di Pinterest mainan edukatif buat anak. Jangan lupa sore-sore keluar rumah dan main sama anak tetangga.
Bebe sih di rumah nggak punya temen main sama sekali makanya daycare yang ada preschool-nya jadi jawaban atas semua pertanyaan banget. Malem-malem tinggal quality time sama saya, baca buku atau mewarnai. Ah punya anak ternyata nggak ribet. *PLAK* *ANDA JANGAN BERBOHONG* *LOL*
Ya mau dipikirin ribetnya juga ribet banget lah bikin istigfar ahahaha. Mau dianggap simpel juga kok ya udah dibantu banget nih sama segala jasa daycare dan preschool. Tinggal GoJek doang nih harusnya bikin GoBaby, jasa langganan anter jemput bayi dan anak sekolah gitu hahaha. Aman jaya deh saya tinggal nunggu di kantor doang lol.
*di-judge ibu-ibu se-nusantara disuruh kembali ke rumah*
Oiya tambahan sedikit tentang milestone anak 3 tahun selain urusan sosial. Harus udah bisa lompat maju, lompat mundur, dan berdiri satu kaki! Bebe mah udah bisa banget ya, anaknya nggak bisa kayanya jalan dengan kalem tanpa dibumbui lari sambil lompat-lompat. Berdiri satu kaki juga bisa.
Kata mbak Dianda, ini akan berpengaruh sama perkembangan otaknya di masa depan. Anak yang gagal melompat saat balita, akan punya kesulitan berpikir atau kemampuan intelektual yang berbeda dibanding anak yang mampu melompat saat balita.
HMMM APAKAH AKU KURANG MELOMPAT YA SAAT KECIL SEHINGGA TIDAK BISA KULIAH DI AMERIKA?
Oke deh, demikian laporan psikolog kali ini. Konsul psikolog terakhir nih di daycare huhu. Tiga bulan ke depan semoga bisa share dengan psikolog di daycare baru ya!
Selamat hari Rabu!
-ast-
JANGAN LUPA IKUTAN GIVEAWAY AKU YA! HADIAHNYA BALANCE BIKE! INFO KLIK DI SINI!
"Tinggal GoJek doang nih harusnya bikin GoBaby, jasa langganan anter jemput bayi dan anak sekolah gitu"
ReplyDeleteASLI KAKK AKU JUGA PERNAH KEPIKIRAN INI HAHAHAHA cuma tidak disuarakan xD
Oh Xylo udah pindah daycare ya? Ternyata ini toh alasannya :))
ReplyDeleteAyo dimasukkan aja ke preschool, biar dia bisa belajar sama teman2 diatasnya :)
Menjadi calon ibu2 yang kerja dikantor, setuju banget sama postingan ini!
ReplyDeleteEh, aku juga pernah mikir demikian. :'D
ReplyDeleteMenurutku sih, penting itu. :)
ReplyDeleteeh padahal anak kecil lompat2 lari2 suka dibilangin "nakal" ya, err.
ReplyDeleteKayaknya harus sering bikin Aisyah lompat2
Yakaliiii conclusionnya antara lompat dengan kuliah di Amerika ��
ReplyDeleteBetewe jadi IRT pun belum cukup sih buat memenuhi 3 kebutuhan itu. Apalagi kalo tinggal di lingkungan sosial yang katakanlah anak-anaknya kasar, dsb jadinya di rumah mulu ama ibunya kagak punya temen sebaya. Nah sikon kayak gini ujung-ujungnya tetep butuh pre-school ��
Menurutku preschool itu penting agar anak bisa lebih mengenal lingkungan sekitar, juga melatih gerak motoriknya. Sebagai ibu bekerja, saya memang kurang ada waktu dengan anak, jadinya ya si kecil dimasukkan ke PAUD :)
ReplyDeleteSaya pun gak telaten bikin-bikin mainan anak gitu... :D Kirim mereka ke sekolah adalah jawaban :D :D
ReplyDelete*ANDA JANGAN BERBOHONG* *LOL* MWAHAHAHAA salfok sama kalimat itu teh,,,
ReplyDeletejadi aku harusnya bangga kalo anakku lompat2 terus yaa :D
ReplyDelete