Sebagai suami millennials, JG itu tak gentar dan jago banget ke pasar dan warung untuk belanja sayur-sayuran. Dua hari lalu, pulang kerja, doi ke warung untuk beli telor. Saya tungguin kok lama ya.
Ternyata dia sungguh menjiwai perannya dan ngobrol dulu sama ibu-ibu di warung. Obrolannya bikin shock banget. Beberapa hari setelah kami kecurian, rumah deket sini kecurian juga dan pencurinya ketangkap basah!
Digebukin warga sampai babak belur dan akhirnya meninggal.
T________T
No, saya sama sekali nggak lega dengan kemungkinan itu pencuri yang sama dengan yang ambil kamera serta iPad kami. Saya merinding dan sedih banget. I mean, does he deserve it?
T________T
Benar atau salah, dia HANYA mencari uang seperti juga yang kita semua lakukan setiap hari. Bukannya belain pencuri, tapi modusnya kan maling diem-diem, ya yang punya rumah sih harusnya bisa waspada dengan kunci pintu rangkap banyak gitu biar aman. Beda halnya dengan rampok yang emang dengan sengaja nyekap yang punya rumah gitu misalnya.
(Baca cerita kemalingan saya di sini: Kamera Hilang dan keikhlasan saya di sini Kuota Kepemilikan)
Modus diam-diam kan artinya dia cuma berusaha cari duit, kalau ketangkep itu risiko pekerjaan. Meskipun pada akhirnya duitnya dulu nih buat apa. Kaya yang saya bilang, nggak mungkin dong maling iPad diem-diem buat dibeliin iPhone 7 supaya nggak kena peer pressure? Atau dijual untuk beli iWatch? 😪
Kemungkinan besar akan dijual kan karena butuh uangnya. Kecuali malingnya maling pinter model temen kuliah yang memang nyolong buat gaya hidup ya. Semoga butuh uangnya buat makan atau bayar sekolah atau ada keluarga sakit, bukan buat mabok-mabokan atau narkoba. Nggak enak ah suudzon sama pencuri. 😪
*anaknya positive thinking dalam setiap kesempatan banget yah* *sigh*
Nah tapi terus saya jadi kepikiran soal uangnya nih. Gimana setiap manusia di dunia ini berbeda-beda dalam mendefinisikan uang!
Ini terinspirasi banget sama @proud.project ya ampun kalian kenapa sih postingannya bikin mewek terus. Kalau belum follow, coba deh kalian luangkan waktu 2 jam aja untuk baca-bacain ceritanya. Saya sih nangis di tempat ya. :((((
Bahwa tiap orang itu punya susah yang beda-beda. Bahwa manusia berjuang untuk hidup dengan tantangan yang tidak pernah sama.
Saya jadi mikir banget.
Saya follow beberapa klan keluarga Indonesia yang masuk dalam list 100 richest Indonesian. Mereka ini adalah orang-orang tidak punya konsep uang.
Buat mereka hidup ya sesuai keinginan hari itu. Mau sarapan di Inggris makan siang di pelosok hutan mana yang bahkan namanya nggak pernah saya denger juga bisa. Perginya pake jet pribadi juga, punya sendiri pula bukan nyewa. Di umur 19 tahun, uang bagi mereka cuma sarana untuk dapet yang mereka mau, dan mereka BISA dapet semua yang mereka mau.
Kalau di bukunya Kevin Kwan ini kaya Su Yi. Seumur hidup nggak pernah ngerti uang. Nggak tau apa artinya ngitung uang atau habis uang karena uangnya unlimited sampai nggak tahu jumlah persisnya berapa
Kalau kelas menengah kaya kita gini sih asing banget sama uang unlimited kan. Uang kan ada nominal dan satuannya kok bisa tak terhingga? Ya karena mereka nggak gajian. Tiap detik uangnya nambah saking investasinya banyak banget di seluruh dunia.
Mereka nginjek bumi yang sama tapi hidup sama sekali berbeda. They are the 1% of the society, we're the 99%.
Sekarang saya dan JG, bukan anak siapa-siapa. Uang kami tiap bulan adalah dua gaji dari kerja kami berdua sebulan. Nggak dibantu orangtua, rumah cicil sendiri, mobil beli sendiri. Bayar segala-gala sendiri.
Kerja ngasih yang terbaik atau ngasih setengah-setengah tetep gajian. Do the best biar bos seneng terus ngarep nanti promosi dan naik gaji. Atau kaya JG yang selalu jadi top 100 best performers di kantornya (I’m so proud btw). Sekeras apapun ya gajian segitu-gitu aja tiap bulan. Kalau mau gaji dua kali lipat ya pindah kerja, pindah posisi, dengan beban yang pasti lebih berat.
Kalau untuk si maling?
Definisi uang buat mereka itu belum jelas, tergantung bisa maling apa ya hari ini? Semoga barang mahal jadi bisa buat cadangan uang. Kalau yang dimaling barang murah, berarti besok harus maling lagi. Yang penting bisa makan kali ya. Belum lagi punya risiko digebukin sampai meninggal.
Kata JG: kasian ya maling, risiko kerja tinggi dan nggak bakal ada asuransi mau cover.
HUHUHUHU.
Kalau untuk ibu ini?
Uang adalah jumlah yang didapat hari itu untuk bisa makan sama anak-anaknya. Ibu ini nggak perlu mikirin uang muka rumah karena bayar kontrakan aja nggak mampu. Uang bagi dia adalah harapan hidup untuk anak-anaknya. Hanya untuk hidup, tidak lebih.
Ibu yang satu ini beda lagi.
Ibu ini pemulung, dia bilang di foto lain kalau suaminya romantis karena nggak pernah marahin dia meskipun hidup mereka susah banget. Mereka nggak pernah berantem dan bahagia. Uang bagi ibu ini adalah sekolah anak tercukupi dan anak-anak bahagia. Ia bahkan rela dirinya nggak makan.
T______T
Kalau belum cukup merasa bersalah karena banyak ngeluh, coba liat bapak ini.
Pak Beson semangatnya luar biasa banget. Buat bapak, uang adalah harapan untuk keluarga di kampung. Keluarga mungkin tidak pernah tahu sesulit apa hidup bapak ini di Jakarta, apalagi udah setua ini. Saya yang muda aja capek banget ya ampun. I WANNA CRY.
T______T
Juga ibu Husnul ini. Hidup sendirian jual minuman dan ngehidupin tiga anak. Suaminya selingkuh pula. Duh.
Belajar banyak hal banget ya.
Uang itu kebutuhan, tapi bukan segalanya. Uang bisa beli kebahagiaan, tapi nggak semua kebahagiaan bisa dibeli dengan uang. Selama kalian bisa beli hal-hal bahagia pake uang, pertahankan kebahagiaan itu!
Orang-orang kaya kita ini emang suka taking things for granted. Hari ini bahagia karena punya kamera baru, besok sedih banget ngerasa gaji kurang. Hari ini bahagia bisa beli hp baru, besok sedih banget karena pengen makan enak tapi nggak punya uang. Hhhh
Ternyata faktor utamanya adalah mempertahankan kebahagiaan ya. Atau lebih dikenal dengan satu kata: syukur. :)
Semoga selalu bahagia ya semuanya. Jangan suka mikir kurang uang kalau masih bisa makan enak okeee!
Akhirul kata, ingatlah selalu pesan ibu Husnul. Hidup itu seperti jalan tol, meski keliatan lancar tapi banyak rintangannya, mau pipis lah, ngantuk terus pengen beli kopi dulu lah, laper terus pengen KFC dulu lah. OH SO TRUE! Terima kasih ibu, semoga bahagia selalu! :')))
And thank you for the inspiration @proud.project!
-ast-
Baca postingan tentang hidup lainnya ya!
saya seneng bacanya :')
ReplyDeleteSpeechless..
ReplyDelete-Putri
Kak ichaaaa, aku mewek beratðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
ReplyDeleteThanks for this writing ❤
ahhh aku mau follow! Sebelumnya follow @humansofny itu juga ga kalah sediiiihhhh :'))))
ReplyDeleteIcha masih inget postinganmu ttg empati, masyaAlloh dirimu ga se-bodo amat hingga empati nol.. Di postingan ini sukses bikin aq mewek..
ReplyDeleteTtg maling jd keinget ada hadist ato gimna. Lupa. Dg ga benerin prilakunya ttg mling tadi. Seharusnya yg malah dosa kita2 ini. Dia kalo maling gr2 kelaperan. Ahh betapa ternyata skitar qt ad tetangga qt yg keperan T.T
Heuheu,,,nyambung ke komenku yg pas di cerita maling. Pas sidang, si maling bilang modus dia nyuri adalah krn anaknya sakit. Tapi aku aku ga bs se khusnudzon kamu,,,tetep emosi. Padahal liat si maling 2 bulan di bui nunggu sidang udah kurus dan celong banget
ReplyDelete"Uang itu kebutuhan, tapi bukan segalanya." Setuju banget! :D
ReplyDeleteHey in love with the potato images but really wish to read more. I can only read English, Is there any way I can get a translation of your blogs.
ReplyDelete