Bicara kehilangan, dua kali barang yang cukup "penting" harus terrampas dari kehidupan saya.
Tahun 2008-an saya pernah dihipnotis di Toko Petra, Bandung. Waktu itu hilang Blackberry pertama yang dibeli dengan uang tabungan sendiri. Kedua kemarin itu, saat barang-barang yang raib malah bukan barang yang saya beli sendiri.
Keduanya cukup bikin bengong seharian. Dan ya ... sedih sekali. T_______T
Saya cerita di grup dan semuanya kalem, Nahla bilang: "namaste, kita harus kasih positive vibes, udah anggap buang sial" --> anaknya emang positif banget sama harta benda.
Gesi bilang: "Kalo kata Kousuke papa Miiko: barang yang hilang membawa segala kesakitan dan ketidakberuntungan kita alias kaya kata nahla, buang sial" --> bahkan di saat kesialan pun nge-quote-nya Miiko.
Mba Windi bilang: "tp udah dilihat blm ke seluruh rumah siapa tau ketelingsut" --> orangnya paling logis hahahaha heartless wtf.
Terus kata anak kantor saya Devina (cie Devina disebut namanya lol) "sejak aku ilang HP itu mbak, aku percaya semua orang pernah kehilangan, kaya ada kuotanya gitu".
Oh ya, kuota kehilangan, kuota kepemilikan. Kehilangan kali ini ternyata mengajarkan saya banyak hal.
*
Pagi itu berita kehilangan belum saya ceritakan di group keluarga. Saya menunggu agak tenang dan memikirkan kalimat yang pas karena saya sendiri masih shock memikirkan ada orang masuk rumah. Saya merangkai kata agar kejadiannya tidak terlalu terasa horor.
Ketika akhirnya saya bercerita, semua orang berduka, adik-adik saya pada kasih emot nangis. Sayanya jadi makin sedih huhuhu.
T_________T
Emosinya campur aduk. Sedih, khawatir, terutama takut. Iya saya takut banget karena malem sebelumnya di rumah cuma berdua Bebe. Saya jadi kepikiran, gimana kalau orangnya masuk pas JG nggak ada. Saya dan Bebe bisa apa?
Gimana kalau pas orang itu masuk ruang tamu dia tidak menemukan apa-apa? Apa dia akan lanjut masuk rumah dan bertemu kami bertiga? Seketika keanehan saya menyimpan kamera dan iPad di ruang tamu jadi terasa sebagai keberuntungan.
Jika hari itu normal dan kamera serta iPad ada di kamar seperti hari-hari biasanya, ruang tamu saya tidak akan terisi barang berharga. Apa yang akan si pencuri lakukan?
Segala emosi itu bercampur plus terpikir adik saya yang akan menikah akhir minggu ini. Rasa kecewa, hasrat kebendaan, dipadukan dengan obsesi pada Instagram ini memang menjerumuskan sekali ya.
*ujung-ujungnya Instagram* 😪
Nggak lama group buibu temen kuliah rame. Temen saya cerita ada anak temennya umur 6 bulan yang baru aja meninggal karena SIDS (sudden infant death syndrome). Yang kacau dari SIDS itu nggak pernah diketahui penyebabnya kan, anak lagi tidur tau-tau meninggal aja nggak ada suara atau apa.
"Abis main terus tidur terus dia ga bangun lagi, kata dokter kematian alami"
T_________T
Belum sekian menit bahas SIDS, guru daycare-nya Bebe chat ngirim beberapa foto Bebe yang dekil keringetan abis guling-guling main bola di halaman. Mukanya bahagia, tengil seperti biasa. Bebe nggak tahu, sepagian ibu dan appanya lagi sedih. Nyes banget rasanya liat Bebe yang happy setelah denger berita anak meninggal.
T_________T
Kehilangan saya ternyata nggak ada apa-apanya. Orang lain kehilangan sesuatu yang jauh lebih besar, sementara saya masih punya segalanya. Hidup saya nggak pernah kurang meski nggak berlebihan sampai bisa beli Hermes. Bebe sehat dan happy, suami support selalu, saya nggak kurang apa-apa.
Abis dikirim foto Bebe itu saya ngerasa Tuhan itu lagi ngegeplak nyamuk depan muka saya yang lagi ngelamun. Saya digeplak di depan mata biar kaget dan berhenti merenung terlalu lama.
Beberapa bulan ke belakang saya memang terlalu banyak mengeluh, terlalu sering ngerasa kurang, terlalu mikir kok hidup gini-gini aja sih. Kok kurang terus ini dan itunya.
Butuh hilang kamera dan iPad dulu baru saya ngerasa bahwa tanpa kedua benda itu aja ternyata hidup saya nggak kurang. Nggak sama sekali. Hidup saya cukup, sangat sangat cukup.
Saya juga jadi sadar satu hal: nothing is unlimited. Every single thing has a limit!
Hidup dan mati sih udah tentu ya. Tapi juga hak kepemilikan kita pada barang. Nggak ada satu pun yang bisa kita miliki selamanya. Semua benda punya "kuota".
Jatah saya untuk punya kamera dan iPad mungkin hanya 5 tahun. Itu pun harusnya saya sudah merasa beruntung lah, selama 5 tahun bisa memanfaatkan kamera dan iPad tanpa modal apa-apa sama sekali karena keduanya adalah pemberian.
Kalau pun nggak hilang, ketika kuota kepemilikannya habis ya barang itu PASTI akan nggak bisa dipake lagi. Entah rusak atau saya beli baru atau barangnya dikasih ke orang atau dijual.
Kalau pun kita simpan barang itu selalu, akan ada masanya dia berhenti kita pakai. Hanya akan terduduk di lemari atau di gudang dan kemudian ditasbihkan sebagai "barang kenangan".
Semua pasti ada batasnya. SEMUA PUNYA WAKTUNYA, SEMUA PUNYA GILIRANNYA. Semua punya kuota kepemilikannya.
Tiba-tiba saya ikhlas. Saya langsung chat JG dan bilang mulai sekarang saya akan lebih menghargai waktu-waktu bersama Bebe dan JG karena ternyata mereka berdua lah sebenar-benarnya definisi bahagia. :')
Saya langsung merasa beruntung menikah dengan JG yang bahkan tidak bertengkar atau saling menyalahkan saat terjadi musibah seperti ini. Padahal menyalahkan adalah hal termudah untuk menenangkan diri.
Dan ya, banyak sekali saya tahu pasangan yang malah bertengkar saat terjadi musibah. Hal sesederhana anak menangis saja bisa jadi sumber pertengkaran. Padahal untuk apa mencari kesalahan yang tidak perlu? Kami tidak, thank God.
JG bisa menyalahkan saya yang entah kenapa menyimpan kamera dan iPad di ruang tamu. Saya juga bisa menyalahkan JG yang tidak mengunci pintu. Tapi kami tidak melakukan itu. Tidak peduli siapa yang salah, yang jelas saat ini kami butuh satu sama lain untuk saling berbagi kesedihan.
Sorenya saya jemput Bebe dan bilang "cil, kamera sama iPad ibu ilang diambil orang, ibu sedih deh".
Manisnya, Bebe langsung peluk saya dan bilang "nanti kalau sudah besar aku beli kamera dan aiped buat ibu".
CRYYYYY.
Sepanjang jalan ke rumah, Bebe yang duduk di car seat terus cium-cium tangan saya sambil bilang "Aku beli kamera, ibu seneng kan? Appa seneng kan? Tapi nanti kalau sudah besal"
😢
Nyampe rumah dia langsung nyalain senter di HP nya dan sibuk nyenterin semua kolong. Kolong meja, kolong rak, sisi samping lemari. Saya tanya, lagi apa? Jawabannya?
"Aku lagi cari kamera dan aiped ibu" seolah kamera dan iPad saya hilang itu sama dengan mobil-mobilan dia yang "hilang" masuk ke kolong.
WHAT HAVE I DONE TO DESERVE THIS SWEET BOY ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
*
Nahla selalu bilang "harta itu serem kak, serem banget". Iya saya baru sadar itu sekarang, semakin banyak kita punya sesuatu, semakin besar kemungkinan kita "sakit" karena kehilangan, semakin tinggi rasa khawatir dan curiga.
Tapi yaaa, realistis aja sih. Nggak bakal juga tiba-tiba hidup minimalis hanya dengan satu koper gitu kaya yang lagi trendi hahaha Nggak sanggup, secukupnya aja yaaaa. Hasrat kebendaan ini kan paling susah dibendung karena bikin bahagia dengan instan. Sigh.
Dan ternyata kemalingan gini wajar terjadi di kota-kota besar ya! Iya sih saya sering denger cerita, tapi banyak orang yang saya ceritain soal ini pernah kehilangan dengan cara sama juga, kehilangan di ruang tamu juga karena nggak kunci pintu. Oh well.
Kuota kehilangan itu benar adanya.
Malem itu juga kami ke kantor polisi, mengantri 1 jam lebih dan belum juga kebagian jatah dibuatkan laporan pencuriannya. Kami mengobrol dan menyadari bahwa semua orang di sini melaporkan sesuatu yang hilang karena dicuri!
Saya baru tahu lho, di kantor polisi ruangannya itu beda dengan bikin surat kehilangan atm hilang. Ini ruangannya tegang, ada satu ibu yang ternyata pencuri ketangkep basah, sedang diinterogasi. Beberapa calon pelapor lain menunggu dengan wajah capek. Ditambah pak polisi yang menjawab ketus karena harus jaga image-lah! Ada maling di ruangan gitu loh!
Wow, banyak orang kehilangan artinya banyak yang mencuri, artinya banyak yang butuh uang. Mungkin memang BUTUH uang untuk makan, untuk beli susu, untuk anaknya sekolah.
Iya saya yakin, maling nekat seperti ini tidak akan mengambil kamera dan iPad saya untuk dibelikan iWatch dong? Priority bro. Nggak mungkin kan malingnya komplotan Danny Ocean karena masa iya yang dimaling cuma kamera dan iPad. 😶
Selintas saya mikir loh kok banyak orang jahat di dunia ini!
Tapi kemudian langsung tersadar bahwa nggak fair lah mikir kaya gitu karena kenyataannya orang baik juga banyak. Lebih banyak.
Orang-orang baik yang mau membantu mendorong mobil ke pinggir jalan meski tidak kenal, yang tidak menjambret HP kita saat sedang pesan ojek di sisi jalan yang ramai, yang rela ... apa lagi ya. Ya intinya banyakan orang baik kok! Dalam satu gedung kantor aja maling uang kantor paling berapa orang kan. Rasionya lebih banyak orang yang baik dan jujur kan!
Belum lagi memikirkan orang-orang yang harus mengambil kuota kehilangan mereka dengan cara yang kasar dan tidak manusiawi. Yang dirampok dengan senjata tajam sampai disekap di kamar mandi.
Ya intinya saya masih jauh lebih beruntung. Maling kamera itu hidupnya pasti tidak seberuntung saya. :')
Jadi ya kalau kalian baru kehilangan barang kaya saya, ingatlah selalu bahwa semua orang punya kuota kehilangan. Semua barang punya kuota kepemilikan. Nothing's immortal.
Dan selayaknya ibu-ibu, mari kita tutup postingan ini dengan kata mutiara yaitu ... selalu ada hikmah di balik setiap kejadian hahaha.
Kali ini hikmahnya adalah jadi beli kamera baru. Sebelumnya saya selalu ingin beli kamera tapi tak pernah punya alasan kuat untuk beli karena kamera lama pun tidak apa-apa hahahaha #win
Kalian pernah hilang barang elektronik kesayangan juga? Hilang apa? Jangan sedih ya, mungkin kuotanya sudah habis! ;)
-ast-
Pernah kehilangan laptop sama hp, pas di kosan lagi mandi. Modusnya, ada orang nanya kosan sama ibu kos. 2 orang. Yang nanya yg cewek (karna kosan cewek) trus minta kertas buat nulis entah. Yg cowok ijin ke kamar mandi. Jadi perhatian ibu kos teralihkan. Dan kebetulan kamarku ke arah kamar mandi, lagi kosong karna kutinggal mandi. Sedihnya karna itu awal kerja, laptop juga dikasih bapak, hp ikut digondol maling jadi gabisa kasih kabar langsung. Berasa hampa dan kosong mati rasa. Itu 7 tahun lalu.
ReplyDeleteBaca ini dini hari saat kepala semrawut, ah hangatnya :')
ReplyDeleteThankyouuuuuu
Aku jg 2th yg lalu uda lama sih kehilangan kamera, headset dan fd dikamar... Uang dilemari mamaku, hp di meja makan... Dan entah syp yg ambil padahal mamahku selalu dirumah pintu jg ketutup terus... Dan ga ada yg tau barang2 itu ada ditempatnya, kok bisa2nya si pencuri tau... Terus pada mikir, tuyulkah? Coz kl manusia, siapaaaaaa cb...
ReplyDeleteTp yaudahlah, mungkin emg bukan rezekiku memikiki barang itu lama2... Syedih, tp kudu ikhlas huhuhu...
Serem juga yah sampe tau posisi yang berharga di rumah, untung ga diambil rasa sayangnya. Karena rasa sayang itu yang paling berharga.... eh... gimana gimana?
DeleteIkut prihatin atas kehilangannya. Pernah merasakan kehilangan sesuatu yg berharga juga.Lesson learned. Kl tahu apa yg bakal tjd di masa depan, pasti berusaha memanfaatkan momen saat quota yg "sdh dijatahkan" msh ada... dg manfaat yg sebaik2nya. Krn... ya itu..nggak ada sesuatupun di dunia ini yg benar2 milik kita
ReplyDeleteSetuju mba.
ReplyDeleteYang ga da batasnya itu cuman Tuhan aja. Jika kita makhluk yang Dia ciptakan langsung aja ada limitnya, apa lagi benda-benda yg dibuat manusia. Kalo ga hilang, suatu saat pasti bakalan rusak. Past ada masanya, pasti ada gilirannya benda2 itu tidak bisa kita gunakan lagi.
Bicara tentang jambret jadi inget ibu saya yang tiap hari naik bus. Udah sering banget liat orang berniat jambret di dalam bus. Alhamdulillahnya ibu saya bukan yang jadi sasarannya. Mungkin ini juga namanya kuota kepemilikan ya? Kayak "belum waktunya" gitu. Duh kok ngeri sendiri tiba tiba...
ReplyDeleteAku blm pnh kehilanga barang2 berharga sih. Tp suami pnh kehilangan Macbooknya yg baru dipakai setahun, dicuri tetangganya sendiri yg pura2 baik. Dan setelah itu suami stres berat krn data kuliahnya disitu semua. Gak lama dibeliin macbook lg krn emaknya gak tahan liat suamiku gondrong :D
ReplyDeletePernah diambil satu tas dan isinya pas lagi sholat di masjid. Padahal itu tas ada di samping depan aku :( :(
ReplyDeleteAduh, nyess banget habis baca tulisan mb nissa ni... Selamat kamera barunya...! Eh, udah jadi beli belum? he he he
ReplyDeleteHai,
ReplyDeletesaya mau share yang, mungkin, hubungannya agak jauh dengan kehilangan benda ya. Tapi jadi kepikiran tentang cerita berikut ini ketika baca cerita Mbak.
Saya mengundurkan diri dari pekerjaan yang sangat saya cintai (yang semua orang tahu benar akan hal itu, karena selalu saya ungkapkan kecintaan saya pada pekerjaan itu) dengan alasan: waktu saya sudah habis di sini. Lucu, ya, katanya cinta, tapi kok malah memutuskan untuk melepas? (Jawaban super singkatnya: saya sudah di 'puncak', dan hidup gak cuma soal senang-senang).
Lalu beberapa saat lalu, saya mengobrol dengan teman yang sebenarnya tidak dekat-dekat amat, dan saya cerita tentang perasaan 'hilang' pada diri saya karena sudah tidak lagi memiliki pekerjaan itu. Teman saya bilang: "Mungkin karena kamu melekatkan identitasmu ke dalam pekerjaan kamu, makannya ketika kamu tak lagi punya pekerjaan itu, kamu merasa identitasmu hilang."
Simpel banget dia ngomong. Dan padahal omongan begitu juga saya sudah kepikiran. Tapi masalahnya, kayaknya emang harus ada orang lain yang ngomong begitu ke depan muka, biar saya 'bangun'.
Jadi, soal kehilangan benda, mungkin yang membuat kita sedih adalah karena kita menempatkan kebahagiaan kita pada barang itu. Padahal kebahagiaan tidak bergantung pada benda. (Kalau di kasus saya, soal identitas)
Tapi sebenarnya soal benda, pernah juga sekitar 50% semua benda kepemilikan saya lepas begitu saja, dan hidup saya baik-baik saja. Tapi kalau saya cerita sepertinya jadi terlalu panjang.
Terus menulis dan berbagi cerita ya Mbak, saya menyenangi tulisan di blog ini.
Salam kenal btw,
-Putri
gileeee... mbaknyaa... nyess bgt... i feel u mbak putri... aq juga baru aja resign.. ngalamin perasaan hilang itu juga.. sepertinya betul masalahnya salah penempatan identitas.. thanks for sharing mbak...
Deletebeberapa hari yg lalu papaku kehilangan motor yang baru dibeli dengan cara over kredit,padahal sewaktu motor nya baru datang dia sangat bahagia sedihnya lagi motor itu hilang ketika baru 1 bulan kurang dipakai..
ReplyDeletemungkin kuota kepemilikan nya hanya segitu ya,kalau diambil hikmah nya sih sekarang papaku ga usah pusing bayar cicilan perbulan nya ��
Allah sudah mengatur segalanya ya ka..
Aku pernah kehilangan, tepatnya suami sih yang ngilangin. HP pemberian wali murid pas aku ultah. Spesial banget lah, karena jaman duluuu dikasih kado HP kan wow banget. Disayang2, aweet sampe aku nikah. Terus suami ke Jawa ada nikahan temennya. Entah dapet ilham apa sebelum itu kita tukeran HP. Terus ilang di biiisss T_T. Nyeseknya lama banget pas itu. Tapi mau diapa, wong udah ilang.
ReplyDeleteBaca ini jadi keingetan lagi, hehehe. Tulisannya bagus banget Chaaa. Thank you^^
Duh bacanya maknyes, aku baru kehilangan ponsel di kamar RS pas anakku di rawat 3hari lalu, rasanya masih ga rela karena ponsel tersebut di beli suka duka usaha. Tapi ya sudah mungkin ini teguran buat aku, yang penting anak sehat dan ceria lagi.
ReplyDeleteLife goal baru gue adalah...disebut di blognya Icha. Sekian.
ReplyDeleteMUEHEHE keep trying ya Kak Jess!
DeleteAq keilangan mas kawin. Emas batang. Ada dua. Tapi yang ilang satu. Padahal ditaro di lemari. Tuyul kali yaa..
ReplyDeleteSediiiih parah.
Tapi yauda la..
Udah ilang mah da gimana atuh.
Semoga kamera sama ipad yang ilang diganti sama rizki yang lebih melimpah yaaa..
ilang hp ketinggalan di angkotttt waktu SMA. sebel sama diri sendiri, kenapa ceroboh banget. kalo pacar sering banget hilang ini itu. ilang hp dikondangan, doi kan AE wedding photography gitu. Lg liputan wedding, nitip ngecharge hp di temennya yg jaga photobooth. ehhh ilanggg. terus hilang tas dan isinya wkt jaga papanya di RS. untung HP sm dompetnya dikantong...
ReplyDeletedulu paling nyesek pas ilang samsung champ hasil dari nabung beasiswa di 2011 awal, dicopet di bis pas berangkat kerja. trus gimana? yaudah lanjutin idup sambil ngumpulin uang lagi.
ReplyDeletealhamdulillah dapat puinjeman hape temen sambil nunggu beli baru.
alhamdulillah masih dikasih Tuhan kemampuan dan kesehatan (dan kesempatan!) buat kerja.
alhamdulillah dulu kuliah bisa dapet beasiswa.
alhamdulillah lah pokoknya, banyak-banyakin beramal aja :)
Tanggal 6 juli kemarin suami ke hilang an uang... Jt & 2 unit hp. Posisi saya & ank2 di rumah sakit persiapan Adek yg baru usia 4 bln operasi hernia. Suami plg untuk ambil baju ganti. Awal nya sebel kehilangan di tempat yg sama padahal tahun 2010 suami kehilangan hp & sepeda motor. Alhamdulillah selalu ada hikma dari itu setia kejadian operasi Adek di beri kelancaran Di angkat penyakitnya dan bisa sehat kembali amin ya robbal alamin
ReplyDeleteSekitar 4 tahun yang lalu rumah gue kemalingan. Padahal beberapa hari sebelumnya gue baru dapat kabar gembira karena gue keterima di salah satu PTN dengan jurusan impian. That made me think, maybe that was how God taught me to trade off, to gave up of one thing in return for another.
ReplyDeleteWaktu itu kondisi rumah lagi kosong karena semua pada pergi tarawih. Gak kebayang gimana kalo ada orang di rumah pada saat itu karena menurut penyelidikan polisi malingnya berjumlah lebih dari dua dan membawa senjata. Another lesson learned which taught me to be grateful, the most precious thing in life is having your loved ones stick around.
Thank you Ka Icha for this post.
salo dah dewasaaa!
ReplyDeleteMba Nisa, akhirnya sy mau ikutan komen juga setelah beberapa waktu jd silent reader sekaligus penggemar (tssahhhelahhh...) tulisan Mba.
ReplyDeleteKehilangan paling update buat sy adalah kehilangan ASIP sekitar 300ml karena COLOKKAN FREEZERnya gak tercolok dengan benar (entah kesenggol atau masang awalnya ga bener). PADAHAL....ASIP itu yg setengah mati dapetinnya dan dalam rangka relaktasi serta sugesti positif untuk diri sendiri. Rasanya?? udahlah sampe males buka mulut, termenung, diem, cengo, blo'on gitu setelah reaksi spontan pertama adalah ngamuk >.<
Bisa rada tenang ketika temen cerita dia kehilangan 80 botol ASIP krn kasus yang sama. Disaat itu Ibunya mengingatkan, "mungkin saja yg terbuang itu kalau diberikan ke anakmu kurang baik, makanya Allah ganti sama yang lebih baik, ikhlas yaa..."
Hati langsung adem Mba. Mungkin memang benar adanya, ketika kita tidak fokus pada apa yang hilang dan lebih bersyukur dengan apa yang MASIH kita punya, hidup akan (terasa) lebih menyenangkan.
Anyway...Bebe romantis yaa...gemeeesssttt...
Xoxo,
Etta