Oke, jadi timeline beberapa hari heboh karena idola remaja masa kini berfollowers lebih dari 500ribu di Instagram PUTUS SAMA PACARNYA. She’s underage, her ex boyfriend is only 16 years old. Tapi putusnya si neng yang bahkan bukan artis TV ini dramanya udah jadi trending topic dan sampai dibahas di radio-radio katanya.
Paling ngakak pas diskusi (diskusi bener) sama temen-temen kantor terus muncullah keputusan bahwa KAYANYA si cowok disuruh putus sama mamahnya sih ya kan. Abisan si cewek ini tipe bad girl dengan cropped top dan sneakers mahal, ngerokok, tatoan, ngomongnya kasar. Kata mamah harus pacaran sama perempuan baik-baik. LOL
Baca punya Nahla di sini:
Tapi si cewek ini feed Instagramnya rapi jadi enak dilihat, wajar followersnya banyak. Followersnya sering berkomentar dengan #goals untuk foto OOTD dia, #relationshipgoals dan mention pacar masing-masing dengan “yang kita kapan gini?” di foto dia sama (mantan) pacarnya, dan #friendshipgoals serta #bffgoals di foto dia sama sahabat-sahabatnya. Kurang apa? Apa kurang banget?
Yang baru tau si neng minggu ini pasti bingung. Apa spesialnya? Kenapa sih dia heboh?
Ya iyalah kalau baru taunya sekarang mah nggak akan ngerti. Sama kaya gini, kalian baru pertama kali denger nama Kanye West hari ini. Terus bingung kenapa minggu ini sedunia tiba-tiba ngomongin dia.
Ya karena dia memang ngetop dari dulu, orang mah udah tau dia dari dulu, terus ada kejadian “penting” di hidup dia. Ya followersnya ngomongin lah. Yang nggak tau dia siapa mah ya gimana mau ngerti kan?
Si neng satu ini juga followersnya udah banyak dari dulu. Karena dia putus aja jadi pada gatel pengen ngomong juga di socmed.
Kalau yang udah tahu dia dari dulu komentarnya:
“WAAHHH PUTUS, TERUS FEED INSTAGRAMNYA GIMANA?”
*anak Instagram sejati* lolol
Abisan feed Instagramnya tematik 9 foto dengan color scheme berbeda yang artinya kalau dia hapus foto-foto sama mantannya yang random di antara 9 foto, feed tematik 9 foto itu akan kacau balau. Padahal dulu dia nggak pakai color scheme 9 foto, pake pink doang. Ehalah ganti gaya. Kacau kan pas putus lol.
Terus setelah mikirin feed yaaa, langsung kasihan aja sih. Ya lo diputusin cuma karena disuruh sering ngabarin.
“Kamu nggak perlu ngabar-ngabarin aku lagi kalau kamu mau pergi sama temen-temen kamu,” kata si neng di videonya.
Padahal yah, pacaran umur segitu kan template-nya begitu. Ceweknya manja posesif pengen dikabarin terus. Sementara cowoknya masih mau main sama temen-temennya dan emang beneran lupa ngabarin atau males ngabarin karena nggak suka cewek posesif. Tapi cewek posesif ini menyenangkan untuk ditaklukan so yeah. Lingkaran setan.
Been there. LOL
*kemudian semua ilfeel sama gue dan close tab dan blok blog gue* JANGAN DONG JANGAN AH.
Tapi intinya bukan itu. Intinya adalah kasihan sama anak remaja zaman sekarang karena masa remaja mereka dihantui social media. Kaya yang Justin Bieber pernah bilang (kurleb): “Pas pacaran sama Selena gue nggak tau mana yang real mana yang bukan. Mana yang private mana yang public. Karena semua orang ikut dalam setiap gerak-gerik kita. Sampai kita bingung sebenernya kita ini beneran pacaran atau cuma karena terbawa euforia fans aja.”
Dan sebagai Jelena shipper #1 aku patah hati sampai sekarang. *krai*
(Baca juga: Menjaga Ucapan di Social Media)
Terus banyak yang bilang: “duh anak jaman sekarang, hidupnya kok gitu amat”
Lhooo. Dari zaman gue sekolah dulu juga udah banyak kan cewek ngerokok. Banyak juga yang kalau lagi nggak sekolah pake cropped top dengan udel ke mana-mana dan pake piercing. Temen SMA ada juga yang udah tatoan dari SMA. Cewek ada cowok ada. Dan akuilah memang orang-orang kaya gini populer kan. Cuma dulu jadi bintang sekolah doang, sekarang jadi bintang Instagram.
Dan banyak juga yang bilang “Miris deh orang kaya gini diidolakan remaja”
Ya miris tapi gue ngerti-ngerti aja sih kenapa fansnya banyak. Because she’s living her fans' dream. Banyak remaja yang memimpikan hidup bebas tanpa serumah sama orangtua, punya sahabat yang juga housemate, punya penghasilan sendiri dari Instagram dan YouTube jadi nggak perlu bergantung sama orangtua. Punya kebebasan untuk menentukan itu tangan ditato atau nggak, rambut blonde atau nggak, endebrei endebrei …
… and party like there’s no tomorrow.
We’ve all been there, no?
Kita semua punya impian dan ketika ada orang yang hidup di mimpi-mimpi kita, orang itu langsung jadi idola kita.
Lanjut pernyataan berikutnya: “Orangtuanya pada ke mana sih?”
Ayah dan ibunya si neng? Ada tuh di Instagramnya, suka upload foto keluarga. Di ask.fm juga suka pap (post a picture, in case you're not familiar with ask.fm) foto keluarga.
“Kalau orangtua fansnya pada ke mana? Tau nggak sih anaknya mengidolakan perempuan yang bertato dan ngomongnya banyakan anjingnya daripada kata-kata lain?”
Well ya, nggak semua orangtua cukup dekat dengan anaknya sampai tahu persis apa keinginan anaknya yang paling terpendam. Seberapa banyak dari kalian semua yang pengen punya tato terus bilang sama orangtua?
Gue bilang. -______- Umur 14 tahun, pengen ditindik berjajar di telinga.
Nyokap gue: “Tindik tambahan dan tato itu nggak bisa jadi PNS loh, cari kerja juga susah karena banyak perusahaan yang nggak mau karyawannya ada tindik dan ada tato. Kalau kamu pulang sekolah tiba-tiba punya tindik atau punya tato, terserah. Ibu nggak akan marah tapi tanggung sendiri semua risikonya.”
Dulu gue percaya sepenuhnya karena industri kreatif belum kaya sekarang. Lah sekarang orang mau tato sebadan-badan juga bisa jadi CEO kok, nggak perlu jadi karyawan asal punya karya juga bisa kaya dan hidup bahagia. Dan dosen PNS dengan tindik berjajar-jajar di telinga juga ada, jadi ya nasihat ini sudah tidak relevan.
Tapi poinnya adalah, keterbukaan dalam keluarga bikin gue ngomong kalau gue pengen ditindik dan somehow sebenernya ada masanya pengen punya tato (kaya si neng). Meskipun ujung-ujungnya gue nggak jadi ditato karena takut nggak punya kerjaan. Dan takut sakit. Bok, nggak berani lah udah. Liat orang lagi ditato aja gue yang mau pingsan, apa kabar gue yang ditato. *lirik gesi dan adit* lol
(Baca juga: Cerita gue waktu SMA, berantem terus sama nyokap karena teman adalah segalanya)
Dan ketika si neng putus (sama pacarnya yang cuma 16 tahun dan baru 5 bulan pacaran) …
Gue ngikik aja. Neng, itu cuma fase kehidupan yang akan kamu lewati. Nanti 5 tahun lagi aja berasa tolol kok pasti nonton video itu nangis-nangis. Banyak kok orang yang nangis-nangis karena diputusin pacarnya, cuma yang lain nggak punya subscribers YouTube banyak jadi ngapain nangis depan kamera. Kalau neng kan banyak, lumayan lah nangis-nangis dapet penghasilan juga dari views ya kan.
Salut banget karena itu partynya sponsored ya. Kebayang sih harus ngejalanin sesuatu dengan nangis-nangis karena profesionalisme. Ya gimana lagi kan? Mau nggak mau dramanya jadi kebawa.
Gue juga kasian karena dia nggak pernah nyakitin orang tapi disakitin mantannya sampai dijepit kakinya. Meennn, cowok macam apa yang menjepit kaki ceweknya sampai nangis. Untung putus, daripada KDRT berlanjut kan kasian.
Dan yes setuju sama nasihat BFF nya si neng, bahwa bullying dan nyuruh orang bunuh diri itu nggak sepele loh. Banyak remaja korban bullying yang jadi beneran ingin bunuh diri. Di Instagram banyak. Bahkan banyak yang set bio akan bunuh diri kapan. Makanya kalau search hashtag “suicide” langsung dapet pop up message bantuan yang mungkin dibutuhkan. Di YouTube juga banyak cewek-cewek yang curhat karena korban bullying. Itu parah sih.
Dan si neng emang banyak yang bully bilang dia nyakitin cowoknya duluan lah blablabla. Karena si cowoknya juga banyak fans kan. Ya risiko pacaran di depan umum sih. Gimana lagi.
Udalah cuek aja, kibas rambut dan pake lipstik merah. Biarkan anjing menggonggong.
Dari gue sebagai orangtua pada perilaku anak-anak "zaman sekarang"
Intinya jangan jadi orangtua yang cuma bisa larang-larang anak. Besarkan anak dengan membiasakan diri terbuka dengan orangtua. Jangan jadi orangtua yang hanya bisa marah ketika anak berbuat salah tapi bukan jadi tempat dia berbagi masalah.
Bicarakan juga dengan suami apa yang akan kita lakukan kalau suatu hari dia bilang dia punya pacar, dia mau pergi sama pacarnya, dia coming out gay, dia narkoba, dia dipenjara, dia hamilin anak orang, atau dia mau pake piercing atau tato. Apa yang akan kita lakukan? Bukan mendoakan terjadi tapi mempersiapkan yang terburuk. Seperti kita mempersiapkan asuransi jiwa dan dana pensiun.
Begitulah.
(Baca: Perempuan harus mandiri, bukan takut suami poligami, tapi ...)
Udah ah aku lelaaahhh. Let’s move on to Tay and Kimye, shall we? LOL
-ast-