Jadi kemarin saya baca di Seventeen (oh yes I read them a lot even tho i'm far from seventeen years old), ada sebuah keluarga Palestina yang tinggal di Amerika. Anaknya 4, perempuan semua, semua kelahiran Amerika, warga negara Amerika. Cerita diceritakan dari sudut pandang anak ketiga.
Intinya kedua kakak perempuannya tiba-tiba hilang setelah lulus SMP. Ibunya bilang mereka ada di kampung. Sampai dia sendiri lulus SMP dan nggak ada tanda-tanda akan didaftarkan ke SMA. Dia disuruh diam di rumah dan dibilang harus belajar jadi "good housewife" dengan belajar masak dan beres-beres rumah.
Baca punya Nahla di sini:
Long story short pas umurnya 14 tahun, dia dibawa juga ke Palestina dan tiba-tiba diajak ketemu beberapa laki-laki dan kemudian dipaksa menikah. Dia nggak maulah, tapi akhirnya nikah juga. Yang inspiring adalah, dia berhasil menghubungi US Embassy untuk kemudian dibantu kabur dari rumah suaminya dan kembali ke Amerika.
Karena menikah-paksa-kan anak di bawah umur adalah ilegal untuk warga negara Amerika (dan kita juga sih sebenernya). Dia kemudian tinggal di beberapa keluarga (foster family) yang mau nampung dia sampai akhirnya salah satu keluarga itu mau mengadopsi dia jadi anaknya.
Dan dia harus melewati beberapa persidangan melawan ibunya untuk menentukan apakah dia akan dipelihara negara atau balik ke ibunya. Tapi ternyata ibunya melepas gitu aja, nggak ada beban kalau harus mempertahankan anak kandungnya sendiri. Akhirnya dia sekolah lagi, lulus kuliah, dan kerja. Dengan keluarga baru yang lebih sayang sama dia dibanding keluarga kandung dia sendiri.
Saya bacanya speechless. Sedih banget. Kalau kita udah nggak bisa percaya sama ibu kandung kita sendiri, sama siapa kita harus percaya?
Dan berapa juta anak Indonesia mengalami hal yang sama, nggak punya kesempatan untuk kabur, dan terpaksa kehilangan masa depan karena dikawinkan paksa?
Gini, ketika ada ibu menyiksa anaknya, kita akan tau kalau ibu itu depresi atau punya penyakit jiwa. Tapi melepas anak lo untuk nikah sama orang lain di usia yang sangat muda, itu namanya kabur dari tanggung jawab, bukan sakit jiwa. Beda. Yang satu sakit, yang satu tolol.
Udah tahu nggak akan sanggup besarin anak, kenapa masih harus beranak sih? Empat pula dan tiga dari empat itu langsung dibuang gitu aja di umur 13-14 tahun untuk melepaskan tanggung jawab. Such an idiot. Orang-orang kaya gini nih yang harusnya dilarang kawin.
Nikah paksa itu gila banget loh. Apalagi keterusan nggak bahagia dan punya anak. Akan ada 2 generasi yang jadi korban. Ibu yang punya anak di luar kemauannya, akan seperti apa membesarkan anaknya?
Saya punya teman yang dinikahkan paksa oleh ibunya saat lulus SMA, suaminya kaya raya. Sampai sekarang nggak bahagia, statusnya selalu mellow. Anaknya satu, cerai sama suaminya dan struggling jadi single mom karena punya anak di usia sangat muda dan nggak pernah kuliah. Kerja pun ya gitu-gitu aja.
Oh ada yang bahagia dinikahkan paksa? Setelah berapa lama? Ya kalau namanya "dipaksa" mah udah berarti nggak akan bahagia lah. Apalagi dengan laki-laki yang bukan pilihan anaknya sendiri.
Dan saya kepikiran lamaaaa banget sama artikel ini sampai ngelamun. Bahwa hal-hal kaya gini itu di luar kuasa kita. Bahwa ketika negara membuat hukum anak nggak boleh nikah di bawah umur sekian aja nggak ditanggepin sama orang-orang ini, kita tau otak mereka seberapa jauh dipakenya.
Mereka nggak peduli itu ilegal atau nggak, yang penting hidupnya nggak susah lagi. Yang penting anak mereka ada "di tangan yang tepat", suka atau tidak, bahagia atau tidak. Yang penting bisa makan.
SEDIH BANGET. Perut memang selalu jadi urusan nomor 1.
Makanya saya selalu menganggap program Keluarga Berencana itu brilian banget. Soeharto emang sarap ya diktator banget sampai punya anak berapa aja dia atur sama negara. Dia kampanyekan ke desa-desa.
Untuk apa? Untuk mempertahankan kualitas hiduplah. Lo nggak punya anak aja hidup susah kok mau punya anak 4. Ujung-ujungnya nggak sekolah kan, kalau laki-laki kerja jadi apapun level kuli, kalau perempuan ya dinikahkan paksa.
Apa yang harus kita lakukan? Kampanyekan lagi KB?
Tolonglah kampanyekan kalau mau kawin itu mikir. Iya anak lahir dengan rezekinya masing-masing, tapi seberapa banyak kita baca bayi meninggal karena dikasih makan di usia beberapa hari karena orangtuanya nggak sanggup beli susu dan ASI nggak keluar?
Saya selalu nganggap orang-orang susah kaya gitu ASI nya nggak keluar karena mereka makan aja nggak bergizi. Ngerasain banget soalnya kalau makan banyak dengan sayur dan protein, ASI kenceng. Kalau makan sedikit, ASI kurang. Ya kalau ibunya makan aja susah? Gimana ASI nya mau keluar? Ya kan?
Dan orang-orang judge: ASI pasti keluar! Lo aja kurang usaha. Kurang uang sih sebenernya buat makan, kalau makan bergizi mungkin ASI nya keluar.
Ya gitulah. Cuma mau share keresahan aja yang tidak ada solusinya. Plis om tante, jangan kawinkan paksa anak-anakmu dengan alasan masa depan.
:(
-ast-
js inget novel mehrunnisa, ibunya ga punya uang untuk makan makanya asinya ga keluar. trus si mehrunisa ditinggalin di gurun pasir, tp di cerita itu akhirnya mehrunnisa balik ke ortunya dan pas gese nikah sama pangeran mughlal.
ReplyDeleteeh ga ada hubungannya ya ceritanya.
tp setuju bgt, kawin krn cinta aja kadang ga sesuai harapan apalagi kawin paksa. kasihannyaaaa
Oh..Cukup siti nurbaya yang mengalami pahitnya dunia
ReplyDelete#sambilnyanyiplusjoget
Oh..Cukup siti nurbaya yang mengalami pahitnya dunia
ReplyDelete#sambilnyanyiplusjoget
I agree with all those opinion, but tentang ASI, rezeki-rezekian sih, justru orang-orang yang ASI-nya nggak keluar yang aku kenal adalah mereka yang punya uang berlebih, tapi ya mungkin memang rezekinya harus buat beli susu..
ReplyDeleteJaman Soeharto kayaknya emang paling beradab deh orang-orangnya..
karena pada saat itu orang yang dianggap nggak beradab langsung HILANG tanpa jejak sih.
DeleteDan orang orang yang seperti itu mengharamkan KB.
ReplyDeleteBagi mereka 'setelah anak dewasa, ada yg ngelamar dan gda alasan nolak...maka gaboleh ditolak'
Duh Mbak, aku jd inget ada yg menikahkan anaknya dengan alasan kurang lebih mirip dengan yang diatas, lalu dengan bangganya, dan tentunya si perempuan dipoligami.
ReplyDeletelalu tinggal di lingkungan yang esklusif (menutup informasi dan pergaulan dari luar). Yang paling sedihnya mbak, mereka melarang KB, tapi memberikan obat penggugur kandungan :(
Menikah dipaksa emang mengerikan :'( Ogah banget lah disruh nikah amaorang yang eggak dikenal, belum tentu kita suka pula.
ReplyDeleteOh iya, khusus di texas seinget ku nikah dibolehkan dari umur 14 tahun kalau enggak salah ya. cmiiw.
Mau dipaksa atau enggak kalau tujuannya cuma buat perut/harta doang pasti enggak akan bahagia.
KB bagus, tapi aku niatnya pengen punya banyak anak, kaya orang-orang jaman nenek dan nenek buyutku dulu. hahaha. Masih niat sih. Mamah ku punya anak sedikit dan aku pengen punya anak banyak. Baru rencana sih.