Saya, anak-anak, dan para nanny memanggilnya Om Andi. JG memanggilnya Kang Andi. Akang, karena Andi yang dimaksud ini memang orang Sunda. Cianjur tepatnya. Surga beras dan tepung gasol yang hits sekali di kalangan ibu-ibu.
Tubuhnya gempal berisi. Wajahnya bulat ramah, rambutnya yang kasar dipotong pendek rapi. Seingat saya, ia hampir selalu memakai kaos berwarna biru. Kadang-kadang berjaket hitam. Sewarna dengan kulitnya yang legam terbakar matahari.
Om Andi adalah pengantar katering untuk anak-anak di daycare. Pagi sekitar pukul 6.30 ia sudah datang. Usai mengantar makanan, ia kembali ke rumah majikannya. Mengantar jemput cucian karena ibu pemilik daycare--biasa dipanggil Bubu oleh anak-anak--juga punya usaha laundry kiloan. Sesekali di siang hari ia mengantar galon untuk air minum di daycare.
Mengantar jemput itu ia lakukan dengan motornya yang juga berwarna biru. Motor gaib yang sudah tak tercatat lagi surat-suratnya karena tak pernah perpanjang STNK. Tapi rupanya ia tak khawatir kena tilang polisi di jalan.
"Wios ah da dipakena ge tara jauh (Nggak apa-apa ah soalnya dipakainya juga nggak pernah jauh-jauh)," ujarnya dengan bahasa Indonesia dicampur Sunda. Bicaranya selalu terbata-bata jika ditanya menggunakan bahasa Indonesia. Berpikir keras dulu sebelum bisa menjawab. Tipikal orang yang memang hanya bisa berbahasa daerah.
Usianya 19 tahun saat menginjak Jakarta. Tahun ini akan jadi tahun keenamnya tinggal di ibukota. Ia yang hanya lulusan SD jadi orang kepercayaan majikannya. Enam tahun berlalu tapi ia baru pulang ke Cianjur empat kali.
Pada tahun-tahun awal, ia tak pulang sama sekali. Katanya untuk mengirit ongkos jadi gajinya bisa utuh. Uang ongkos lebih berguna jika dikirim untuk keluarga di kampung. Tak tanggung, enam tahun memeras keringat, Om Andi sudah bisa membeli rumah, motor, dan tanah untuk digarap keluarganya di kampung.
"Sakola SD hungkul. Sebelum ke Jakarta nya ngan ngurus kebon, ngurus domba. Tapi da di kampung mah lulus D3 oge sesah damel (sekolah SD aja. Sebelum ke Jakarta cuma ngurus kebun dan ngurus domba. Tapi di kampung, lulusan D3 juga susah dapat kerja)," ujarnya masih dengan bahasa Indonesia yang dipaksakan.
Punya kemauan keras jadi modalnya selama ini. Ia yang tak bisa apa-apa dikursuskan menyetir mobil oleh Bubu. Kini ia mampu menyetir mobil dan motor.
"Abi sagala ditanggung. Baheula SIM C oge dipasihan artosna, ayeuna SIM A oge dipasihan. Kursus mobil dibiayaan. Lumayan tiasa nganganteur. Di Jakarta mah nu penting aya kadaek, kudu betah (Saya semua ditanggung. Dulu bikin SIM C dikasih uangnya, sekarang SIM A juga dikasih. Kursus mobil dibiayai. Lumayan jadi bisa nganter-nganter. Di Jakarta, yang penting punya kemauan dan harus betah)," sambungnya.
Di Jakarta, Om Andi mengaku bahagia. Ia tak kekurangan sesuatu apapun. Makan dan tempat tinggal ditanggung. Kerja libur di hari Minggu. Meski tak tahu dan tak punya rencana apa pun ke depannya, ia mengaku masih akan terus bertahan di Jakarta.
"Di dieu, abi mah nyeuseuh oge ngangge mesin! (Saya mah cuci baju juga pakai mesin)," ujarnya bangga. Maklum, percaya tak percaya, mesin cuci itu barang yang luar biasa mewah bagi kalangan bawah.
Om Andi juga mengungkapkan keinginannya untuk menikah. Tapi ia masih bingung akan tinggal di mana setelah menikah. Ia juga masih khawatir karena harus membiayai dua adiknya di kampung.
Om Andi adalah satu dari jutaan orang yang mengadu nasib di Jakarta dan sukses. Ia potret dari gelombang urban penuh harapan. Potret dari ketidakmerataan pembangunan dan peluang kerja. Potret dari seorang tulang punggung keluarga yang rela harus pulang ke rumah setahun sekali saat hari raya.
Melihat Om Andi, saya jadi bercermin. Kami sama-sama pendatang di ibukota tapi hidup saya jauh lebih beruntung. Ke mana-mana naik mobil, apapun dimudahkan dengan smartphone dan tablet, tidak perlu membiayai keluarga, dan bisa pulang ke rumah bertemu keluarga satu bulan sekali.
Jadi, sudah mengeluh apa hari ini? Sudahkah kalian bersyukur hari ini? :)
-ast-
Mba Anni, menyentuh sekali, kayaknya kita yang punya materi dan kemampuan malah belum bisa memaksimalkan semuanya, semangat2, makasih sudah berbagi
ReplyDeletemakasih udah mampir ya :)
DeleteBanyak pelajaran yg bisa dipetik hikmahnya dari kang Andi... Untuk selalu bersyukur apapun keadaan kita ....rejeki akan mengalir dengan sendirinya...nice post...salam kenal ya...
ReplyDeletetambahin beliiin laptop sama modem nya terus diajarin ngeblog, biar mantap :)
ReplyDeletebiar tambah semangat, sekali-kali om andi kasih tahu blog saya
bikinan anak lulusan D3 juga
Waahhh.... biasanya selama ini panggilannya mang adi jika sunda...baru kali ini tau ada juga yg dipanggil om adi
ReplyDeletesalam untuk kang andi ya mbaak :)
ReplyDeletebetul..bersyukur akan membuat segalanya lebih indah..dari sosok seperti Kang Andi kita bisa selalu belajar :)
ReplyDeleteIya Mba, sy juga suka belajar dari asisten.
ReplyDeleteDgn bersyukur, hidup lbh bahagia.