LIFE SERIES: Adi

Kali ini bukan nama sebenarnya. :)

Beberapa hari lalu, saya, JG, dan Bebe main ke Senayan City untuk makan malam. Terus mampirlah ke Museum #ChangeDestiny.

Saya ditemani sama seorang mas-mas guide yang menjelaskan saya tentang isi museum itu. JG menggendong Bebe yang tertidur karena memang sudah masuk jam tidurnya. Saat itu kondisinya semua mas guide sedang ngobrol karena museumnya sudah sepi.


Saya masuk ke museum sementara JG 'ditahan' seorang mas guide di gerbang museum. Entah mereka membicarakan apa. Cerita di bawah ini, seperti diceritakan JG pada saya.

Nama mas itu Adi, bukan nama sebenarnya. Badannya tinggi besar. Rapi. Apalagi semua guide memang berpenampilan sleek, berjas, dan berdasi.

Ia terus mengikuti JG dan bertanya macam-macam soal Bebe. Ia sampai meminta izin untuk mencium ubun-ubun Bebe. Dipersilakan, ia menciumnya dua kali. Ia bertanya berapa umur Bebe dan hal-hal seputar bayi lainnya. Sampai sebuah kalimat mengubah arah pembicaraan jadi tentang dirinya sendiri.

"Saya jadi kangen anak saya, Pak," ujarnya.

"Oh yaaa, berapa tahun anaknya?" tanya JG.

"Dua tahun delapan bulan. Tapi di Palangka Raya sama neneknya," jelasnya.

Ia kemudian bercerita tentang pekerjaannya sebagai asisten seorang ekspat di Jakarta. Kini sang majikan tengah ke luar negeri selama 6 bulan. Daripada menganggur, ia pun freelance di sana-sini. Termasuk jadi guide museum sementara.

"Saya pulang sebulan sekali. Mahal tapi ya demi anak," katanya lagi.

"Iya, ketemu anak sama ibunya ya," kata JG.

"Ibunya nggak ada. Meninggal. Seminggu setelah melahirkan. Pendarahan nggak berhenti sampai akhirnya meninggal. Anak saya jadi sama neneknya aja," jelasnya.

"Ini adeknya beruntung, masih punya orang tua lengkap," jelasnya sambil mengelus kepala Bebe.

:(

-ast-