Pertama, jelas ada korelasi, apalagi kalau lo suami dengan istri tidak bekerja. Biasa menghidupi diri sendiri, sekarang menghidupi dua orang. Harus dihitung dan diperhitungkan dong cost untuk makan sebulan berapa. Bahkan kalau mau makan paling sederhana pun, kasarnya lo makan pake tahu tempe atau indomie setiap hari, TETEP ADA COST nya yang harus diperhitungkan. Zero cost itu bullshit.
Kedua, gaji lo waktu nikah 1,5juta. gaji suami berapa? Berapa kira-kira pengeluaran setiap bulan? Siapa yang bayar tagihan? Mau ga mau, tagihan listrik harus dibayar. Printilan kaya air galon, gas, dll juga HARUS diperhitungkan biayanya. Mau masak pake kayu bakar? Masak pake kayu bakar juga harus diperhitungkan beli kayu bakar atau ongkos ke hutan untuk cari kayu bakar sendiri -_____-
Ketiga, ini baru memang nggak ada korelasi. Nggakada korelasi antara jumlah penghasilan dengan perceraian. kalau mau cerai mah gaji 500juta sebulan juga cerai ajah. Tapi bukan berarti saat akan menikah, nggak memperhitungkan penghasilan kan. Apalagi kalau kalian terbiasa hidup enak.
Gaya hidup dan mahligai pernikahan dua hal berbeda? Bersinggungan loh satu sama lain. Intinya, kalau mau nikah, satu hal aja: find someone at your own level. Kalau nggak, hidup lo akan kaya Adi dan Angel di Tetangga Masa Gitu. -_______-
Misal cewenya terbiasa hidup mewah, terus rela hidup susah sama suami yang memang status dan level ekonomi lebih rendah. Rela sekarang ya, 5 tahun lagi? 10 tahun lagi? Nggak semua orang bisa sabar giving up gaya hidup demi seseorang. Salut sama yang bisa. Tapi untuk mengurangi risiko kesel di kemudian hari, lebih baik nggak usalah, menurut saya loh yaaa.
Buat saya, berlindung di balik istilah "rezeki pernikahan" cuma menunjukkan kalau hidupnya tanpa rencana. Padahal menikah (apalagi kemudian punya anak) adalah sesuatu yang terencana. Stupid kalau menikah dan punya anak direncanakan, tapi hidup setelahnya bergantung pada "rezeki pernikahan".
Menikah itu soal trust. Bagaimana kita mempercayai pasangan untuk mampu hidup berdua. Mampu secara moril dan materil.
Kalau keukeuh nggak mau memperhitungkan soal penghasilan, siap-siap hidup makan indomie tiap hari ya! Nggak boleh protes, mungkin memang rezeki pernikahannya cuma segitu.
-ast-
Stuju mak, realistis sajalah. Nggak bisa bayar tukang sayur dengan cuma bilang: "Mas, kangkung seikat ya, tak bayar cinta dan kepercayaanku sama suami"
ReplyDeletekecuali suaminya tukang sayur ya mak! lol
Deletewuaaa!! bener banget buk, ga percaya juga kalo ada yang bilang, nikah si nikah aja, tar rejekinya bakal ngikutin :p tetep harus ada rencana dong yaaa
ReplyDeleteoiya dong, agak serem ya kalau tanpa rencana. nikah loohhh ini bukan traveling! :))
DeleteHai mbak nisa
ReplyDeletepertama liat link mu di keb
suka sama tulisan mu yg jujur dan apa adanua
keep posting ua
Makan indomie tiap hari ujung-ujungnya malah lebih mahal sama biaya pengobatan teh x')
ReplyDelete(( Indomie gak sehat ))