Call me a coward but I'm really scared of having children. :(
Saya dari dulu memang takut punya anak. Nunda-nunda nikah juga karena takut punya anak. Dulu sih alesannya cemen, selain punya anak itu komitmen super besar, saya juga belum siap meninggalkan hidup single yang bebas ini. -______- Nanti kalau punya anak ga bisa main pulang tengah malem, ga bisa nonton konser seminggu sekali, things like that.
Lambat laun karena saya takut sekali, saya jadi cari tau, apa sih yang harus disiapkan kalau mau punya anak? Saya cari tau sampai detail. Dari biaya cek kandungan bulanan, rumah sakit, dokter, biaya lahiran normal/caesar. Cross check sama plafon asuransi dan rumah sakit yang cocok. Itung dana pendidikan dan harus investasi berapa tahun biar tercapai. Diskusi sama JG akan seperti apa membesarkan anak. Jadi ga takut?
Ditambah lagi tante kesayangan saya, adik ibu saya, meninggal karena kanker payudara 43 hari yang lalu. Tante saya masih muda. Anaknya perempuan kelas 1 SMP dan laki-laki kelas 3 SD. Waktu meninggal tepat di saat anaknya lulus SD dan ngurus persiapan masuk hari pertama SMP. Karena SMP swasta, ibunya cuma sempat mendampingi saat anaknya tes. Waktu itu udah sakit tapi masih bisa jalan. :(
Saya patah hati berhari-hari ngeliat anaknya harus tampil di perpisahan SD sama tante saya yang lain, bukan sama ibunya. Di hari terakhir, ibunya bahkan ga inget sama sekali sama anak-anaknya.
You're 25 years old and cry everyday because your beloved auntie passed away. How does it feel to become her children, a 12 years old girl and a 9 years old boy?
Ga kuat saya ngeliat mereka berdua. Baru beli barang baru pun langsung ingin ke makam ibunya karena ingin lapor baru beli sesuatu. Berhari-hari setiap hari ke makam. Anak yang kecil bahkan suatu hari bilang dengan polosnya, ingin menggali makam itu biar bisa ketemu ibunya lagi. :(
Mereka sekarang pindah rumah karena rumah yang lama terlalu banyak kenangan. Terlalu banyak kartu ucapan hari ibu dan kartu ucapan selamat ulang tahun ibu yang tertempel di dinding ruang keluarga. Terlalu banyak foto keluarga. Terlalu banyak bayangan sang ibu di sana.
Sekarang ngerti kan kenapa Angelina Jolie operasi pengangkatan payudara padahal dia sehat. Padahal "cuma" divonis dengan risiko kanker? Karena punya anak itu komitmennya besar sekali dan kita ga tahu kita akan bisa hidup dengan mereka sampai kapan.
Apa cuma saya yang ngerasa gini? Kalian, newlywed couples yang lagi terburu-buru mau punya anak, apa terpikir kemungkinan seperti ini?
Call me too negative. Tapi tante saya orangnya luar biasa positif. Di dalam kondisi tubuh yang tinggal tulang dan kulit, dia masih senyum dan bercanda. Masih marahin orang. Luar biasa yakin bahwa dia akan sembuh. Tapi toh Tuhan berkata sebaliknya.
Saya "cuma" takut mati. Bukankah semua ustad-ustad itu mengingatkan agar selalu takut mati? Karena ketika punya anak, takut mati bukan karena takut pada perbuatan sendiri. Takut karena meninggalkan manusia lain yang mungkin masih sangat kecil dan ringkih, manusia yang seharusnya jadi tanggung jawab saya.
Di lain pihak toh punya anak itu seperti kewajiban bagi pasangan menikah. JG bilang, ga mau punya anak itu gampang, tapi apa siap kita menghadapi cercaan banyak sekali orang yang pasti anak terus bertanya-tanya, kenapa ga punya anak? Kenapa ga punya anak? Kenapa ga punya anak?
Kenapa harus? Karena saya anak pertama juga cucu pertama jadi semua orang menunggu anak dari saya. Bebannya jadi tambah berat untuk saya sendiri. Pertanyaan soal kenapa tak punya anak akan jadi berkali lipat lebih banyak dan menyebalkan.
Kalau sudah begini, saya harus apa?
Saya dari dulu memang takut punya anak. Nunda-nunda nikah juga karena takut punya anak. Dulu sih alesannya cemen, selain punya anak itu komitmen super besar, saya juga belum siap meninggalkan hidup single yang bebas ini. -______- Nanti kalau punya anak ga bisa main pulang tengah malem, ga bisa nonton konser seminggu sekali, things like that.
Lambat laun karena saya takut sekali, saya jadi cari tau, apa sih yang harus disiapkan kalau mau punya anak? Saya cari tau sampai detail. Dari biaya cek kandungan bulanan, rumah sakit, dokter, biaya lahiran normal/caesar. Cross check sama plafon asuransi dan rumah sakit yang cocok. Itung dana pendidikan dan harus investasi berapa tahun biar tercapai. Diskusi sama JG akan seperti apa membesarkan anak. Jadi ga takut?
Ditambah lagi tante kesayangan saya, adik ibu saya, meninggal karena kanker payudara 43 hari yang lalu. Tante saya masih muda. Anaknya perempuan kelas 1 SMP dan laki-laki kelas 3 SD. Waktu meninggal tepat di saat anaknya lulus SD dan ngurus persiapan masuk hari pertama SMP. Karena SMP swasta, ibunya cuma sempat mendampingi saat anaknya tes. Waktu itu udah sakit tapi masih bisa jalan. :(
Saya patah hati berhari-hari ngeliat anaknya harus tampil di perpisahan SD sama tante saya yang lain, bukan sama ibunya. Di hari terakhir, ibunya bahkan ga inget sama sekali sama anak-anaknya.
You're 25 years old and cry everyday because your beloved auntie passed away. How does it feel to become her children, a 12 years old girl and a 9 years old boy?
Ga kuat saya ngeliat mereka berdua. Baru beli barang baru pun langsung ingin ke makam ibunya karena ingin lapor baru beli sesuatu. Berhari-hari setiap hari ke makam. Anak yang kecil bahkan suatu hari bilang dengan polosnya, ingin menggali makam itu biar bisa ketemu ibunya lagi. :(
Mereka sekarang pindah rumah karena rumah yang lama terlalu banyak kenangan. Terlalu banyak kartu ucapan hari ibu dan kartu ucapan selamat ulang tahun ibu yang tertempel di dinding ruang keluarga. Terlalu banyak foto keluarga. Terlalu banyak bayangan sang ibu di sana.
Sekarang ngerti kan kenapa Angelina Jolie operasi pengangkatan payudara padahal dia sehat. Padahal "cuma" divonis dengan risiko kanker? Karena punya anak itu komitmennya besar sekali dan kita ga tahu kita akan bisa hidup dengan mereka sampai kapan.
Apa cuma saya yang ngerasa gini? Kalian, newlywed couples yang lagi terburu-buru mau punya anak, apa terpikir kemungkinan seperti ini?
Call me too negative. Tapi tante saya orangnya luar biasa positif. Di dalam kondisi tubuh yang tinggal tulang dan kulit, dia masih senyum dan bercanda. Masih marahin orang. Luar biasa yakin bahwa dia akan sembuh. Tapi toh Tuhan berkata sebaliknya.
Saya "cuma" takut mati. Bukankah semua ustad-ustad itu mengingatkan agar selalu takut mati? Karena ketika punya anak, takut mati bukan karena takut pada perbuatan sendiri. Takut karena meninggalkan manusia lain yang mungkin masih sangat kecil dan ringkih, manusia yang seharusnya jadi tanggung jawab saya.
Di lain pihak toh punya anak itu seperti kewajiban bagi pasangan menikah. JG bilang, ga mau punya anak itu gampang, tapi apa siap kita menghadapi cercaan banyak sekali orang yang pasti anak terus bertanya-tanya, kenapa ga punya anak? Kenapa ga punya anak? Kenapa ga punya anak?
Kenapa harus? Karena saya anak pertama juga cucu pertama jadi semua orang menunggu anak dari saya. Bebannya jadi tambah berat untuk saya sendiri. Pertanyaan soal kenapa tak punya anak akan jadi berkali lipat lebih banyak dan menyebalkan.
Kalau sudah begini, saya harus apa?
-ast-
Be the First to Post Comment!
Post a Comment
Hallo! Terima kasih sudah membaca. :) Silakan tinggalkan komentar di bawah ini. Mohon maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya. :)