Ini untuk kalian yang saat ini mungkin masih berada di bidan atau rumah sakit. Dengan luka di vagina yang membuat khawatir untuk ke kamar kecil apalagi untuk buang air besar. Atau dengan luka di perut yang berdenyut. Sama saja. Tidak apa. :)
Lihat ke sebelah kalian, ada manusia kecil tidak berdaya. Tubuhnya ringkih, jari-jarinya tak lebih panjang dari satu ruas jari kita. Ia memakai baju yang kita belikan berlusin-lusin. Setumpuk baju kecil yang dicuci dan disetrika dengan senang hati.
Si bayi kemudian terbangun. Matanya belum bisa membuka sepenuhnya. Pandangannya masih blur, mencoba memahami dunia.
Pelan-pelan saja, anakku sayang. Dunia akan menunggu. Menunggu kamu cukup waktu untuk mengerti kejamnya sindiran teman-teman ibu dan teman-teman nenekmu tentang segala tetek bengek pengasuhanmu.
*
(Baca: Dear, Working Mom)
Cobaan pertama sebagai ibu dimulai. Air susu yang diharapkan banjir mengalir usai melahirkan belum juga keluar. Baru hari pertama dan perawat yang tidak bersahabat malah memaksa memberi susu formula. Ibu dan mertua juga menawarkan membelikannya. Orang-orang ini, nenek bagi si bayi malah ikut panik karena omongan perawat yang tidak masuk akal.
Ya tidak masuk akal, kalian sudah tahu benar bahwa lambung bayi hanya seukuran kelereng dan ia mampu bertahan hidup tiga hari tanpa makan apapun. Tapi tolong, bisakah seseorang menjelaskan ini pada suster? Pada ibu? Pada mertua?
Stres, air mata mulai menetes. Kepercayaan diri yang sudah susah payah dibangun bahwa kalian pasti bisa menyusui mulai runtuh. Kalian mulai menangis dan marah pada suami. Marah pada ibu dan mertua yang terlalu mudah dipengaruhi dan tak percaya anak sendiri.
Sabar ya, kalian. Sungguh tidak ada lagi kata yang tepat selain sabar. Sabar, ini hanya akan jadi satu dari jutaan cobaan kesabaran. Dari berbagai perselisihan hanya karena kalian mempertahankan pendapat tentang anak kalian
Saya bisa bilang begitu karena saya pernah ada di sana. Jadi kalian tenang saja, jika butuh teman, ada saya di sini.
Saya yang menyusui anak saya di hari kedua karena hari pertama saya terlalu lelah melahirkan dan transfusi darah. Juga karena di hari pertama gula darah anak saya terlalu rendah sehingga ia butuh supply 2 ml susu formula. Diteteskan ke mulutnya dengan pipet. Tidak apa-apa.
Tidak apa karena mungkin tanpa itu anak saya entah bagaimana karena ia lahir dalam kondisi lemas. Tapi 2 ml yang menyelamatkan anak saya itu jadi 2 ml susu formula pertama dan terakhir dalam hidupnya.
Berikutnya saya terus menyusui. Saya menyusui dengan puting pecah. Setiap ia menangis saya akan katupkan mulut rapat-rapat, menyiapkan diri untuk rasa sakit. Rasa sakit yang kemudian menjadi terbiasa, menjadi kebal, karena toh tak kunjung sembuh.
Saya yang menyusui anak saya di hari kedua karena hari pertama saya terlalu lelah melahirkan dan transfusi darah. Juga karena di hari pertama gula darah anak saya terlalu rendah sehingga ia butuh supply 2 ml susu formula. Diteteskan ke mulutnya dengan pipet. Tidak apa-apa.
Tidak apa karena mungkin tanpa itu anak saya entah bagaimana karena ia lahir dalam kondisi lemas. Tapi 2 ml yang menyelamatkan anak saya itu jadi 2 ml susu formula pertama dan terakhir dalam hidupnya.
Berikutnya saya terus menyusui. Saya menyusui dengan puting pecah. Setiap ia menangis saya akan katupkan mulut rapat-rapat, menyiapkan diri untuk rasa sakit. Rasa sakit yang kemudian menjadi terbiasa, menjadi kebal, karena toh tak kunjung sembuh.
Sampai mulut kecil itu menempel pada puting, dan rasa perih itu mulai menjalar. Tak peduli seberapa kuat areola dijejalkan, hanya puting yang berusaha ia isap, maklum si bayi masih belajar. Pun dengan saya yang sebetulnya sudah khatam teori perlekatan. Tetap saja, tidak ada yang bisa dilakukan kecuali mengepalkan tangan kuat-kuat, berdoa agar saya diberi kekuatan untuk tetap bisa keras kepala.
(Baca: Catatan 6 Bulan Ng-ASI)
Saya juga menyusui dengan kondisi bayi kolik, perutnya sakit karena kembung. Sialnya, ia kolik karena terlalu lama menyusu, menyusu karena menangis, menangis karena kolik, mbulet, pusing. Dan saya hanya bisa menangis. Menangis bersama bayi saya yang menangis.
Saya tidak lagi tahu hari apalagi tanggal. Yang saya tahu saya harus terbangun satu jam sekali. Tanpa tahu lagi mana siang mana malam. Saya hanya menyusui satu jam dan tidur satu jam. Makan pun disuapi. Mandi pun jika sempat, itu pun terburu-buru.
(Baca: Catatan 6 Bulan Ng-ASI)
Saya juga menyusui dengan kondisi bayi kolik, perutnya sakit karena kembung. Sialnya, ia kolik karena terlalu lama menyusu, menyusu karena menangis, menangis karena kolik, mbulet, pusing. Dan saya hanya bisa menangis. Menangis bersama bayi saya yang menangis.
Saya tidak lagi tahu hari apalagi tanggal. Yang saya tahu saya harus terbangun satu jam sekali. Tanpa tahu lagi mana siang mana malam. Saya hanya menyusui satu jam dan tidur satu jam. Makan pun disuapi. Mandi pun jika sempat, itu pun terburu-buru.
Karena di antara kecipak air mandi selalu terbayang suara tangis bayi, tangis bayi yang hampir selalu hanya bayangan. Jadi mandi pun tak pernah tenang. Ah, masa-masa itu. Masa-masa di mana ASI bisa menyembur hanya karena saya bahagia bisa mandi. :')
Lelah sekali. Tapi saya yang beruntung punya support system yang luar biasa sehingga saya bisa menyusui sambil bekerja dengan lancar. Sampai tiga tahun kemudian. Iya, saya menyusui anak saya sampai minggu lalu, sampai usianya 2 tahun 10 bulan.
Jadi untuk kalian ibu-ibu yang baru melahirkan anak pertama, saya ingin bilang bahwa menyusui itu tidak mudah. Sama sekali tidak mudah. Jangan bayangkan iklan televisi dengan ibu dandan cantik rambut rapi, menyusui bayi yang tidur dengan damai. Tidak seindah foto-foto aesthetic di Instagram. :)
Tidak. Menyusui itu sulit dan harus melewati proses belajar. Menyusui itu proses perkenalan antara bayi dan ibu. Ya meski ia sudah menemani kita 9 bulan, bukan berarti kalian saling mengenal. Kenali ia lewat sentuhan, lewat pelukan, lewat obrolan yang mungkin akan terus ia kenang.
(Baca: 13 Hal yang Hanya Bisa Dimengerti Ibu Menyusui)
Untuk kalian yang menyusui dengan puting yang datar atau malah masuk ke dalam, percayalah kalian pasti bisa! Ayo ke konselor laktasi, ayo ke coba dengan masukan seluruh areola ke dalam mulut bayi, ayo kalian pasti bisa!
Kalian tidak sendirian, banyak sekali ibu-ibu lain yang juga berputing datar namun akhirnya sukses menyusui. Bahkan banyak ibu yang tidak pernah hamil, mengadopsi anak dan juga sukses menyusui. Usahakan sebaik mungkin, sekeras kepala mungkin, sekeras motivasi kalian akan bayangan susu formula yang uangnya bisa dibelikan lipstik atau skin care. :)))))
Tetap tidak bisa atau ASI tetap entah ke mana? Sudah tidak apa-apa. Manusia hanya bisa berusaha mencari jalan, akhirnya tetap Tuhan yang menentukan. Seperti yang sudah saya pernah bilang, ASI itu rezeki. Yang mudah maka bersyukurlah, yang kesulitan maka percayalah Tuhan akan beri rezeki dalam bentuk lain.
Sekali lagi, jika kalian butuh teman, saya di sini. Juga teman-teman saya. Kami akan jadi pemandu sorak bagi kalian semua! SEMANGAT SEMUANYAAAA! *kibas pompom*
Share ke teman kalian yang baru melahirkan! :)
(Baca postingan Tentang ASI/Manajemen ASIP untuk ibu bekerja ya! KLIK!)
Jangan lupa follow saya di Instagram ya @annisast!
Aaah..suka banget sama postingannya mba annisast..andai 4 tahun lalu ada postingan iniii..
ReplyDeletesekarang saya ikut tim pemandu sorak saja kalau begitu..
Semangat ya ibu-ibu, kalian tidak sendirian ;)
Sukaaa sama tulisan yang supportive gini.
ReplyDeleteAku pernah diceritain temen2 yg baru melahirkan dan baru ngerti kenapa kadang mood mereka cepet banget naik turun. Penting banget ya dorongan dan dukungan dari orang sekitar untuk ibu-ibu baru ini. Semoga nanti di waktuku sendiri aku bisa ngelewatinnya dengan baik dan sabar :D
Mba icha dah lama ga nulis tentang per-Asi-an kayak gini
ReplyDeleteJadi inget pertama kali mampir ke annisast.com krn baca postingan tentang ekspektasi vs realita new mom (aku lupa judul pastinya)
Tetep menginspirasi mbak
Aku byk blajar dr mbak..bebe..& mas JG
Termotivasi.. menyusui nggak mudah ya. Insya Allah semangat terus ^^ bagus.. suka tulisan kayak gini.
ReplyDeleteSelamat ya udah menyusui selama 2 tahun 10 bulan
jadi ingat awal-awal menyusui itu benar-benar nggak peduli lagi sama diri sendiri. yang penting anak bisa nyusu itu aja yang dipikirin. moga aku juga bisa menyusui anakku sampai 2 tahun
ReplyDeletebentar lagi jadi ibu menyusui lagi nih. Deg2an tp agak lega karena sekarang udah tinggal terpisah dari ortu. Mudah2an gak ada suara sumbang dari mana2, entah itu tetangga apa sodara, hihi.
ReplyDeleteAwww thank you mbak! Perjalanan akuu masih setahun 9 bulan lagi menyusui. Semangaaat!
ReplyDeleteRasanya ini penting banget diketahui, ibu g pernah cerita soal sakitnya menyusu. Yg kutahu hanya beliau g tega menyapih. Hemmm jadi terharu,,,hiks
ReplyDeleteHai mbak. Suka banget tentang tulisanmu terutama yang rabu ibu. Bikin semangat dan gak sabar liat anak besar, padahal anaknya masih satu bulan haha.
ReplyDeleteSalam ya buat bebe xylo ❤
Baca tulisan ini.. Jadi pingin banget hamil n punya anak.. 😁😁
ReplyDeleteTapi. Nikah aja belum.. 😂
ini postingannya pas banget pas saya 4 hari abis ngelahirin tapi baru kebaca sekarang..duuuhhhhh
ReplyDeletebenerrrr...bener banget, blom lagi kaya saya..yg bayinya blom 24 jam udah kuning trus mesti fototerapi..bblr pula, mesti nyicip sufor bblr *maafin ibu nak..ASI blum keluar* gakbisa ketemu selama 4 hari (yah bisa ketemu sebentar doang..sehari 2x gak sampe sejam dan cm bisa liat2 dia di inkubator, cuma bisa pegang jari2 dia.. *malemnya emak nangis ga bisa bobo bareng bayi sambil peluk bantal sama topi bayinya*
duuh..hari2 itu
kok jadi curcol panjang ya??
btw..blognya bagus mbaak..keep writing yee