Ah, bahasan ini. Butuh waktu sebulan lebih buat saya untuk maju mundur mau menulis ini. Pertama karena malas pasti jadi panjaaaanggg (DAN BENAR ADANYA). Kedua karena bahasannya sensitif. Ya, karena alasan kedua mari tulisan saya ini dibaca pelan-pelan. Oiya, selingkuh di sini konteksnya selingkuh saat sudah menikah ya. :)
Di era digital ini semua orang bisa dengan mudah bereaksi. Kalau dulu ada orang selingkuh, yang tau paling banter tetangga di rumah dan keluarga. Sekarang jadi ditambah juga followers social media, plus followers akun gosip yang makin merambah rakyat jelata.
Iya rakyat jelata. Dulu kan mau masuk infotainment itu susah, harus jadi bintang dulu di TV. Harus mati-matian nganter temen audisi terus main FTV. Lha sekarang bukan siapa-siapa aja bisa masuk infotainment Instagram. Yang penting kasusnya dianggap layak jadi cacian massa. Duh.
Pertanyaan saya yang utama, kenapa topik selingkuh banyak banget yang pengen komentari? Kalau artis selingkuh kan alesannya "publik layak tahu yang sebenarnya" kalau orang biasa selingkuh? Kenapa orang rame-rame komentar? Sampai jadi artikel khusus di portal community anak muda? Kenal juga nggak. temen juga bukan, sodara apa lagi. Jelas bukan.
Lalu kenapa ya?
Yang miris, yang lebih banyak dicaci adalah pihak perempuan yang jadi selingkuhan. Mereka ramai-ramai disebut pelakor, perebut laki orang. Sungguh urusan menikah ini, sampai pengkhianatan pun masih sangat patriarki.
Iya, pelakor itu istilah patriarki. Menempatkan laki-laki sebagai poros dan yang salah pasti pihak perempuan. Yang merebut si perempuan, laki-laki jadi korban, jadi objek yang direbut. Mirisnya, hujatan pelakor itu diucapkan serta jadi bahan hinaan sesama perempuan.
(Baca tentang Pelakor di sini!)
Kakak ipar sahabat saya selingkuh, ada foto dia sama perempuan di dalam selimut berdua. Pembelaannya? "Ya namanya cowok, kaya kucing dikasih ikan mah diambil lah" Rendah banget ya, sampai mau dibandingkan sama kucing. Yang disalahkan oleh orangtua si cowok siapa? Tetap si perempuan lain karena sudah memberi ikan. Ckckck.
Jadi kalau bukan pelakor yang salah, yang selingkuh itu salah siapa? Jawabannya: BUKAN URUSAN KITA.
Ya bukan urusan kita sama sekali. Urusan rumah tangga yang patut kita urus adalah rumah tangga kita sendiri. Bukan rumah tangga orang lain.
(Baca: Menikah untuk Siapa?)
*
Coba lihat sekitar, seberapa banyak anggota keluarga yang selingkuh atau diselingkuhi? Lihat di lingkaran lebih luas, seberapa banyak teman kita yang selingkuh atau diselingkuhi? Seberapa banyak di lingkungan rumah? Di lingkungan kantor? BANYAK.
BANYAK SEKALI.
Berbeda misalnya dengan kasus orang bunuh diri live di Facebook gitu. Belum tentu 3 bulan sekali ada yang melakukannya. Jadi wajar banget kalau memang jadi topik di mana-mana, di segala social media. Kalau selingkuh kan topik bahasan sehari-hari banget. Adaaa aja berita selingkuh mampir ke kuping. Temen kantor, sahabat, keluarga, artis. Dan topiknya selalu sama, ada yang berkhianat. Mengkhianati pernikahan.
Ah, jadi bicara pernikahan.
*seruput kopi* *padahal nggak ngopi* *biar dramatis aja*
Jadi ya, pernikahan itu sakral. Disakralkan. Harus disakralkan supaya tidak disalahgunakan. Kalau tidak sakral nanti seenak udel ganti pasangan tiap 6 bulan sekali kan repot. Pdkt sama keluarga aja berapa bulan, nyiapin resepsi nikah aja bisa setahun.
Nah tapi mungkin ya, mungkin nih ya orang-orang yang selingkuh ini memang tidak menganggap pernikahan sebagai sesuatu yang sakral. Seperti kata mbak Roslina Verauli yang pernah saya kutip:
"pasti ada masalah dulu yang mengakibatkan selingkuh, bukan selingkuh kemudian jadi masalah."
Coba diresapi kalimatnya.
Masalahnya bisa macem-macem. Ada yang menganggap istrinya di rumah terlalu cerewet dan ngatur-ngatur kemudian dia cari perempuan yang bisa diatur. Ada yang menganggap istrinya terlalu superior, terlalu pintar, kemudian dia cari perempuan yang tidak terlalu pintar supaya bisa lebih superior. Ya macem-macem lah.
Tapi kan ada yang keluarganya sempurna, tapi tetep selingkuh!
Ya ada. Alasannya bisa dua. Pertama, ya sempurna kan nurut ngana. Siapa tau istrinya nggak pernah bisa diajak diskusi politik terus suami cari perempuan yang bisa diajak diskusi politik. Atau sebaliknya, suami nggak pernah mau dengerin keinginan istri, si istri merasa diabaikan kemudian istri cari perhatian yang lain. Kan bisa banget.
Ya atau apalah, mungkin sempurna di mata orang lain, tapi salah satu tetep ada hole yang nggak bisa diisi sama pasangannya. Hole, bolong, alasan klasik.
Alasan kedua. Alasan paling masuk akal menurut saya sih: monogami bukan untuk semua orang.
Iya tidak semua orang bisa dengan satu pasangan menikah saja seumur hidup. Seperti juga poligami tidak untuk semua orang. Saya tidak mau poligami tapi saya yakin memang ada pasangan-pasangan yang memang bahagia berpoligami. Seperti juga ada pasangan-pasangan yang memang bahagia bermonogami.
Masalah muncul ketika penganut monogami ternyata menikah dengan orang yang tidak sadar kalau dia sebenarnya tidak sanggup monogami.
NAH.
Jadi ada masalah juga di situ. Selain urusan hole, ada juga poin bahwa ada orang-orang yang memang tidak cukup dengan satu pasangan saja. BEGICU.
Ruwet jadinya, gengs. Yang poligami juga nggak bisa bilang "mending poligami daripada selingkuh". Nggak begitu juga karena nyatanya, udah istri udah 4 aja ada yang tetep punya simpenan. Sementara istri satu dan selingkuh juga mungkin memang bukan niat pengen sah istri banyak. Ada yang emang pengen main-main aja jadi nggak mau poligami. Manusia kan beda-beda, bos.
Poligami tetep selingkuh ada, monogami nggak mau nikahin selingkuhan padahal dikasih izin istri pertama juga ada. Lha cerita anak selingkuhan diurus sama istri pertama aja banyak kok ya kan. Jadi gimana dong, ini sungguh sangat complicated. Plus berteriak-teriak jauhi dan musuhi pelakor itu nggak menyelesaikan masalah.
Atau bilang pelakor emang harus diberantas. Weh, suami selingkuh sama cowok juga banyak cerita ah. Saya nggak setuju banget jadinya kalau hanya menyalahkan pihak perempuan. Apalagi banyak yang kenyataannya pihak perempuannya (si selingkuhan) pun dibohongi. Ngakunya udah mau cerai lah sama istri pertama, ngakunya lebih cinta lah sama si selingkuhan.
Kalau kata 9gag, bulldog kawin sama shitzu. BULLSHIT.
Apalagi kadang kecocokan juga bisa dengan mudah ditemukan. Ya pas nikah mah cocok-cocok aja sama pasangan yang ini. Lama kelamaan kok nggak cocok? Kok nemu orang lain malah cocok sama yang lain ini?
Maka itulah topik kita selanjutnya adalah kesetiaan dan komitmen.
*
Apa arti setia? Apa arti selingkuh?
Kita sepakati sama-sama dulu ya kalau selingkuh itu melanggar komitmen untuk hanya bersama satu pasangan. Ini mah udah pasti lah, ada komitmen pernikahan yang dilanggar. Kecuali pas nikah emang bentuknya open marriage gitu, atau nikah karena bisnis, nikah karena politik, beda urusan ya.
Masalahnya ada di definisi setia dan selingkuh. Tiap orang punya definisi beda-beda, bahkan suami istri aja bisa punya definisi beda-beda. Makanya suka ada istri yang ngamuk karena baca chat cewek padahal suaminya nggak ngapa-ngapain. Karena cemburuan? Ya, tapi juga karena berbeda mendefinisikan selingkuh.
Jadi definisi selingkuh misalnya:
Bagi si A adalah "chat sama cewek di luar urusan kerjaan"
Tapi bagi si B adalah "jalan berdua tanpa bilang, jalan berdua tapi bilang itu nggak selingkuh"
Atau bagi si C adalah "have sex sama cewek lain, kalau cuma chat mesra atau pegangan tangan mah biar lah, dia orangnya emang touchy-feely"
Ini melahirkan macam-macam tujuan selingkuh. Ada yang pengen aja nyoba pasangan lain, ada yang emang bosen aja sama istri/suaminya, ada yang cari adrenalin, ada yang khilaf, macem-macem lah.
Karena macem-macem, jadinya hasil akhirnya juga beda-beda. Ada yang bebal, abis ketauan selingkuh, ngaku khilaf, minta maaf, kemudian selingkuh lagi. Ada yang ngaku salah, minta maaf, kemudian ninggalin istrinya karena merasa bersalah. Ada yang ngaku salah kemudian ninggalin istrinya DAN ninggalin selingkuhannya. Ada yang ngaku salah kemudian nggak ulang lagi, selamanya kembali berkomitmen dengan satu pasangan.
Makanya dari awal saya bilang ini selingkuh setelah menikah. Karena banyak kok yang pas pacaran pacarnya banyak, pas nikah adem ayem aja nggak kepikiran punya banyak lagi.
Nggak bisa juga judge bilang "Kurang bandel sih waktu muda, jadi pas udah nikah bandel deh". Yaelah, yang dari muda sampai tua baik juga ada. Yang waktu muda bandel terus pas udah nikah tetep selingkuh juga banyak. Yang selingkuh mulu waktu muda, sampai nikah, terus tobat juga ada.
Who are we to judge?
Tapi intinya apapun definisi selingkuh, intinya selingkuh bisa terjadi karena tidak ada penghargaan terhadap komitmen. Tidak ada penghargaan pada pasangan. :)
*
Simpulan akhirnya menurut saya adalah, monogami tidak untuk semua orang tapi selingkuh itu mengkhianati komitmen. YA INI MAH UDAH TAU KELES, SIS.
Buat saya, yang perlu dilakukan adalah lower your expectation of marriage. Rendahkan ekspektasi kalian pada pernikahan. It's better to be surprised than to be disappointed.
Kasarnya, kasarnya banget nih: percaya lah pada pasangan kita tapi siapkan yang terburuk, jangan terlalu yakin 100% pasangan kita nggak akan selingkuh. Karena dia sendiri sebenernya nggak bisa jamin. Namanya jatuh cinta, khilaf, atau kalau kata JG, syahwat kadang mendahului otak.
Iya, kalian nggak salah baca. Nggak tau lagi gimana bikin kalimat yang lebih enak dibaca karena kalian tau saya nggak suka basa-basi tapi ya, itu intinya.
Nikahnya dibawa santai ajaaa, jangan sedikit-sedikit berantem. Jangan mengubah hidup pasangan meski udah nikah. Biarkan dia tetep ngerjain hobinya, biarkan dia tetep ngejar cita-citanya, jadi nggak ada beban "nikah kok hidup aku jadi gini". Cari tahu passion pasangan terus dukung! Passion bikin bahagia! Meskipun pasti ada yang berubah sih, tapi kan disesuaikan, makanya komunikasi itu penting.
(Baca: Mengurangi Berantem-berantem Setelah Nikah)
Jadi kalau sampai terjadi, kita mungkin akan lebih mudah memaafkan karena sudah menyiapkan. Karena selalu ada alasan. Khilaf juga boleh kan namanya manusia, asal bukan khilaf terus berulang-ulang aja.
Mungkin loh ya. Makanya saya nggak berani judge ibu-ibu yang bertahan meski suaminya selingkuh berkali-kali. Mungkin mereka tahu persis masalahnya di mana jadi memaklumi. Sakit hati mungkin iya, tapi maklum makanya bertahan.
Tapi kalau alesan bertahan karena ekonomi kasian sih huhu. Makanya perempuan harus berdaya! Harus punya penghasilan sendiri!
Atau bertahan karena anak. Pertanyaan saya selalu "apakah lebih baik membesarkan anak di pernikahan yang tidak sehat? Atau lebih baik membesarkan anak tanpa ayah/ibu tapi lingkungannya sehat?" Saya belum punya jawabannya.
Abis ini saya siap dibully "kok bikin selingkuh seolah wajar sih!" Nggak wajar tapi sangat sering terjadi toh? Abis gimana, memang nggak ada benang merah atau sesuatu yang bisa bilang "jika A maka dia selingkuh, atau jika B maka dia tidak akan selingkuh". Jadi tips biar pasangan nggak selingkuh juga susah dibuat.
*
Saya terlalu banyak dengar cerita langsung, semua contoh yang saya sebut di sini nyata adanya. Saya kenal pelaku selingkuh yang memang suka main cewek, yang baik-baik aja di rumah, yang sudah poligami tetap selingkuh, sampai ibu-ibu yang bahkan saya nggak liat kekurangan suaminya.
Well, ternyata kekurangan suaminya di ranjang sih jadi harus gimana coba. Diomongin diapain juga suaminya nggak bisa berubah jadi orang lain.
Dan patut diingat, ada juga yang selingkuh tapi itu bikin dia lebih bahagia. Dia selingkuh dan menemukan kebahagiaan lain, sehingga dia bisa selalu happy di rumah. Justru karena punya simpenan dia bisa jadi lebih sayang sama keluarga. Jadi nggak selalu kalau orang selingkuh terus jadi nggak perhatian sama pasangannya.
Model yang terakhir begini biasanya deg-degan takut kaya tupai. Karena terlalu lama, nyaman, dan bahagia punya simpenan, takut akhirnya jatuh jua alias ketauan sama pasangannya. LOL. Ini kisah nyata juga gengs, diceritakan langsung oleh pihak pertama. Beserta contoh tupai-tupainya. :)))))
Orang tidak berubah karena pernikahan, orang berubah karena dirinya sendiri. *tetep*
Juga rendahkan ekspektasi pada segala hal. Sejak awal nikah, jangan ngarep dikasih bunga, dikasih surprise tiap ulang tahun, atau hal-hal semacam itu. Kalau butuh didengarkan maka bicara, maka request, "DENGERIN AKU DONG" gitu. Pengen apa, butuh apa, bilang.
Jadi ketika ada orang lain yang ngasih perhatian, nggak gampang leleh karena komunikasi kita dengan pasangan lancar. Ketika ada yang flirting, pasangan suami istri yang komunikasinya lancar kemungkinan besar malah lapor sama pasangannya.
Kalau malah berantem, ya berarti punya masalah kepercayaan. Kalau malah jadi banyakan berantemnya dibanding nggak berantemnya? Ya berarti mungkin memang nggak cocok?
T_____T
Susah ya nikah?
Kalau kata mbak Vera (again mbak Vera, doi bisa difollow loh di Instagram @verauli.id):
Cinta butuh dipelihara agar terpelihara.
Iya pernikahan butuh dipelihara, butuh usaha, berusaha selalu kasih yang terbaik, kasih waktu, kasih perhatian, dan sebagainya. Pernikahan kan bukan Tesla, jadi nggak bisa autopilot. Pernikahan harus diusahakan berdua, jadilah pilot dan co-pilot. *maafkan analogi yang sungguh tekno*
Tapi yah, ini cuma dari saya yang kebetulan terpapar banyak sekali curhat soal selingkuh. Maaf sekali kalau ada yang menyakiti dan maaf kalau banyak yang bikin kaget.
Sekian dan terima kasih.
-ast-
Saya tidak setuju pelakor yang harus menjaga diri. Yang tidak boleh meladeni suami orang lain. Kenapa? Baca di sini; tentang Pelakor.
PS: Karena menulis ini saya jadi tahu ada istilah pebinor. Perebut bini orang. Ya, at least kini seimbang. Meski sekali lagi: urusan kita apa sampai harus melabeli orang dengan pelakor atau pebinor?
Di era digital ini semua orang bisa dengan mudah bereaksi. Kalau dulu ada orang selingkuh, yang tau paling banter tetangga di rumah dan keluarga. Sekarang jadi ditambah juga followers social media, plus followers akun gosip yang makin merambah rakyat jelata.
Iya rakyat jelata. Dulu kan mau masuk infotainment itu susah, harus jadi bintang dulu di TV. Harus mati-matian nganter temen audisi terus main FTV. Lha sekarang bukan siapa-siapa aja bisa masuk infotainment Instagram. Yang penting kasusnya dianggap layak jadi cacian massa. Duh.
Pertanyaan saya yang utama, kenapa topik selingkuh banyak banget yang pengen komentari? Kalau artis selingkuh kan alesannya "publik layak tahu yang sebenarnya" kalau orang biasa selingkuh? Kenapa orang rame-rame komentar? Sampai jadi artikel khusus di portal community anak muda? Kenal juga nggak. temen juga bukan, sodara apa lagi. Jelas bukan.
Lalu kenapa ya?
Yang miris, yang lebih banyak dicaci adalah pihak perempuan yang jadi selingkuhan. Mereka ramai-ramai disebut pelakor, perebut laki orang. Sungguh urusan menikah ini, sampai pengkhianatan pun masih sangat patriarki.
Iya, pelakor itu istilah patriarki. Menempatkan laki-laki sebagai poros dan yang salah pasti pihak perempuan. Yang merebut si perempuan, laki-laki jadi korban, jadi objek yang direbut. Mirisnya, hujatan pelakor itu diucapkan serta jadi bahan hinaan sesama perempuan.
(Baca tentang Pelakor di sini!)
Kakak ipar sahabat saya selingkuh, ada foto dia sama perempuan di dalam selimut berdua. Pembelaannya? "Ya namanya cowok, kaya kucing dikasih ikan mah diambil lah" Rendah banget ya, sampai mau dibandingkan sama kucing. Yang disalahkan oleh orangtua si cowok siapa? Tetap si perempuan lain karena sudah memberi ikan. Ckckck.
Jadi kalau bukan pelakor yang salah, yang selingkuh itu salah siapa? Jawabannya: BUKAN URUSAN KITA.
Ya bukan urusan kita sama sekali. Urusan rumah tangga yang patut kita urus adalah rumah tangga kita sendiri. Bukan rumah tangga orang lain.
Menikah untuk siapa? Untuk diri sendiri atau untuk memuaskan ego orang-orang di sekitar yang selalu seakan memaksa untuk buru-buru menikah?
(Baca: Menikah untuk Siapa?)
*
Coba lihat sekitar, seberapa banyak anggota keluarga yang selingkuh atau diselingkuhi? Lihat di lingkaran lebih luas, seberapa banyak teman kita yang selingkuh atau diselingkuhi? Seberapa banyak di lingkungan rumah? Di lingkungan kantor? BANYAK.
BANYAK SEKALI.
Berbeda misalnya dengan kasus orang bunuh diri live di Facebook gitu. Belum tentu 3 bulan sekali ada yang melakukannya. Jadi wajar banget kalau memang jadi topik di mana-mana, di segala social media. Kalau selingkuh kan topik bahasan sehari-hari banget. Adaaa aja berita selingkuh mampir ke kuping. Temen kantor, sahabat, keluarga, artis. Dan topiknya selalu sama, ada yang berkhianat. Mengkhianati pernikahan.
Ah, jadi bicara pernikahan.
*seruput kopi* *padahal nggak ngopi* *biar dramatis aja*
Jadi ya, pernikahan itu sakral. Disakralkan. Harus disakralkan supaya tidak disalahgunakan. Kalau tidak sakral nanti seenak udel ganti pasangan tiap 6 bulan sekali kan repot. Pdkt sama keluarga aja berapa bulan, nyiapin resepsi nikah aja bisa setahun.
Nah tapi mungkin ya, mungkin nih ya orang-orang yang selingkuh ini memang tidak menganggap pernikahan sebagai sesuatu yang sakral. Seperti kata mbak Roslina Verauli yang pernah saya kutip:
"pasti ada masalah dulu yang mengakibatkan selingkuh, bukan selingkuh kemudian jadi masalah."
Coba diresapi kalimatnya.
Masalahnya bisa macem-macem. Ada yang menganggap istrinya di rumah terlalu cerewet dan ngatur-ngatur kemudian dia cari perempuan yang bisa diatur. Ada yang menganggap istrinya terlalu superior, terlalu pintar, kemudian dia cari perempuan yang tidak terlalu pintar supaya bisa lebih superior. Ya macem-macem lah.
Tapi kan ada yang keluarganya sempurna, tapi tetep selingkuh!
Ya ada. Alasannya bisa dua. Pertama, ya sempurna kan nurut ngana. Siapa tau istrinya nggak pernah bisa diajak diskusi politik terus suami cari perempuan yang bisa diajak diskusi politik. Atau sebaliknya, suami nggak pernah mau dengerin keinginan istri, si istri merasa diabaikan kemudian istri cari perhatian yang lain. Kan bisa banget.
Ya atau apalah, mungkin sempurna di mata orang lain, tapi salah satu tetep ada hole yang nggak bisa diisi sama pasangannya. Hole, bolong, alasan klasik.
Alasan kedua. Alasan paling masuk akal menurut saya sih: monogami bukan untuk semua orang.
Monogami (Yunani: monos yang berarti satu atau sendiri, dan gamos yang berarti pernikahan) adalah kondisi hanya memiliki satu pasangan pada pernikahan.
Iya tidak semua orang bisa dengan satu pasangan menikah saja seumur hidup. Seperti juga poligami tidak untuk semua orang. Saya tidak mau poligami tapi saya yakin memang ada pasangan-pasangan yang memang bahagia berpoligami. Seperti juga ada pasangan-pasangan yang memang bahagia bermonogami.
Masalah muncul ketika penganut monogami ternyata menikah dengan orang yang tidak sadar kalau dia sebenarnya tidak sanggup monogami.
NAH.
Jadi ada masalah juga di situ. Selain urusan hole, ada juga poin bahwa ada orang-orang yang memang tidak cukup dengan satu pasangan saja. BEGICU.
Ruwet jadinya, gengs. Yang poligami juga nggak bisa bilang "mending poligami daripada selingkuh". Nggak begitu juga karena nyatanya, udah istri udah 4 aja ada yang tetep punya simpenan. Sementara istri satu dan selingkuh juga mungkin memang bukan niat pengen sah istri banyak. Ada yang emang pengen main-main aja jadi nggak mau poligami. Manusia kan beda-beda, bos.
Poligami tetep selingkuh ada, monogami nggak mau nikahin selingkuhan padahal dikasih izin istri pertama juga ada. Lha cerita anak selingkuhan diurus sama istri pertama aja banyak kok ya kan. Jadi gimana dong, ini sungguh sangat complicated. Plus berteriak-teriak jauhi dan musuhi pelakor itu nggak menyelesaikan masalah.
Atau bilang pelakor emang harus diberantas. Weh, suami selingkuh sama cowok juga banyak cerita ah. Saya nggak setuju banget jadinya kalau hanya menyalahkan pihak perempuan. Apalagi banyak yang kenyataannya pihak perempuannya (si selingkuhan) pun dibohongi. Ngakunya udah mau cerai lah sama istri pertama, ngakunya lebih cinta lah sama si selingkuhan.
Kalau kata 9gag, bulldog kawin sama shitzu. BULLSHIT.
Apalagi kadang kecocokan juga bisa dengan mudah ditemukan. Ya pas nikah mah cocok-cocok aja sama pasangan yang ini. Lama kelamaan kok nggak cocok? Kok nemu orang lain malah cocok sama yang lain ini?
Maka itulah topik kita selanjutnya adalah kesetiaan dan komitmen.
Menikah itu memaksa kesetiaan dan kesetiaan itu bukan untuk semua orang. Sanggupkah untuk tidak menyakiti hati pasangan dengan cara apapun? Karena jatuh cinta kan tidak pandang status menikah atau nggak. Banyak yang mengaku jatuh cinta lagi padahal sayang sama pasangan di rumah nggak berubah. Sanggupkah berkomitmen pada SATU kesetiaan seumur hidup? -- Pernikahan dan Kesetiaan
*
Apa arti setia? Apa arti selingkuh?
Kita sepakati sama-sama dulu ya kalau selingkuh itu melanggar komitmen untuk hanya bersama satu pasangan. Ini mah udah pasti lah, ada komitmen pernikahan yang dilanggar. Kecuali pas nikah emang bentuknya open marriage gitu, atau nikah karena bisnis, nikah karena politik, beda urusan ya.
Masalahnya ada di definisi setia dan selingkuh. Tiap orang punya definisi beda-beda, bahkan suami istri aja bisa punya definisi beda-beda. Makanya suka ada istri yang ngamuk karena baca chat cewek padahal suaminya nggak ngapa-ngapain. Karena cemburuan? Ya, tapi juga karena berbeda mendefinisikan selingkuh.
Jadi definisi selingkuh misalnya:
Bagi si A adalah "chat sama cewek di luar urusan kerjaan"
Tapi bagi si B adalah "jalan berdua tanpa bilang, jalan berdua tapi bilang itu nggak selingkuh"
Atau bagi si C adalah "have sex sama cewek lain, kalau cuma chat mesra atau pegangan tangan mah biar lah, dia orangnya emang touchy-feely"
Ini melahirkan macam-macam tujuan selingkuh. Ada yang pengen aja nyoba pasangan lain, ada yang emang bosen aja sama istri/suaminya, ada yang cari adrenalin, ada yang khilaf, macem-macem lah.
Karena macem-macem, jadinya hasil akhirnya juga beda-beda. Ada yang bebal, abis ketauan selingkuh, ngaku khilaf, minta maaf, kemudian selingkuh lagi. Ada yang ngaku salah, minta maaf, kemudian ninggalin istrinya karena merasa bersalah. Ada yang ngaku salah kemudian ninggalin istrinya DAN ninggalin selingkuhannya. Ada yang ngaku salah kemudian nggak ulang lagi, selamanya kembali berkomitmen dengan satu pasangan.
Makanya dari awal saya bilang ini selingkuh setelah menikah. Karena banyak kok yang pas pacaran pacarnya banyak, pas nikah adem ayem aja nggak kepikiran punya banyak lagi.
Nggak bisa juga judge bilang "Kurang bandel sih waktu muda, jadi pas udah nikah bandel deh". Yaelah, yang dari muda sampai tua baik juga ada. Yang waktu muda bandel terus pas udah nikah tetep selingkuh juga banyak. Yang selingkuh mulu waktu muda, sampai nikah, terus tobat juga ada.
Who are we to judge?
Tapi intinya apapun definisi selingkuh, intinya selingkuh bisa terjadi karena tidak ada penghargaan terhadap komitmen. Tidak ada penghargaan pada pasangan. :)
*
Simpulan akhirnya menurut saya adalah, monogami tidak untuk semua orang tapi selingkuh itu mengkhianati komitmen. YA INI MAH UDAH TAU KELES, SIS.
Buat saya, yang perlu dilakukan adalah lower your expectation of marriage. Rendahkan ekspektasi kalian pada pernikahan. It's better to be surprised than to be disappointed.
Kasarnya, kasarnya banget nih: percaya lah pada pasangan kita tapi siapkan yang terburuk, jangan terlalu yakin 100% pasangan kita nggak akan selingkuh. Karena dia sendiri sebenernya nggak bisa jamin. Namanya jatuh cinta, khilaf, atau kalau kata JG, syahwat kadang mendahului otak.
Iya, kalian nggak salah baca. Nggak tau lagi gimana bikin kalimat yang lebih enak dibaca karena kalian tau saya nggak suka basa-basi tapi ya, itu intinya.
Nikahnya dibawa santai ajaaa, jangan sedikit-sedikit berantem. Jangan mengubah hidup pasangan meski udah nikah. Biarkan dia tetep ngerjain hobinya, biarkan dia tetep ngejar cita-citanya, jadi nggak ada beban "nikah kok hidup aku jadi gini". Cari tahu passion pasangan terus dukung! Passion bikin bahagia! Meskipun pasti ada yang berubah sih, tapi kan disesuaikan, makanya komunikasi itu penting.
(Baca: Mengurangi Berantem-berantem Setelah Nikah)
Jadi kalau sampai terjadi, kita mungkin akan lebih mudah memaafkan karena sudah menyiapkan. Karena selalu ada alasan. Khilaf juga boleh kan namanya manusia, asal bukan khilaf terus berulang-ulang aja.
Mungkin loh ya. Makanya saya nggak berani judge ibu-ibu yang bertahan meski suaminya selingkuh berkali-kali. Mungkin mereka tahu persis masalahnya di mana jadi memaklumi. Sakit hati mungkin iya, tapi maklum makanya bertahan.
Tapi kalau alesan bertahan karena ekonomi kasian sih huhu. Makanya perempuan harus berdaya! Harus punya penghasilan sendiri!
Atau bertahan karena anak. Pertanyaan saya selalu "apakah lebih baik membesarkan anak di pernikahan yang tidak sehat? Atau lebih baik membesarkan anak tanpa ayah/ibu tapi lingkungannya sehat?" Saya belum punya jawabannya.
Abis ini saya siap dibully "kok bikin selingkuh seolah wajar sih!" Nggak wajar tapi sangat sering terjadi toh? Abis gimana, memang nggak ada benang merah atau sesuatu yang bisa bilang "jika A maka dia selingkuh, atau jika B maka dia tidak akan selingkuh". Jadi tips biar pasangan nggak selingkuh juga susah dibuat.
*
Saya terlalu banyak dengar cerita langsung, semua contoh yang saya sebut di sini nyata adanya. Saya kenal pelaku selingkuh yang memang suka main cewek, yang baik-baik aja di rumah, yang sudah poligami tetap selingkuh, sampai ibu-ibu yang bahkan saya nggak liat kekurangan suaminya.
Well, ternyata kekurangan suaminya di ranjang sih jadi harus gimana coba. Diomongin diapain juga suaminya nggak bisa berubah jadi orang lain.
Dan patut diingat, ada juga yang selingkuh tapi itu bikin dia lebih bahagia. Dia selingkuh dan menemukan kebahagiaan lain, sehingga dia bisa selalu happy di rumah. Justru karena punya simpenan dia bisa jadi lebih sayang sama keluarga. Jadi nggak selalu kalau orang selingkuh terus jadi nggak perhatian sama pasangannya.
Model yang terakhir begini biasanya deg-degan takut kaya tupai. Karena terlalu lama, nyaman, dan bahagia punya simpenan, takut akhirnya jatuh jua alias ketauan sama pasangannya. LOL. Ini kisah nyata juga gengs, diceritakan langsung oleh pihak pertama. Beserta contoh tupai-tupainya. :)))))
Orang tidak berubah karena pernikahan, orang berubah karena dirinya sendiri. *tetep*
Juga rendahkan ekspektasi pada segala hal. Sejak awal nikah, jangan ngarep dikasih bunga, dikasih surprise tiap ulang tahun, atau hal-hal semacam itu. Kalau butuh didengarkan maka bicara, maka request, "DENGERIN AKU DONG" gitu. Pengen apa, butuh apa, bilang.
Jadi ketika ada orang lain yang ngasih perhatian, nggak gampang leleh karena komunikasi kita dengan pasangan lancar. Ketika ada yang flirting, pasangan suami istri yang komunikasinya lancar kemungkinan besar malah lapor sama pasangannya.
Kalau malah berantem, ya berarti punya masalah kepercayaan. Kalau malah jadi banyakan berantemnya dibanding nggak berantemnya? Ya berarti mungkin memang nggak cocok?
T_____T
Susah ya nikah?
Kalau kata mbak Vera (again mbak Vera, doi bisa difollow loh di Instagram @verauli.id):
Cinta butuh dipelihara agar terpelihara.
Iya pernikahan butuh dipelihara, butuh usaha, berusaha selalu kasih yang terbaik, kasih waktu, kasih perhatian, dan sebagainya. Pernikahan kan bukan Tesla, jadi nggak bisa autopilot. Pernikahan harus diusahakan berdua, jadilah pilot dan co-pilot. *maafkan analogi yang sungguh tekno*
Tapi yah, ini cuma dari saya yang kebetulan terpapar banyak sekali curhat soal selingkuh. Maaf sekali kalau ada yang menyakiti dan maaf kalau banyak yang bikin kaget.
Sekian dan terima kasih.
-ast-
Saya tidak setuju pelakor yang harus menjaga diri. Yang tidak boleh meladeni suami orang lain. Kenapa? Baca di sini; tentang Pelakor.
PS: Karena menulis ini saya jadi tahu ada istilah pebinor. Perebut bini orang. Ya, at least kini seimbang. Meski sekali lagi: urusan kita apa sampai harus melabeli orang dengan pelakor atau pebinor?
Tupai tupai
ReplyDeleteTupai tupai (2)
ReplyDeleteSusah ya nikah? lebih susah lagi klo selingkuh T_____T
ReplyDeleteSetia itu bukan tidak pernah tergoda.
ReplyDeletetapi dimanapun dia tergoda, padamulah tempat kembalinya
. .
Jujur saja saya tidak faham betul apa sebenarnya definisi terbaik yang bisa mewakili kata setia. tapi sejauh ini yang saya tau bahwa disaat banyak orang mendefinisikan kata setia, saya memilih kata "kembali" sebagai definisi terbaik sebuah kesetiaan.
.
ya, setia itu bukan berarti tidak pernah ada godaan dalam mempertahankan. justeru
setia itu dimanapun kita tergoda, dan sehebat apapun keinginan kita untuk mengikuti
godaan itu. kita akan kembali padanya. ya, dia satu-satunya.
.
dan sebuah kebohongan laki-laki tidak perah merasa tergoda oleh wanita.
bagaimanapun latar belakang pendidikan akademis dan Agamanya.
karena memang sudah begitulah fitrahnya seperti apa yang telah Allah maktubkan dalam
surah Ali Imran: 14
.
Ayahanda Adam.
beliau manusia pertama yang Allah ciptakan dengan karunia dan cintaNya langsung. apakah beliau tergoda oleh rayuan syetan ? tidak.
beliau tergoda oleh rayuan bunda Hawa.
.
Laki-laki berkelas, mempunyai jabatan tinggi, kekuasaanya meliputi satu negeri. Soekarno.
Beliau tergoda oleh Jabatan yang ditawarkan penjajah ? Tidak.
Atau Harta dan kekuasaan
yang disodorkan Jepang ? tidak juga
Dalam sebuah riwayat sejarah menyebutkan bahwa beliau mengagumi seorang gadis jepang bernama Naoko Nemoto.
.
.
Tak ada yang benar-benar clear dari godaan, dan bebas dari pandangannya.
karena setia itu bukan perasaan. tapi komitmen, kasih sayang, dan keterbiasaan yang
sudah diuji dengan waktu dan banyak kesulitan.
.
seorang ustadz pernah berkata ...
"Tergoda itu bisa jadi ...
dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja.
tapi bukan berarti Kesetiaan itu tidak pernah tergoda kesetiaan itu saat dia tergoda, dia kembali pada anda.
ya ampun mas/mbak komennya dalem banget saya suka :) terutama bagian ini kesetiaan itu saat dia tergoda, dia kembali pada anda. :')
DeleteIya sama2 mbak, saya juga suka tulisan mbaknya yang blak2an n to the point.
DeleteNanti kapan2 kita bisa share lebih banyak lagi sambil nonton misua mbaknya main bola yah.. :)
Suka banget sama komentarnya. :)
Deletelebih baik membesarkan anak tanpa ayah/ibu tapi lingkungannya sehat.. Menurutku yang ini Cha. Karena aku pernah ketemu sama orang yang gak mau mempertahankan pernikahannya cuma demi anak, ya itu, lebih baik membesarkan anak tanpa didampingi ayah setiap hari (karena sewaktu2 bisa ketemu) tapi lingkungannya sehat
ReplyDeleteYang gw heran sih, kenapa selalu pihak perempuan yg disalahkan. Either si perempuan simpenan atau istrinya sendiri.
ReplyDeleteYg lebih seru adl liat how they (we) bully si perempuan simpenan, padahal it takes two to tango. Lakinya juga salah loh. Tapi perempuan memang lebih sadis terhadap kaumnya sendiri kok..
Pas jaman ngantor dulu, sering banget ngeliat fenomena ini :( dua bos, sama-sama lemburan ternyata ....selingkuh padahal udah punya keluarga dan anak yg lucu2. Sedih banget...
ReplyDeleteKomen yg panjang banget di atas, dalem banget ya..
sering terjadi hahaha
DeleteSaya baca sambil bertanya-tanya, gambar nanasnya di sebelah mana?
ReplyDeleteDIGANTI PISANG SIS PISANG HAHAHHA
DeleteSaya baca blognya, sambil merong2. Lugasss ya, kayak acara berita hahaha.
ReplyDeletekesetiaan itu, mahal harganya Cint... hahaha :)
ReplyDeleteComplicated banget emang ngomongin selingkuh. Ada di kantor suami baru kejadian. Heboh lah karena anak2 masih kecil dan ada 3. Sementara si suami pasang badan nggak mau ninggalin selingkuhannya. Bahkan kalau disuruh milih, ya tetep milih selingkuhannya untuk dinikahi dan ninggalin istri dan 3 anaknya.
ReplyDeleteAlasannya? Katanya istrinya nggak pandai menjaga penampilan T_T
kok jahat hih. kalau pun iya juga alesan apa kek yang lain, masa alesan fisik -_______-
DeleteIyaaa T.T ini anak dua aja kadang ga inget penampilan--kebayang anak 3 kaya ibu itu.. Pasti sulit apalagi kalo support system nya ga jalan :(
DeleteIt's better to be surprised than dissapointed mah bener pisan lah udah. Bukan berarti kita bisa mandang rendah orang juga tapi ya iya prepare for the worst aja.
ReplyDeleteMbak, ini nggak ada wtf wtf nya, aku jd bacanya serius banget hihi
ReplyDeleteAku fikir selingkuh itu hanya ada di sinetron2, tapi pas udh kerja, Boom! Edaaaaaann lah ternyata gitu amat ya dunia perselingkuhan.
hahahah takut pada salah fokus :)))
DeleteMasyarakat perlu tahu, karena kalo gak tau gak ada bahan buat nyinyir orang. Tapi memang kenapa ya selalu perempuan yang selalu disalahkan? kayaknya Misogini banget kalo cuman nyalahin perempuannya.
ReplyDeletesuka dengqan tulisannya. Mencoba bicara apa adanya tapi tetap adil. Betul, jangankan selingkuh, nikah baik-baik dalam konteks poligami yang dibenarkan dalam Islam pun, selalu perempuan kedua yang jadi hujatan habis-habisan. Terutama oleh orang luar yang kadangkala tidak tahu masalah sebenarnya seperti apa. Apalagi yang selingkuh. Seolah-olah semua kesalahan ada di prempuan. Sering banget baca begini di forum-forum :)
ReplyDeleteselingkuh ini perkara ribet bgtlah. Tp yg pasti menjaga diri dr bergaul dg lawan jenis mungkin bisa jd benteng untuk gk selingkuh.
ReplyDeletesuka banget tulisannya kak icha, aku juga masih maju-mundur untuk posting karena ini isu sensitif banget. Kita nggak bisa judge siapa yang salah dalam konteks selingkuh, karena nggak tau 'dalem'nya.
ReplyDeleteCuma satu yang selalu saya pegang, cinta harus dipelihara. Makanya, dalam pernikahan semua harus saling terbuka.
Apalagi urusan ranjang, perempuan jangan sok jaim, dan harus bertanya pada suami, apa yang diinginkan, karena salah satu alasan seorang laki-laki selingkuh, katanya karena penampilan istri dan aksi di kamar sih (ini kenapa ke sono-sono) XD
Aduh pusing kalo ngomongin selingkuh dikantor, udah kayak rahasia umum, apalagi yang disuguhi perempuan pas 'entertain' dan meeting. -__-
Wah berat banget ya topiknya...
ReplyDeleteAku pertama kali liat orang selingkuh sampe melongo mak. Tapi yang diliatin biasa aja gitu. Jelas-jelas keduanya punya pasangan masing-masing. Tapi di depan umum mereka nunjukin kalo mereka berdua saling menyayangi gitu. OMG. Trus aku dengan teman-teman yang alim *eeaaa* cuma bisa bisik-bisik "Lah kok mbak itu kayak gitu sih sama mas yang itu" *alim tapi bisik-bisik yah haha*
Menurutku, pasangan yang sudah kita pilih adalah yang terbaik. Nggak ada lagi yang paling baik dari dia. Jadi kalau di tengah jalan pernikahan ada godaan, aku inget lagi kepada pilihan terbaikku. Aseeeek.
Panjang banget chaaaa.... duh berat ya bahasannya nih. Nikah jg berat ya, nikah udh berapa tahun cha.... ?? Xixiixiixi, semoga dijauhkan dari selingkuh dan diselingkuhi
ReplyDeleteKalau menurut aku sih wajar wanita menyalahkan wanita juga. Krn memang sebagai pihak yang tersaingi. Bukan berarti gak nyalahin prianya.. tapi mikirnya.. ini kita sama2 wanita lhooo.. kok gakda empati2nya?
ReplyDeleteAkhirnya muter2 aja siii
Halo mbak,
ReplyDeleteTerima kasih sekali akhirnya ada juga yang to the point ngebahas topik ini. Semuamua pada bahas pelakor pelakor. Ig gosip sekarang sampe blow up kasus orang biasa, bukan lagi artis. Lakinya jarang dibahas, foto pacarnya semua dikeluarin, dihina abis sama orang yang ga tahu masalah rumah tangga. Padahal takes two to tango kan? Bukan dipaksa pakai pistol ato clurit dikalungin. Si istri pelapor juga manusia yang ga sempurna. Siapa sih yang sempurna di dunia ini?
Balik lagi jujur saya pernah diposisi yang diselingkuhin, ketangkep malah foto-foto syur di kamar saya dan pak mantan. Saya pastinya saat itu sakit hati banget. Marah. Ngamuk. Tapi entah kenapa saya gak terlalu ngamuk sama si mbak pacar karena saya tahu kalo pak mantan punya andil besar di kejadian itu. Walaupun saya berkata-kata kasar ke mbak pacar, tapi 80% kemarahan saya tujukan ke orang yang wanprestasi ama saya, si pak mantan. Pas ditanya kenapa pak mantan cuma bisa jujur kalau dia jatuh cinta. Duar mau bilang apa lagi hayo? Saya ga dipilih ama pak mantan. Saya juga ga mau dipilih ama dia jadi saya pergi. Akhirnya pun mereka putus walaupun saya udah pergi.
Saya selalu percaya jodoh rejeki maut di tangan Tuhan. Cobaan seberat apapun sudah disesuaikan dengan kemampuan plus dikasi janji ada 2 kemudahan. Saya malah selalu bersyukur diberi petunjuk walaupun babak belur. Tuhan maha baik.
Kalau bertahan karena anak.. Anak juga bisa lihat dan mengerti keadaan pada akhirnya. Dan kenyataan akan mendidik anak untuk lebih tegar menghadapi realita hidup nantinya. Buat apa kita kasi manis manis tapi ujungnya diabetes? (Nah loh) Saya ada pengalaman tante yang bertahan karena anak, tiap malam nangis karena hati hancur suaminya gila perempuan lain tapi tiap pagi dia senyum palsu depan anaknya. Anaknya suatu malam masuk kamar mamanya dan bilang "mami ga pantes nangis terus. Papi sudah jahat sama kita." Ucapan yang sungguh dewasa buat anak umur 8 tahun yang maminya selalu tutupin kenyataan. Anak manja yang dikira ga bisa ngerti urusan orang dewasa malah jadi batu pegangan ibunya.
Menikah itu sulit. Bukan cerita d*sney yang bilang nikah: happily ever after. Urusan ranjang, anak, uang (!), mertua, cobaan lain akan terus datang. Tapi seperti pramugari selalu bilang sebelum take off. In case of pressure dropping, the mask will come out. Please help yourself before helping others. Bukan berarti saya nyuruh jadi egois ya, tapi cintai diri sendiri dulu. Kenali siapa diri kita lalu setelah itu barulah kita bisa mengenali pasangan yang sesuai. Jangan harap orang berubah cuma buat kita. Orang hanya boleh berubah karena untuk kebaikan. Jadilah satu dengan suami tapi tidak menghilangkan jati diri.
Anyway jadi panjang deh. Maaf ya. Keep writing jangan kapok ♥
Suka banget bagian tntang pramugari dst mbk hehe. Bener, kayak kata Garnier, sayangi dirimu atau Loreal, Karena anda begitu berharga 😊
DeleteWa seru bgt pemahasan selingkuh ini..setuju srkali dg quotenya kalo rumah tangga itu harus dipelihara karena konon mencintai itu kata kerja jadi hrs diupaykan terus
ReplyDeleteMaaak! Thank you banget udah nulis inii! Dari tulisan Mamak, saya jadi bisa rada "maklum" sama seorang perempuan yang "ngajak jalan pacar saya ke undangan nikah temennya, sedangkan dia udah punya pacar (tunangan).. Awalnya dia juga sering curhat ke pacar saya buat nyari "second opinion" katanya..
ReplyDeletePacar saya agak bingung jawab ajakan si cewe ini waktu itu, saya udah kebawa males duluan baca chat cewe ini di hp pacar saya, dan dia bilang mau jalan sama pacar saya ini katanya "udah bilang pacarnya/tunangannya alias udah izin dulu".. laaah saya jadi eneg juga sama cewe ini dan saya kasian sama pacarnya karena saya anggap tingkah dia itu masuk kategori "selingkuh", ternyata emang ini cewe suka jalan bebas sama lelaki manapun, heu..
Setelah baca postingan ini, saya jadi flashback ke jaman itu, dan menemukan kesimpulan bahwa "definisi selingkuh" kami berbeda, ahahaha.. *akhirnya, bisa maafin banget kelakuan cewe itu..".. well, itumah jaman "pacaran" ya.. saya bersyukur cewe tsb udah nikah sama tunangannya, dan malah saya berdo'a biar dia gak "melakukan perbuatan ini lagi" dan mendapatkan kehidupan rumah tangga yang baik, aamiin!
Waktu tau ex suami dulu selingkuh, aku sih ga mau nyalahin cewe nya.. Buatku yg salah ex suami walopun alasan dia kesepian krn aku sdg menuntut ilmu di negara orang :D. Oke, orang2 mah bilang "salah sendirj ninggalin suami jauh2. Selingkuh kan dia jadinya".
ReplyDeleteTapiiiii keputusan aku bisa skolah keluar waktu itu, kan dengan persetujuan dia juga.. Lah salah siapa kalo trnyata dia ga kuat iman stlhnya -_-.
Yg pasti sih mba, aku ga bakal mikir lama kalo udh urusan selingkuh. Cerai, ga ada kesempatan kedua. Utk apa pertahanin pernikahan kalo salah satu udh ga percaya, salah satu bakal ttp keinget trs ama kejadian itu, salah satu bakal kuatir apa si pasangan bakal ngulangin lagi ato yg lebih parah akunya sendiri tergoda utk membalas dengan selingkuh juga. Kan ga sehat.. Jadi krn itu, mndingan pisah lah.. Aku nyari pasangan lain, dan dia jg begitu.. Untung aku blm ada anak pas pernikahan pertama, tapi kalopun ada, percayalah aku bakal ttp milih cerai :)
Waaakkk kak icha, luar biasa emang perkara selingkuh2 jaman sekarang. Pernikahan ada ujian masing2, temneku pun ada yg memilih tetap bertahan padahal suaminya begitu, ada juga yang akhirnya cerai. Yaps, bagaimanapun kita gak berhak menghakimi, karena tidak ada pada posisi mereka.
ReplyDeleteSedih tapi ya gimana atulah, real life of marriage gak selalu manis, pait juga ada kan. Hahah
nha itu dia, pas kasus yang baru2 ini..doi kan bukan artis atau pejabat. sampai aku nanya2 k orang2 apa dia artis ftv? anggota dpr? lhah bukan. makin mudah aja bikin sensasi ahahah
ReplyDeleteTulisannya bagus mbak. Keep posting yaa. Hehehe.
ReplyDeleteSomehow feel secure reading this post! terima kasih mba post-an nya, meski belum berkeluarga, hal-hal kayak gini jadi pertimbangan buat aku yang baru mulai ngerasain kerja. Awalnya pingin jadi full-time ibu rumah tangga aja saat berkeluarga. Kemudian mikir ulang soal the worst case yang mungkin terjadi, sekarang bercita-cita jadi freelancer yang bisa kerja dari rumah saat berkeluarga nanti.Jadi kalau hal kayak gini kejadian *naudzubillah* gak akan pake alasan bertahan karena ekonomi.
ReplyDeleteNice post mbaknya~~
Ini trigernya yang mana aku masih gk paham loh, buahahaha duh. Tapi bahasan selingkuh mendadak menghiasi temlen *duh*
ReplyDeleteBelum lagi kosa kata baru "pelakor", yang kukira typo dari kata "pelakon" in Malay languange :))))
Eh eh ternyataaaa ada singkatannyaaa *duh*
Sosmed oh sosmed *facepalm*
*jangan terlalu yakin 100% pasangan kita nggak akan selingkuh. Karena dia sendiri sebenernya nggak bisa jamin.
ReplyDeleteSuamiku pernah bgt bilang gini
Iya emang masalah ini suka bikin banyak org kepo jadi rame, saya sering dapat curhatan dari beberapa teman yg menjadi korban perselingkuhan bahkan sampe akhirnya jadi cerai... Memang awalnya suka karena ada masalah sih...
ReplyDeleteNggak sengaja nemuin post ini. Saya, istri yang terlalu percaya diri bahwa suami setia dan hanya cinta kepada saya. Apa daya, bak petir di siang bolong, saya mengetahui suami selingkuh dengan rekan sedivisi di kantornya yang masih berstatus istri orang. Dia menyalahkan saya yang membuatnya selingkuh. Namun, saya menolak disebut pemicu suami selingkuh. Kalau kami memang bermasalah, diselesaikan lebih dulu. Bukan lari dari masalah dengan berselingkuh. Entahlah, mungkin dia memang bukan jodoh saya yang sesungguhnya. Perceraian tinggal menunggu waktu.
ReplyDeleteThanks for writing this.
mbaaa, kenapa aku baru baca tulisanmu sekarang yaa setelah menikah?
ReplyDeleteini bener2 terjadi banget sih di hidupku!
aku tipe org yg pas pacaran byk bgt selingkuhannya dan pas memutuskan untuk menikah itu tobat (dan semoga istikomah) karena aku udah cape aja ngurusin cowo2.
dan bener bgt pernikahan itu ga seindah yg kubayangkan, tahun pertama nikah tuh beraattt bgt, berantem mulu, drama mulu, cuma karna hal sepele ga dikasih bunga waktu valentine aku sampe ngambek kaya apaan tau nangis2 karna biasanya dikasih sama mantanku, ujung2nya ngebanding2in mantan dgn suamiku terus
nangis terus tiap malem
pdhl udh pacaran 6 taun sama yg jadi suami ini tapi rasanya kok beda bgt pas nikah, kebuka semua
tapi di tahun kedua ini, aku sudah mulai memaklumi dan memahami suami
ya bener sih mba katamu, yg penting itu "MAKLUM", dan alhamdulillah walaupun banyak tmn2 cowo yg dkt jg skrg aku ttp megang komitmen pernikahan kami :)
note dulu,sepertinya menarik,bakal di baca di hp sambil rebahan,hahaha
ReplyDeleteHai mbak,saya udah baca artikelnya dan menarik,kenapa tertarik?
ReplyDeletekarena saya juga sempat mau nulis tema affair dan karena tulisan mbak ini jadi saya niatin lgi buat nulis.
barangkali tertarik baca juga tulisan sederhana saya perjalanan.my.id/detail-blog/orang-ketiga-dan-kesetiaan-75
trima kasih