Jadi ya, hidup nggak selalu berjalan kaya yang kita mau kan ya. Ada penyesalan-penyesalan yang kalau dipikirin, wow menyita waktu. Sedih, dan ya bikin kecewa.
Padahal disesali juga buat apa sih sebenernya mah. Nggak mengubah apapun. Cuma bikin bete aja kan. Kaya ada temen yang nyesel banget kenapa nggak terima lamaran cowoknya dulu, sekarang si mantan jadi kaya raya, istrinya cantik, anaknya lucu, rumahnya Instagramable, hidupnya sempurna. If only that was me, pasti gitu kan mikirnya.
Baca punya Nahla:
Padahal yeee, hidup si mantan sempurna karena dia nikah sama istrinya itu loh. Mungkin juga dia jadi kaya karena justru nikah sama si istrinya sekarang bukan sama temen saya. Anaknya juga lucu karena istrinya cantik hahahaha. Tapi iya kan. 😂😂😂
Kalau dari saya, ada sedikit penyesalan kenapa dulu nggak ngotot kuliah di luar negeri atau minimal student exchange lah hahahaha. Nyesel sedikit aja sih karena dulu kan nggak semudah sekarang info-infonya. Beda banget lah, zaman sekarang student exchange di kampus saya aja banyak banget program dan negaranya, dulu mah nggak ada.
Selain itu, nyeselnya jadi sedikit aja karena dulu juga saya memang menjalani yang terbaik dengan sangat smooth, saya lulus SPMB hanya dengan satu pilihan (tidak memilih pilihan kedua karena saya hanya mau kuliah jurnalistik). Lulus cum laude, dapet kerja yang menyenangkan, sampai sekarang.
Tapi namanya manusia ya kalau nggak ngeluh itu rasanya kurang hahahaha. Soalnya ngeliat temen-temen yang kuliah di luar negeri ih kerjanya lebih bagus, mereka jadi punya nilai plus dibanding kami yang cuma kuliah Indonesia. Nggak usah protes atau denial, ini kenyataan kok. Banyak perusahaan yang jelas-jelas menulis mengutamakan overseas graduate. Yayaya. Tampak tidak adil tapi ya sebenernya fair sih, suka-suka mereka lah lol.
Satu penyesalan lagi baru terjadi beberapa bulan lalu. Intinya saya menolak tawaran interview dari perusahaan digital yang selalu dianggap 'Tuhan' untuk base Singapur. Iya emang baru tawaran interview doang sih belum tentu keterima banget, masih jauh perjalanan. Tapi gilanya adalah, saya jadi menyesal menikah dan punya anak terlalu cepat.
(Baca: Cita-cita yang Tertunda karena Anak)
Soalnya saya nggak mungkin kerja di luar negeri tanpa JG. JG mah mau-mau aja keluar kerja karena cita-cita dia adalah stay at home dad tapi sayanya yang nggak mau. Nanti saya pasti cuma ketemu Bebe sebentar, nggak mungkin saya kerja 9-5 kaya sekarang. Lagian karier JG di kantor yang sekarang bagus, semua fasilitas bagus, asuransi, bonus semua aman, masa resign gitu aja? Saya nggak mau. Terlalu banyak yang akan hilang, dan yang terberat adalah memikirkan waktu-waktu saya bersama Bebe.
Saya sekarang seneng banget kerja 9-5 dan sama Bebe lama sekali. Jemput Bebe di daycare, main sepeda, main mobil-mobilan di perosotan (don't ask how), atau sekadar tengkurep nonton film bareng-bareng. Itu hanya mungkin kalau saya kerja di tempat yang jam kerjanya pasti.
Jadinya nyesel banget, coba kalau belum nikah, coba kalau belum punya anak. Satu hal yang bikin saya bertahan, saya lebih baik menyesal karena tidak bisa kerja di sana dibanding menyesal karena tidak menggunakan waktu saya sebaik mungkin bersama Bebe.
Tapi tetep, saya nangis dan ngelamun terus sekitar 2 minggu, tiap perjalanan pulang dari kantor itu di mobil ngelamun aja terus. Malem-malem nangis. Nangis terus hahaha. Ya mending nangis sih daripada ditahan-tahan juga buat apa. Emosi itu harus dirilis gaes biar nggak jadi jerawat. Duh. Nggak heran saya nggak pernah jerawatan ya hahahaha.
Mungkin saya bukan ibu yang baik, bukan ibu ideal yang selalu terobsesi makanan organik dan hygienis, tapi saya selalu ingin lebih lama dengan orang-orang yang saya sayang. Bebe udah pasti lah. Selain itu saya juga selalu ingin lebih lama sama JG, untuk ngobrol di mobil dan ketawa-tawa. Maka sekarang saya lebih sering menunggu JG di daycare agar bisa pulang bersama, kadang sampai jam 7 malam baru JG datang karena yah, macetlah apalagi. Tapi dibanding ngobrol sama driver GrabCar, mending nunggu aja biar.
Emang bisa kaya gitu kalau hidup kami nggak seperti sekarang? Belum tentu kan?
Ya intinya, percayalah hidup yang kita jalani sekarang itu adalah yang terbaik maka kita harus melakukannya dengan baik. Move on! Jangan biarkan kekecewaan memengaruhi hidup yang kita jalani sekarang karena itu kemungkinan akan berakhir dengan kekecewaan yang lain.
Life isn't some cartoon musical where you sing a little song and all your insipid dreams magically come true. So let it go. - Chief Bogo, Zootopia Police Department
-ast-
Cerita tentang temen Icha bikin aku inget salah satu cerita di Chicken soup. Jadi suami istri ngisi bensin terus ketemu sama mantan si istri yang ya, kerjanya di pom bensin. Terus suaminya ngomong, "Untung kamu nikah sama aku, kalau sama dia kamu jadi istrinya tukang jaga bensin, bukan manajer".
ReplyDeleteIstrinya kalem aja jawab, "Nggak. Kalau aku nikah sama dia, bisa saja dia jadi manager. Dan mungkin kamu yang jadi tukang jaga bensin".
Nyambung nggak Cha? Hahaha.
Ya intinya kebahagiaan dan kesuksesan sebuah keluarga pasti ada pengaruhnya dari pasangan, dan nggak akan sama kalau pasangannya juga lain. Kaya kasus temennya Icha lah.
*Ngapa jadi komenin temen Icha? xD
Intinya setuju sama tulisan ini <3
Intinya Allah is the best planner kak. Percaya pada rencana Allah, pasti ada hikmah dibalik itu semua. 😉
ReplyDeletePenyesalan itu pasti ada tp setelah dipikir2 lg pasti ada jg hal yg bikin kita "legawa" aja
ReplyDeletepenyesalan hidup aku: banyak sih...banget. tapi biar, aklau kita dikasih kesempatan balikin waktu, ngerubah sejarah, malah bisa jadi ga seenak sekarang. kayak di film apaa ya gitu.
ReplyDeletewkwkwkwkwkwkwk, aku bgt "menyesal menikah n punya anak terlalu cepat", mau kejar karir kemana mana udah susah karna pertimbangan ke suami n anak..
ReplyDeletetapi yg bikin semangat lagi pas mikir "klo gx gitu, ntar laki gw keburu nikah ma orang lain, trus klo gx nikah ma dy gx punya anak lucu kyk skrg" ,, wkwkwkwwkwk, ya intinya, Allah is the best planner..LOL
penyesalan ya mesti ada,,
ReplyDeletetapi kalau mau nyesel terus, kapan bisa lanjutin idupp.. xoxoxo
setuju mah pokoknya,,
kak, buatin tips mengendalikan diri saat kita emosi tak tertahan
ReplyDeleteAku pun banyak sekali hal-hal yang aku gadaikan semenjak menikah. Tapiii yasudahlah biarlah pernikahan membawaku ke impian2 yang lain.
ReplyDelete*belajar legowo itu susah yes
Saya bukan tipe orang yg suka nyesel sih, tapi penyesalan itu datang biasanya pas nolak tawaran kerja, salah satunya di perusahaan elektronik korea 4 tahun lalu. Itu uda interview dan di refer langsung dr pegawai yg di Korea, karena merasa underqualified :(
ReplyDelete