nggak ngerasa gini kan ya, JG? :p |
Karena udah jalannya lol. Setelah menulis itu, banyak sekali yang terjadi. Saya sama JG jalan-jalan, belanja-belanja, sampai uangnya habis hahahaha. Dan turning pointnya, sebulan setelah tulisan itu, JG pindah kerja. Kerja ke tempat kerja yang office hour. Cocok buat orang nikah. :p
Awal tahun 2013 tabungan hampir nol. Nggak punya apa-apa saking main dan belanja terus. Maret 2013 ditanya ayah: Jadi gimana? Jadi nikah?
Setelah mengingat dan menimbang dan memutuskan, ayah setuju untuk nikah sederhana, akhirnya saya dan JG memutuskan menikah. April 2013 saya ditawari pekerjaan yang sekarang dengan jam kerja yang sama dengan jam kerja JG, jadi untuk melancarkan kehidupan pernikahan, saya juga pindah kerja. Kebayang ya kalau saya masih jadi reporter dengan jam kerja nggak tentu terus harus nikah. Capek banget kayanya.
Pertanyaan besarnya masih belum terjawab: MENGAPA MENIKAH?
Menikah itu hal yang menakutkan, karena memang banyak yang perlu dipertanggungjawabkan. Butuh rencana sebaik mungkin, bukan cuma SIAP menikah karena iri semua orang udah nikah. Bukan karena: mau nunggu apa lagi?
Kalau saya jawabannya: Karena bukan cuma jatuh cinta, tapi saya nemu orang yang cocok untuk hidup bareng-bareng selamanya! YEAY! *blushing* *throw confetti*
Nikah itu hal yang luar biasa besar buat saya yang nggak suka diatur. Saya dulu takut nikah. Ya mau sih nikah, tapi nggak pernah set goal umur segini harus nikah. Takut aja mikirin masa depan, apa-apa harus diskusi berdua, punya anak, dsb. Tapi ternyata ketika bertemu orang yang tepat, kekhawatiran itu sirna sudah. *alah*
Yang utama, JANGAN NIKAH kalau kalian masih punya sesuatu yang kurang sreg dari pasangan. JANGAN NIKAH dan menganggap kalian sanggup menoleransi kekurangan pasangan selamanya. Manusia emang nggak sempurna, tapi kalau ada kekurangan pasangan yang sebenernya udah terbukti bikin capek, maka percayalah selamanya kalian akan capek menoleransi. Selama kekurangannya nggak ganggu, oke jalanin. :)
Gimana caranya tahu orang itu tepat atau nggak? Kenali diri sendiri. Apa sih yang kalian butuhkan untuk ngerasa nyaman? Untuk ngerasa aman dan nggak usah mengkhawatirkan masa depan? Kalau saya?
Saya orangnya full of curiosity. Tapi seperti wikipedia, JG adalah jawaban dari segala pertanyaan. lol. Banyak hal yang saya nggak tahu dan dia tahu. Banyak hal yang bisa dia jawab. Kalau dia pas banget nggak bisa jawab? Nah ini salah satu yang meresahkan soal menikah. Saya takut saya atau anak saya nanti punya pertanyaan dan ayahnya nggak bisa jawab.
So far, JG kalau nggak bisa jawab, dia akan googling. HAHAHAHAHA. Dia akan googling, youtubing, nanya-nanya orang (bahkan kalaupun orangnya nggak kenal-kenal amat atau udah lama nggak ketemu wtf lol), dan cari jawabannya sedetail mungkin. Kalau kalian yang nggak kenal-kenal amat pasti nganggapnya JG aneh karena suka tiba-tiba nanya gini:
Kedua. Saya takut nikah karena malas. IYAH MALAS. Malas mengerjakan tugas rumah tangga, malas masak, malas bangun pagi, malas karena harus mengurus suami, dll. Tapi dari awal pacaran kan JG ngebet nikah yah -_____- doi sudah menekankan seribu kali kalau pekerjaan rumah itu kewajiban suami. Jadi slow down beybeh take it easy just let it flow katanya. KATANYA dia yang mau ngerjain semua kerjaan rumah tangga which is emang sampai sekarang dijalanin dengan sepenuh hati tanpa mengeluh. Karena katanya papahnya juga melakukan hal yang sama dan berpuluh tahun nggak pernah ngeluh. :'))) Jadinya saya yang bantu, bukan saya yang ngerjain, JG yang bantu. So yes, ini alasan kedua kenapa saya mau nikah.
Ketiga. Takut punya anak. Omg ini labilnya udah setinggi langit. Jadi saya takut punya anak tapi takut juga kalau nggak punya anak. Ribet. Saya takut kehilangan hidup saat punya anak tapi nggak kebayang juga kalau tua terus nggak punya anak. Saya takut juga kalau nggak bisa punya anak. Takut juga cerai karena nggak bisa punya anak. Kebanyakan denger cerita orang yang susah punya anak terus suaminya cari istri lagi wtf. T____T Ketakutan ini tentu saja dibicarakan ya sebelum nikah.
Ini penting! Kalian yang udah nikah, pernahkah membahas ini? Karena ini topik sensitif sekali. Masalah utamanya bukan bagaimana cara mengurus anak kalau anaknya udah lahir tapi GIMANA kalau kita *amit-amit* sampai nggak dikasih anak? Nggak bisa punya anak? Saya nanya, jawaban JG waktu itu: "aku nikah sama kamu bukan karena mau punya anak tapi aku mau hidup sama kamu. Kalau kamu memang nggak mau punya anak, ya udah kita nggak perlu punya anak. Kalau kamu mau tapi nggak dikasih karena sakit atau apa, kita bisa adopsi kan. No big deal."
Di luar segala keanehan dan ke-annoying-an JG di luar sana, isn't he sweet? (wtf ini posting isinya jadi puja-puji ke JG semua yah. Biar yah sekali-kali lol.)
Yah, jadi intinya. Menikahlah ketika kalian sudah menemukan orang yang cocok bener-bener cocok. Perbedaan indah itu nggak banget buat saya. Buktinya Lydia Kandou sama Jamal Mirdad yang bertahun-tahun mengagungkan perbedaan aja cerai. -_____- Janganlah sok-sok bisa menerima perbedaan karena ketika persepsi kita sama, semuanya akan jadi lebih gampang.
Terakhir, pastikan calon suami support sepenuhnya segala keputusan hidup. Repotlah kalau punya suami suka ngelarang-larang. Mau kerja nggak boleh, mau main sama temen-temen nggak boleh, wtf. Jangan mau nikah kalau setelah menikah, kalian (perempuan) jadi kehilangan kehidupan. (Baca: Perempuan Juga Punya Pilihan) Buat apa hidup kaya gitu, pointless. Mending nggak usah nikah aja. Atau cari calon suami lain. Tapi jadi istri harus nurut kan sama suami? Ya makanya dari awal jangan cari suami dengan peraturan aneh-aneh. Nggak susah kok nurut sama suami kalau suaminya nggak rese. :p
Udah itu aja. Jelas ya kenapa saya akhirnya mau menikah?
Kalau kalian, kenapa memutuskan menikah? Jawab selain menyempurnakan ibadah ya. :p
See you!
-ast-
Setelah mengingat dan menimbang dan memutuskan, ayah setuju untuk nikah sederhana, akhirnya saya dan JG memutuskan menikah. April 2013 saya ditawari pekerjaan yang sekarang dengan jam kerja yang sama dengan jam kerja JG, jadi untuk melancarkan kehidupan pernikahan, saya juga pindah kerja. Kebayang ya kalau saya masih jadi reporter dengan jam kerja nggak tentu terus harus nikah. Capek banget kayanya.
Pertanyaan besarnya masih belum terjawab: MENGAPA MENIKAH?
Menikah itu hal yang menakutkan, karena memang banyak yang perlu dipertanggungjawabkan. Butuh rencana sebaik mungkin, bukan cuma SIAP menikah karena iri semua orang udah nikah. Bukan karena: mau nunggu apa lagi?
Kalau saya jawabannya: Karena bukan cuma jatuh cinta, tapi saya nemu orang yang cocok untuk hidup bareng-bareng selamanya! YEAY! *blushing* *throw confetti*
Nikah itu hal yang luar biasa besar buat saya yang nggak suka diatur. Saya dulu takut nikah. Ya mau sih nikah, tapi nggak pernah set goal umur segini harus nikah. Takut aja mikirin masa depan, apa-apa harus diskusi berdua, punya anak, dsb. Tapi ternyata ketika bertemu orang yang tepat, kekhawatiran itu sirna sudah. *alah*
Yang utama, JANGAN NIKAH kalau kalian masih punya sesuatu yang kurang sreg dari pasangan. JANGAN NIKAH dan menganggap kalian sanggup menoleransi kekurangan pasangan selamanya. Manusia emang nggak sempurna, tapi kalau ada kekurangan pasangan yang sebenernya udah terbukti bikin capek, maka percayalah selamanya kalian akan capek menoleransi. Selama kekurangannya nggak ganggu, oke jalanin. :)
Gimana caranya tahu orang itu tepat atau nggak? Kenali diri sendiri. Apa sih yang kalian butuhkan untuk ngerasa nyaman? Untuk ngerasa aman dan nggak usah mengkhawatirkan masa depan? Kalau saya?
Saya orangnya full of curiosity. Tapi seperti wikipedia, JG adalah jawaban dari segala pertanyaan. lol. Banyak hal yang saya nggak tahu dan dia tahu. Banyak hal yang bisa dia jawab. Kalau dia pas banget nggak bisa jawab? Nah ini salah satu yang meresahkan soal menikah. Saya takut saya atau anak saya nanti punya pertanyaan dan ayahnya nggak bisa jawab.
So far, JG kalau nggak bisa jawab, dia akan googling. HAHAHAHAHA. Dia akan googling, youtubing, nanya-nanya orang (bahkan kalaupun orangnya nggak kenal-kenal amat atau udah lama nggak ketemu wtf lol), dan cari jawabannya sedetail mungkin. Kalau kalian yang nggak kenal-kenal amat pasti nganggapnya JG aneh karena suka tiba-tiba nanya gini:
@Ratih_Tihra xylose apa sih?
— Suwandi dan Mimin (@jago_gerlong) March 4, 2014
Temennya jawab: googling ajah. HAHAHAHAHA. Ya gitulah pokonya. Intinya nggak usah khawatir akan ada pertanyaan saya atau anak saya yang akan tidak terjawab. :')))Kedua. Saya takut nikah karena malas. IYAH MALAS. Malas mengerjakan tugas rumah tangga, malas masak, malas bangun pagi, malas karena harus mengurus suami, dll. Tapi dari awal pacaran kan JG ngebet nikah yah -_____- doi sudah menekankan seribu kali kalau pekerjaan rumah itu kewajiban suami. Jadi slow down beybeh take it easy just let it flow katanya. KATANYA dia yang mau ngerjain semua kerjaan rumah tangga which is emang sampai sekarang dijalanin dengan sepenuh hati tanpa mengeluh. Karena katanya papahnya juga melakukan hal yang sama dan berpuluh tahun nggak pernah ngeluh. :'))) Jadinya saya yang bantu, bukan saya yang ngerjain, JG yang bantu. So yes, ini alasan kedua kenapa saya mau nikah.
Ketiga. Takut punya anak. Omg ini labilnya udah setinggi langit. Jadi saya takut punya anak tapi takut juga kalau nggak punya anak. Ribet. Saya takut kehilangan hidup saat punya anak tapi nggak kebayang juga kalau tua terus nggak punya anak. Saya takut juga kalau nggak bisa punya anak. Takut juga cerai karena nggak bisa punya anak. Kebanyakan denger cerita orang yang susah punya anak terus suaminya cari istri lagi wtf. T____T Ketakutan ini tentu saja dibicarakan ya sebelum nikah.
Ini penting! Kalian yang udah nikah, pernahkah membahas ini? Karena ini topik sensitif sekali. Masalah utamanya bukan bagaimana cara mengurus anak kalau anaknya udah lahir tapi GIMANA kalau kita *amit-amit* sampai nggak dikasih anak? Nggak bisa punya anak? Saya nanya, jawaban JG waktu itu: "aku nikah sama kamu bukan karena mau punya anak tapi aku mau hidup sama kamu. Kalau kamu memang nggak mau punya anak, ya udah kita nggak perlu punya anak. Kalau kamu mau tapi nggak dikasih karena sakit atau apa, kita bisa adopsi kan. No big deal."
Di luar segala keanehan dan ke-annoying-an JG di luar sana, isn't he sweet? (wtf ini posting isinya jadi puja-puji ke JG semua yah. Biar yah sekali-kali lol.)
Yah, jadi intinya. Menikahlah ketika kalian sudah menemukan orang yang cocok bener-bener cocok. Perbedaan indah itu nggak banget buat saya. Buktinya Lydia Kandou sama Jamal Mirdad yang bertahun-tahun mengagungkan perbedaan aja cerai. -_____- Janganlah sok-sok bisa menerima perbedaan karena ketika persepsi kita sama, semuanya akan jadi lebih gampang.
Terakhir, pastikan calon suami support sepenuhnya segala keputusan hidup. Repotlah kalau punya suami suka ngelarang-larang. Mau kerja nggak boleh, mau main sama temen-temen nggak boleh, wtf. Jangan mau nikah kalau setelah menikah, kalian (perempuan) jadi kehilangan kehidupan. (Baca: Perempuan Juga Punya Pilihan) Buat apa hidup kaya gitu, pointless. Mending nggak usah nikah aja. Atau cari calon suami lain. Tapi jadi istri harus nurut kan sama suami? Ya makanya dari awal jangan cari suami dengan peraturan aneh-aneh. Nggak susah kok nurut sama suami kalau suaminya nggak rese. :p
Udah itu aja. Jelas ya kenapa saya akhirnya mau menikah?
Kalau kalian, kenapa memutuskan menikah? Jawab selain menyempurnakan ibadah ya. :p
See you!
-ast-
Ijin share ya, trims :)
ReplyDeletesilakaaannnn :)
DeleteNah, ini contoh pribadi yg siap nikah. Eh tunggu! JG gak meneror lo kan neng? Lo gak diancam dia supaya mau nikah ama dia kan? Lo yakin, lo gak dipelet? Bhahahhhahahah pisss JG :p tulisan lo ini adalah nasihat pra nikah sederhana tp bisa fatal kl disepelein.
ReplyDeletePoin2 ini yg suka kepikiran ama gw kl ada tmn curhat soal rumah tangga. Tp kl gw yg ngomong kok ya sotoy ya. 'Yg ngomongnya aja belom kawin,' gitu mungkin pikir orang. 'Makanya nis, kawin... Kawin...' Tuh kan, desakan sosial semakin mendera *preeeettt* curcol hahahahah
Klo lo yg nyampein, lebih kena. Karena lo udah mengalami fase itu. Andai dibikin buku ato film gitu, ada intronya: diangkat dari kisah nyata.... Ahhayy!
bagian apanyaaaa yang dibikin buku nyaahahahahaha
Deletejangan kawin neng kalau belum nemu yang cocok, mending stres gara2 belum kawin lah daripada stres gara2 suami ya kan. hahahah
-ast-
Bagian kenapa takut menikah itu mewakili banget
ReplyDelete-____-
hahahaha ayo dijawab sendiri dulu, kenapa ingin menikah? :)))))
Delete-ast-
DANG!!!
DeleteKetampar banget pertanyaannya, selain desakan sosial yg baru kepikiran cuman nikah biar kalo kebangun tengah malem ada yg dipeluk -_____-
Jadinya emang kita dibilang siap nikah kalo gimana teh?
gimana ya? nggak tau :))))) abisan aku ketemu JG terus tiba-tiba jadi siap nikah XD
Deletenanti dipikir dulu terus dibikin posting baru deh. hahahaha
-ast-
Baca posting ini trus jadi inget dulu juga sering mikir "kok orang bisa ya memutuskan mau nikah sama pasangannya" eh tapi ternyata setelah ngerasain emang ya gitu aja, tiba-tiba jadi siap nikah terus yakin aja mau ngejalanin hidup sama si mantan pacar.
ReplyDeleteDitunggu postingan kenapa bisa tiba-tiba siap nikahnya ya, soalnya saya mah sampe sekarang udah dua taun nikah masih belum nemu alesannya :D
hihihi iya banget yaaa.. perasaan "he's the one" itu yang tiba-tiba hadir *alah*
Deleteiya nanti aku pikir dulu kenapa tiba-tiba siap nikah.. terima kasih sudah bacaaaa.. :)
-ast-
justru saya dari dulu kepingin menikah di usia muda,, tapi nggak mikir setelahnya mau ngapain, hehe.
ReplyDeleteshock banget ternyata setelah menikah harus jadi ibu rumah tangga yg seumur-umur nggak pernah masak, nyuci.
Tapi alhamdulillah... ternyata saya bisa melalui itu semua. melahirkan hingga mengasuh bayi sendiri tanpa bantuan baby sitter, orangtua (karena posisi saya merantau yg jauh dari keluarga), melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri, dsb.
yg bikin kita takut adalah pikiran kita sendiri. kalau dihadapi dengan berani ya pasti bisa.
*salam kenal ya*
Brillie,
http://antie.info
hi mbak brillie,
Deleteaku sih sejak awal udah mikirin pasti shock jadi ibu rumah tangga, jadi nikah itu mikir-mikir banget hahaha
tapi iya banget, setelah dijalani, naturally ternyata bisa yah kerja, urus rumah, masak, dll. akupun sama jauh dari keluarga dan bertekad nggak mau pakai baby sitter atau pembantu (nah loh) nanti setelah anakku lahir. belum kebayang sekarang, tapi mau ngotot ajah dan semoga semuanya lancar. hehehe
terima kasih sudah mampir mbak. salam kenal juga. :)
-ast-
kalau saya belum menemukan orang yang cocok, mau sih nikah tapi harus pasangan hidup yang dari Tuhan (serius)
ReplyDeleteiya, jangan memaksakan diri untuk menikah hanya karena usia, permintaan orangtua, dll. risikonya seumur hidup soalnya. :)
Delete-ast-
Baca lagi postingan ini setelah setahun, kali ini sambil mewek lega, karna dari awal tahun sampai sekarang kuping berdengung mulu ditanyain kapan nikah...
ReplyDeleteTerimakasih
Menurut saya menikah itu merupakan sesuatu yang sakral dan sudah di wajibkan setiap orang itu menikah :)
ReplyDeleteBaca tulisan ini jadi makin mikir panjaaaaaaang. Hahaha. Bagian kenapa takut nikah nya sama banget yang dirasain. Dan setuju sama kata2: ngga susah nurut sama suami kalo suami nya ngga rese ������
ReplyDeletepoin terakhir saya setuju mbak..buat apa nikah kalo ujung2nya apa2 dilarang suami, buat apa hidup kalo kita aja ga bisa memutuskan..adanya malah menderita dan ga kayak di jajah..aku setuju menikahlah dengan orang yang cocok menurut kita bukan karena paksaan dari pihak luar heheheh
ReplyDelete